Keluarga Bang Onim Berhasil Keluar dari Gaza pada Percobaan Ketiga
Setelah melalui proses tidak mudah dan sempat tertunda dua kali, Kementerian Luar Negeri berhasil mengevakuasi satu keluarga WNI dari Jalur Gaza. Masih ada satu keluarga WNI yang tengah diupayakan keluar dari Gaza.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Luar Negeri berhasil mengevakuasi empat warga negara Indonesia dan satu istri WNI dari wilayah Gaza. Evakuasi mereka sempat tertunda dua kali dari rencana yang telah disusun akibat serangan-serangan tiada henti Israel ke Gaza. Pada percobaan ketiga, Kamis (2/11/2023) siang waktu setempat, kelimanya berhasil keluar dari Gaza melalui pintu gerbang perbatasan Rafah, Mesir.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Jumat (3/11/2023), mengatakan bahwa empat WNI dan satu istri WNI tersebut saat ini sudah tiba di Kairo, Mesir. Masih ada satu keluarga WNI lain, terdiri atas tiga WNI (suami dan dua anak) serta satu istri warga Palestina yang masih berada di Gaza dan sedang diupayakan evakuasi mereka.
”Perjalanan evakuasi empat WNI dan satu istri WNI ini bukan hal yang mudah,” kata Retno kepada wartawan.
Selain kondisi lapangan yang terus digempur Israel, Retno menyebutkan, komunikasi dengan WNI di Gaza melalui jaringan telepon seluler yang kerap terputus menyulitkan evakuasi. ”Tidak seperti evakuasi yang terjadi di tempat lain... evakuasi di Gaza ini dilakukan juga (dengan cara) berbeda. Perlu waktu panjang untuk menciptakan koridor evakuasi,” tutur Retno.
Tidak seperti wilayah-wilayah konflik lain, Gaza merupakan enklave di bawah blokade Israel. Selain Israel, hanya Mesir yang berbatasan langsung dengan wilayah itu. Namun, Mesir tidak bisa leluasa—tanpa persetujuan Israel—membuka gerbang perbatasan itu.
Sejak perang Hamas-Israel meletus mulai 7 Oktober 2023, Israel memberlakukan blokade total terhadap Gaza. Seperti diberitakan, lebih dari tiga pekan setelah perang Hamas-Israel meletus atau pada Rabu (1/11/2023), pintu gerbang perbatasan Mesir-Gaza di Rafah baru dibuka bagi warga asing atau yang berkewarganegaraan ganda di Gaza untuk keluar dari Gaza.
Jubir Otoritas Perbatasan Palestina Wael Abu Umar, seperti dikutip kantor berita Associated Press (AP), menyebutkan, hingga Kamis (2/11/2023) sebanyak 342 warga Palestina pemegang paspor asing, 21 orang terluka dalam pertempuran, dan 21 pendamping meninggalkan Gaza melalui pintu perbatasan Rafah.
Retno mengatakan, penjemputan empat WNI dan satu istri WNI di Gerbang Rafah semula direncanakan pada 1 November. Hari itu, tim evakuasi dari Kedutaan Besar RI (KBRI) Kairo telah berada di Rafah. Sebaliknya, kelima orang yang akan dievakuasi juga sudah berusaha menuju Rafah dari Kota Gaza utara.
”Namun, (mereka) harus kembali karena situasi sangat tidak mendukung. Di sepanjang jalan terjadi serangan-serangan,” ujar Retno.
”Kami bersepakat agar WNI kembali ke rumah mereka di Gaza utara. Pada 2 November, dari sejak pagi hari, kita coba lagi lakukan evakuasi, tetapi gagal lagi karena situasi tidak memungkinkan,” tutur Retno.
Baru pada upaya ketiga kalinya, yakni pada 2 November siang hari, mereka berhasil dievakuasi keluar dari Gaza.
Baru pada upaya ketiga kalinya, yakni pada 2 November siang hari, mereka berhasil dievakuasi keluar dari Gaza. Dari Rafah, kelimanya melanjutkan perjalanan ke Kairo sejauh sekitar 367 kilometer dalam waktu tempuh sekitar 7 jam.
”Terima kasih, alhamdulillah, Bang Onim dan anak istri sudah bersama teman-teman KBRI Kairo. Sekarang sedang on the way ke kedutaan. Terima kasih, Ibu,” kata Abdillah Onim (akrab disapa dengan Bang Onim), kepala keluarga yang dievakuasi, dalam rekaman pembicaraan per telepon dengan Retno, yang diperdengarkan kepada awak media.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lalu Muhamad Iqbal menambahkan, bagi WNI yang sudah tiba di Kairo, Pemerintah Mesir memberikan visa 3 x 24 jam kepada mereka untuk tinggal di Kairo. Setelah itu, terserah kepada mereka, apakah akan kembali ke Indonesia atau ke tempat lain sesuai keinginan mereka.
”Sesuai undang-undang, kewajiban negara mengeluarkan WNI ke tempat aman tercepat. Sekarang di Kairo itu sudah aman. Jadi, terserah WNI-nya mau pulang ke Indonesia atau ke keluarganya di tempat lain,” tutur Iqbal.
Satu keluarga masih di Gaza
Retno menambahkan, pihaknya masih mengusahakan evakuasi atas satu keluarga lagi yang tinggal di Gaza selatan. Pada 2 November lalu, keluarga WNI itu sudah sampai di pintu Rafah (sisi Gaza). Namun, masih terdapat beberapa urusan administrasi yang sedang berusaha diurus dan diselesaikan.
Menurut Retno, proses administrasi untuk dapat meninggalkan Gaza juga sangat ketat dan melibatkan banyak pihak di Gaza. Nama-nama warga yang akan meninggalkan Gaza harus mendapatkan persetujuan banyak pihak.
Retno menjelaskan, dałam kondisi normal, keluarga WNI di Gaza selatan itu hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencapai Gerbang Rafah. ”Namun, sekali lagi, itu dalam kondisi normal karena kita tidak bisa memprediksi situasi lapangan dan kemudian memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pintu Rafah,” ujarnya.
Retno berharap pada hari Jumat ini, hari libur di negara-negara Arab, pintu Rafah tetap dibuka. ”Harapan dan permintaan ini sudah saya sampaikan ke Menlu Mesir semalam. Saya sudah berkomunikasi dengan Menlu Mesir untuk menyampaikan permintaan agar pintu Rafah yang di bagian Mesir dapat dibuka di hari libur pada hari Jumat ini,” kata Retno.
Selain menangani evakuasi dua keluarga WNI tersebut, Kemenlu juga terus berkomunikasi dengan tiga WNI relawan MER-C yang tinggal di Gaza utara di sekitar Rumah Sakit Indonesia. ”Sejak awal kita juga sudah lakukan komunikasi dengan beliau-beliau bertiga dan dari komunikasi sejauh ini beliau-beliau memutuskan untuk tinggal di Gaza. Kita akan terus melakukan komunikasi dengan para WNI tersebut,” papar Retno.