Sandera tidak akan dilepaskan sekaligus. Setiap hari selama jeda, sejumlah sandera dilepaskan. Jeda bisa saja diperpanjang lagi jika lebih banyak sandera dilepaskan.
Oleh
KRIS MADA, MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
DOHA, RABU — Setelah lebih dari 1,5 bulan disuguhi kabar dan pemandangan memilukan dari medan pertempuran Israel dengan Hamas, berita baik dari Jalur Gaza muncul untuk pertama kalinya. Israel-Hamas, Rabu (22/11/2023), menyepakati penghentian pertempuran selama empat hari dan pertukaran sandera di tangan Hamas dengan tawanan Palestina di penjara Israel.
Sejumlah pihak berharap para sandera segera dibebaskan Hamas. Banyak pula harapan, bantuan dalam jumlah besar segera masuk Gaza. Harapan itu menyusul pengumuman penghentian pertempuran tersebut.
Hamas menyambut gembira ”jeda kemanusiaan” itu. Seorang pejabat Hamas kepada Agence France-Presse (AFP) mengatakan, ”Kelompok perlawanan (Hamas) berkomitmen pada jeda pertempuran itu selama kekuatan pendudukan (Israel) menghormatinya.”
Adapun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kepada para menterinya menyebut jeda pertempuran ini ”keputusan yang sulit, tetapi inilah keputusan yang tepat”.
Kementerian Luar Negeri Qatar mengumumkan kesepakatan itu pada Rabu (22/11/2022). Para pihak memakai istilah ”jeda pertempuran”, bukan gencatan senjata. Jeda berlangsung empat hari. Permulaannya akan diumumkan secara terpisah. ”Kesepakatan ini termasuk pembebasan 50 anak dan perempuan yang kini ditawan di Jalur Gaza,” demikian Kemenlu Qatar.
Dari sisi Israel, akan dibebaskan sejumlah warga Palestina dari beberapa penjara Israel. Qatar menyebutkan, ke-50 sandera akan ditukar dengan, menurut pernyataan Hamas, 150 tahanan Palestina yang dipenjara oleh Israel. Sasaran sandera dan tahanan yang akan dibebaskan adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian Kehakiman Israel menyiarkan 300 nama orang yang dianggap bisa dibebaskan dalam kesepakatan itu. Khalayak punya waktu sampai Kamis sore untuk mengajukan keberatan terhadap pembebasan salah satu atau lebih atas orang-orang di daftar itu. Mayoritas orang di daftar itu ditangkap karena melempar batu ke tank atau kendaraan lapis baja Israel.
Kabinet Israel, lewat pemungutan suara pada Selasa malam, menyetujui jeda itu. Mereka menyatakan setuju setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji melanjutkan gempuran ke Gaza selepas jeda selesai. Bahkan, unit-unit intelijen Israel tetap diterjunkan ke Gaza selama jeda berlangsung.
Qatar juga mengatakan, sesuai kesepakatan, Israel juga akan membuka lebih lebar akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, termasuk bahan bakar minyak.
Kesepakatan bertahap
Kesepakatan itu tercapai setelah perundingan hampir 1,5 bulan. Selain Israel, Hamas, dan Qatar, perundingan melibatkan pula Amerika Serikat dan Mesir.
Juru bicara Kemenlu Qatar, Majid Al-Ansari, mengatakan, sandera tidak akan dilepaskan sekaligus. Setiap hari selama jeda, sejumlah sandera akan dilepaskan sampai total sebanyak 50 orang.
Ia mengindikasikan, jeda bisa saja diperpanjang lagi. Syaratnya, ada kesepakatan pembebasan lanjutan jumlah sandera dan tahanan.
Jeda pertempuran tidak bisa segera diterapkan. Sebab, butuh persiapan di lapangan untuk memastikan baku tembak benar-benar berhenti sesuai waktu yang disepakati.
Sejumlah warga Gaza menyebut, baku tembak malah semakin sengit hingga Rabu pagi. Israel meningkatkan serangan udara dan artileri medan ke Gaza. ”Sepertinya mereka (pasukan Israel) mau lebih maju sebelum gencatan senjata dimulai,” kata salah seorang warga kawasan Sheikh Radwan, Nasser al-Sheikh.
Warga Gaza dan sebagian warga Israel berharap jeda pertempuran segera diterapkan. Bagi warga Israel dan sejumlah negara lain, jeda berarti memperbesar peluang kerabat atau kenalan mereka dibebaskan dari penyanderaan Hamas.
Sementara bagi warga Gaza, jeda diharapkan bisa menunda korban bertambah. Jeda juga diharapkan menjadi peluang pengiriman bantuan kemanusiaan lebih banyak ke Gaza.
Sejumlah pihak menyatakan telah bersiap memasok bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza. Dari 500 truk per hari sampai 6 Oktober 2023, jumlah truk pengangkut aneka kebutuhan ke Gaza tidak sampai 1.000 unit dalam 1,5 bulan terakhir.
Akibatnya, berbagai kebutuhan di Gaza sulit didapatkan. Banyak orang kesulitan mendapatkan makanan karena bahan pangan Gaza hampir sepenuhnya berasal dari impor.
Nasib tiga WNI
Di Jakarta, Ketua Presidium Mer-C Indonesia Sarbini Abdul Murad mengonfirmasi bahwa ketiga relawan Mer-C asal Indonesia, yakni Reza Aldilla Kurniawan, Farid Zamzamil Al Ayubi, dan Fikri Rofiul Haq, dalam kondisi sehat. Sebelumnya, sebuah laman berita melaporkan bahwa dua di antara mereka ditangkap pasukan Angkatan Bersenjata Israel (IDF).
Mereka, kata Sarbini, kini tengah bersiap mengungsi ke Gaza selatan, meninggalkan Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara. Ketiga relawan Mer-C itu semula menolak dievakuasi Pemerintah Indonesia dengan alasan ingin melanjutkan tugas kemanusiaan di Gaza.
Sarbini mengatakan, kabar tertangkapnya dua relawan Mer-C didapat dari sumber mereka di Gaza, Rabu sore waktu Indonesia. Setelah beberapa kali mengecek pada kontak-kontak mereka di Gaza, keberadaan mereka diketahui jelang Maghrib. Sarbini menyatakan, mereka telah berbicara dengan salah satu dari relawan tersebut, yakni Reza Aldilla.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal mengatakan, setelah proses klarifikasi ke berbagai sumber Kemenlu di Gaza, ketiga relawan Mer-C itu masih ada di Rumah Sakit Indonesia di Gaza. ”Tidak ada penangkapan WNI oleh IDF di Gaza,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)
--------
Catatan editor:
Artikel ini telah mengalami pembaruan, dengan menambahkan perkembangan terbaru terkait situasi di Jalur Gaza, pada Kamis, 23 November 2023, jam 07.10 WIB -- Redaksi