Yayasan Warga Persahabatan: Jembatan Indonesia Jepang
Ketika perang kemerdekaan Indonesia usai, ada 903 serdadu Jepang yang membela Republik Indonesia memaknai kemerdekaan Indonesia dengan jalinan persahabatan erat dua negara.
Tidak semua orang Jepang pulang ketika Indonesia merdeka. Ada 903 mantan tentara Jepang bergabung dengan tentara Indonesia. Kini, keturunan mereka terus mengeratkan hubungan Indonesia-Jepang
Para prajurit itu dan keturunan mereka bergabung dalam Yayasan Warga Persahabatan. Dulu, yayasan itu dibentuk untuk membantu perawatan kesehatan para veteran Jepang. Kini, yayasan itu memberikan beasiswa, mengelola museum, hingga merawat kenangan atas peran veteran Jepang dalam kemerdekaan Indonesia.
Bersama sejumlah pihak, yayasan itu juga menyelenggarakan kursus bahasa Jepang. Selain itu, ada pula aneka kegiatan sosial budaya.
Baca juga: ”Satu Hati” dalam 65 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang
Kiprah itu dinilai Pemerintah Jepang menguatkan hubungan Indonesia-Jepang. Karena itu, Selasa (7/11/2023), Pemerintah Jepang memberikan penghargaan. Ketua Umum Yayasan Warga Persahabatan Heru Santoso Eto menerima penghargaan itu dari Duta Besar Jepang di Jakarta Kanasugi Kenji.
Heru mengatakan, pengurus dan anggota yayasan juga rutin berziarah ke makam pahlawan. Ada 28 purnawirawan TNI asal Jepang dimakamkam di TMP Kalibata, Jakarta. Sisanya dimakamkan di berbagai tempat lain di Indonesia. Ziarah juga dilakukan bersama para pengusaha Jepang di Indonesia.
”Berulang kali ketika rekan-rekan kerja kami orang Indonesia tahu bahwa ada orang-orang Jepang di TMP Kalibata yang berjuang bagi Indonesia, sikap menghargai dan persahabatan menjadi makin erat,” kata Heru.
Rawat kenangan
Untuk merawat ingatan pada generasi pertama atau Isei, seorang dosen, Hitoshi Kato, mewancarai mereka. Hasilnya, lebih dari 100 naskah berisi pengalaman para generasi pertama itu.
Mereka mengenang kehidupan sebelum, saat, dan setelah perang. Kenangan termasuk saat menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat sampai TNI. Catatan itu kekayaan mozaik sejarah Indonesia kontemporer.
Mayoritas catatan ditulis dengan huruf kanji. Sebagian sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan dibukukan dengan judul Prajurit Jepang yang Tidak Kembali, Membaca Catatan Harian Prajurit Jepang Yang Menetap di Indonesia. Kato merekam ingatan para veteran itu, sebagai tentara ataupun pensiunan.
Monumen bersejarah
Yayasan juga aktif merawat situs-situs sejarah. Situs itu antara lain berupa lokasi bekas pertempuran Leuwiliang di Banten. Pada awal Maret 1942, di Leuwiliang ada pertempuran pasukan sekutu dengan Jepang. Di lokasi itu kini dibuat monumen.
Baca juga: Misi Persahabatan Kaisar Jepang
Yayasan Warga Persahabatan juga berupaya merelokasi Monumen Ketenangan Jiwa di Semarang. Kini, monumen itu jauh di pesisir Semarang. Yayasan berusaha memindahkannya lebih mendekati pusat kota.
Monumen itu dibangun untuk mengenang warga Jepang yang menjadi korban Pertempuran Lima Hari di Semarang. Sebagian besar korban adalah warga sipil yang juga karyawan PT Sumitomo (Sumitomo Kaisha).
Museum mini
Di kantor Yayasan, yang terletak di kawasan Tebet, Jakarta, ada sejumlah foto para pejuang Jepang generasi pertama. Selain itu, ada juga aneka kenang-kenangan dari Jepang dan Indonesia untuk yayasan.
Foto dan aneka kenangan itu dikumpulkan dan disusun oleh mantan guru Sekolah Jepang di Jakarta, Yohiro Cho. Aneka foto dan pajangan itu menjadi pajangan museum mini.
Selain museum, di kantor yayasan juga ada kedai. Tempat makan itu dikelola komunitas autisme.
Perhatian Pemerintah Jepang tidak hanya berupa pemberian penghargaan. Di sela lawatan ke Indonesia, Permaisuri Owada Masako menerima Heru dan jajaran pengurus Yayasan Warga Persahabatan.
Selain itu, politisi Jepang, Tatsuo Fukuda, juga pernah menemui para pengurus dan anggota yayasan. Tatsuo merupakan anak mantan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda. ”Kami rutin menerima kunjungan para pejabat Jepang yang melawat ke Indonesia,” kata Miaga Buwana Tanaka, salah satu pengurus itu.
Baca juga: Kunjungan Jokowi Dijadikan Momentum Penguatan Hubungan Indonesia-Jepang
Miaga merupakan cucu salah satu dari 903 veteran Jepang di TNI. Para cucu dan cicit veteran itu mengurus yayasan, menggantikan para veteran dan anaknya.
Kegiatan yayasan itu terutama menjaga hubungan di antara keluarga besar para veteran itu dan keturunannya. Mereka juga menyambut kunjungan para tokoh Jepang ke Indonesia. Tokoh sipil ataupun militer Jepang yang ke Indonesia biasanya bertemu dengan pengurus dan anggota yayasan.
”Sesuai semboyan kami Kokoro No Kokoro, yakni menyambung rasa dari hati ke hati,” kata Mariko Surjanto, ahli seni merangkai bunga.