Qatar memediasi pembukaan gerbang Rafah bagi korban luka parah dan warga negara asing. Namun, tak ada pembicaraan soal jeda kemanusiaan dan pembebasan sandera.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
RAFAH, RABU — Ratusan penduduk Gaza yang terluka dan warga negara asing mulai meninggalkan Jalur Gaza melalui gerbang penyeberangan Rafah di perbatasan dengan Mesir, Rabu (1/11/2023). Sementara itu, militer Israel terus menggempur berbagai titik di Gaza, termasuk menyerang kamp pengungsi.
Antrean panjang ambulans dan warga yang duduk di kursi roda terlihat di gerbang Rafah begitu Kairo mengumumkan akan memperbolehkan sekitar 90 korban luka paling serius untuk menyeberang. Media-media Mesir melaporkan, mereka telah tiba di Mesir dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Mesir menyiapkan rumah sakit lapangan di Sheikh Zuwayed, Sinai.
Demikian pula bagi para pemegang paspor asing yang terjebak di tengah pertempuran Israel-Hamas di Jalur Gaza. Sumber Reuters di Mesir menyebut, hingga 500 warga asing melewati gerbang Rafah pada Rabu. Selain itu, masih ada 200 orang yang sudah menunggu di perbatasan tersebut. Sumber kedua mengatakan, tidak semua orang itu akan menyeberang pada Rabu. Tidak ada kejelasan berapa lama Rafah akan dibuka untuk evakuasi.
Sejak meletus pertempuran di Gaza, penyeberangan Rafah hanya dibuka untuk aliran bantuan kemanusiaan bagi warga. Izin bagi warga asing dan korban luka parah untuk menyeberang merupakan hasil perundingan Israel, Hamas, dan Mesir yang dimediasi Qatar. Namun, tidak ada pembicaraan menyangkut pembebasan sandera atau jeda kemanusiaan.
Warga melewati gerbang Rafah di perbatasan Gaza bagian selatan dengan Mesir, 1 November 2023. Setelah mediasi oleh Qatar, Hamas-Israel memperbolehkan warga negara asing untuk keluar dari Gaza melalui Rafah.
Qatar menjadi kunci dalam upaya pembebasan sandera yang ditawan Hamas dalam serangan ke wilayah Israel pada 7 Oktober. Doha memperingatkan, serangan Israel yang terus meluas akan melemahkan upaya mediasi dan penurunan konflik.
Serang kamp pengungsi
Militer Israel, Selasa, menyerang kamp pengungsi terbesar di Gaza yang menewaskan sekitar 50 orang. Ledakan besar mengguncang kamp pengungsi Jabalia yang penuh, menghancurkan bangunan dan meninggalkan lubang besar. Ragheb Aqal, warga setempat, menggambarkan ledakan itu seperti gempa bumi. Ia menyaksikan rumah-rumah hancur dan para korban tertimbun reruntuhan.
Bahkan, untuk memanggil ambulans yang bisa menyelamatkan nyawa orang pun mustahil dilakukan.
Komunitas internasional mengecam serangan Israel tersebut. Bolivia mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel menyusul aksi militer di Gaza. Arab Saudi juga ”mengecam dalam tingkatan paling keras atas serangan tidak manusiawi pasukan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia”.
Situasi kemanusiaan di Gaza menjadi semakin gawat. Jaringan komunikasi dan internet kembali mati total, Rabu. Lembaga kemanusiaan memperingatkan, situasi itu mempersulit upaya mereka menyalurkan bantuan. ”Bahkan, untuk memanggil ambulans yang bisa menyelamatkan nyawa orang pun mustahil dilakukan,” kata juru bicara Komite Palang Merah Internasional, Jessica Moussan.
Foto yang diambil dari cuplikan video AFPTV memperlihatkan warga Palestina mencari penyintas di bawah puing-puing bangunan akibat serangan militer Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza, 31 Oktober 2023.
Israel mengerahkan semakin banyak tank ke perbatasan utara Gaza seiring upaya meningkatkan serangan darat sebagai respons atas serangan Hamas yang menewaskan 1.400 orang. Israel masih menghadapi serangan roket Hamas dan bertempur di wilayah sekitar perbatasan Lebanon dengan kelompok Hezbollah.
Setidaknya 11 tentara Israel tewas dalam pertempuran pada Selasa. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyesalkan korban tewas di pihaknya dan mengatakan perang akan berlangsung lama. ”Kita berada dalam perang yang berat. Perang akan lama. Saya berjanji pada semua warga Israel: kita akan menyelesaikannya. Kita akan terus mendesak sampai menang,” katanya dalam pernyataan.
Israel juga menyatakan telah menempatkan kapal-kapal berpeluru kendali di Laut Merah. Langkah itu diambil setelah serangan pesawat nirawak (drone) jarak jauh dan serangan rudal yang diklaim kelompok Houthi di Yaman. (AFP/REUTERS)