Serbuan Israel Meningkat Jelang Jeda Tempur Berlaku di Gaza
Setidaknya 300 lokasi di Gaza diserang IDF hari Kamis. Serangan berlanjut sampai pasukan menerima perintah berhenti.
DOHA, JUMAT — Qatar mengumumkan jeda pertempuran Israel-Hamas berlaku mulai Jumat (24/11/2023). Jeda berpeluang diperpanjang lebih dari empat hari jika lebih banyak sandera dibebaskan. Menjelang jeda berlaku, Israel meningkatkan serbuan ke ratusan lokasi di Gaza.
Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut, jeda dimulai pukul 07.00 waktu setempat atau 12.00 WIB. Pertempuran di utara dan selatan Gaza akan dihentikan saat jeda diberlakukan.
Doha menjadi penengah dalam perundingan Israel-Hamas selama 1,5 bulan terakhir. Perundingan melibatkan pula Amerika Serikat dan Mesir. Sejumlah pihak di Mesir menyebut, setidaknya 13 sandera akan dibebaskan pada Jumat ini.
Baca juga Cerita di Balik Sukses Qatar Jembatani Konflik Hamas-Israel
Juru Bicara Kemenlu Qatar Majid Al-Ansari mengatakan, jeda akan diikuti pembebasan sandera. Pembebasan direncanakan dimulai pukul 16.00 waktu setempat atau 20.00 WIB.
Pembebasan akan diprioritaskan bagi sandera yang masih berkerabat. ”Jika ada kelompok sandera masih keluarga, mereka akan dibebaskan pertama,” kata Al-Ansari.
Sesuai kesepakatan awal, total 50 sandera akan dibebaskan selama empat hari jeda pertempuran. Jumlah pembebasan setiap hari bergantung keadaan di lapangan. ”Kami berharap jeda ini mengarah pada kesempatan memulai upaya mencapai penghentian perang secara permanen,” ujar Al-Ansari.
Dari kesepakatan itu, Palestina mendapatkan dua hal. Pertama, Israel akan membebaskan sejumlah warga Palestina dari sejumlah penjara Israel. Mayoritas merupakan orang-orang yang ditangkap kala masih berusia di bawah 17 tahun. Kedua, pasokan bantuan ke Gaza akan kembali mengalir.
Mesir menyebut 200 truk bantuan dan 130.000 liter bahan bakar diharapkan bisa masuk Gaza setiap hari selama masa jeda tempur. Sejak beberapa pekan lalu, truk dan tangki sudah siaga di pintu perbatasan Rafah. Pintu itu menghubungkan Gaza dengan Mesir.
Para pihak sepakat membentuk ruang pemantauan bersama Doha. Ruang itu akan dihadiri perwakilan Hamas, Israel, dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC). Fungsi utama ruang itu ialah memastikan tidak ada informasi terputus di antara para pihak, baik di palagan maupun di kantor pusat. ”Penting memastikan komunikasi lancar selama proses ini. Dengan demikian, keselamatan orang-orang yang akan dibebaskan itu bisa terjamin,” ujar Al-Ansari
Sikap militer
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengatakan, pasukan Israel akan berada di garis belakang. Walakin, ia tidak menjelaskan posisi pasti pasukan Israel selama jeda. ”Hari-hari ini rumit dan penuh ketidakpastian. Banyak hal bisa berubah selama proses,” katanya.
Baca juga Jalan Panjang Penuh Rahasia Menuju Jeda Pertempuran Hamas-Israel
Israel tidak menampik ada peluang perpanjangan jeda. Syaratnya, jumlah sandera yang dibebaskan lebih dari 10 orang setiap hari. Sejak 7 Oktober 2023, Hamas menyandera setidaknya 240 warga Israel dan sejumlah negara lain.
Hingga Jumat dini hari, pertempuran semakin sengit di Gaza. Militer Israel, IDF, juga meningkatkan serangan ke Tepi Barat. Setidaknya 300 lokasi di Gaza diserang IDF sepanjang Kamis saja. Hagari menyebut, serangan akan terus berlanjut sampai pasukan di lapangan menerima perintah berhenti.
IDF, antara lain, tanpa henti mengebom RS Indonesia di Gaza. Serangan juga diarahkan ke tempat penampungan pengungsi Jabalia.
Kini, RS Indonesia menjadi satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih mungkin berfungsi di sisi utara Gaza. Meski demikian, hampir seluruh layanan kesehatan tidak bisa diberikan lagi. Bahan bakar tidak ada sehingga pembangkit listrik tidak beroperasi. Tanpa listrik, berbagai peralatan tidak bisa dipakai.
Sementara Hamas telah mengumumkan jeda tempur berlaku mulai Kamis. Meski demikian, Hamas meminta anggotanya siaga penuh dan siap meningkatkan skala pertempuran kapan pun.
Tidak diketahui berapa banyak tambahan korban tewas dan cedera sejak Rabu. Sebab, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan berhenti menghitung korban sejak Selasa.
Keputusan itu dibuat karena kondisi lapangan tidak memungkinkan bagi petugas untuk mendata para korban. Sampai terakhir kali pendataan dilakukan, setidaknya 13.000 warga Gaza tewas akibat serangan Israel sejak 8 Oktober 2023. Hampir 5.000 korban itu anak-anak.
Baca juga Hamas-Israel Sepakat Hentikan Perang 4 Hari, 50 Sandera Ditukar 150 Tawanan Palestina
Al-Ansari mengaku, tidak tahu apakah akan ada perluasan akses bagi jurnalis ke Gaza selama jeda berlangsung. Selama perundingan, materi itu tidak dibahas. Akses jurnalis ke Gaza praktis terputus sejak Israel menyerbu wilayah itu. Laporan jurnalistik mengandalkan para koresponden di Gaza.
Media Amerika Serikat, Politico, mengungkap kecemasan pejabat AS pada peningkatan akses jurnalis ke Gaza selama jeda berlangsung. Perluasan itu dikhawatirkan akan semakin mengungkap kehancuran Gaza akibat serangan Israel. Akibatnya, semakin sulit menggalang dukungan internasional bagi Israel.
Geledah rumah
Sementara itu, dari Jerman dilaporkan, kepolisian Jerman menyerbu 13 rumah di Berlin. Kementerian Dalam Negeri Jerman menyebut, rumah-rumah itu ditinggali pendukung Hamas.
Menurut hukum Jerman, Hamas merupakan kelompok terlarang. Karena itu, dukungan kepada Hamas juga dilarang.
Mendagri Jerman Nancy Faeser menyebut, Jerman tidak akan menoleransi dukungan dalam bentuk apa pun kepada Hamas. Berlin ingin memastikan, pendukung Hamas tidak akan merasa aman di Jerman.
Intelijen Jerman menduga, setidaknya 450 anggota Hamas ada di Jerman. Selain itu, juga ada banyak pendukung dan simpatisan yang belum dipastikan jumlahnya.
Jerman salah satu negara pendukung Israel. Sampai sekarang, Jerman berkeras serbuan ke Gaza merupakan bentuk pembelaan Israel atas serbuan Hamas pada 7 Oktober 2023. (AFP/REUTERS)