Tentara Israel Serbu Terowongan Hamas
Pertempuran jarak dekat terjadi di Gaza. Israel menolak gencatan senjata. Pertempuran berdampak fatal pada warga.
DEIR AL-BALAH, SELASA - Meskipun mendapat kecaman dari banyak pihak, Israel tidak mengendurkan serangan. Bahkan, pada Selasa (31/10/2023), pasukan Israel mengintensifkan serbuan mereka ke Gaza. Pertempuran kota kini terjadi di jaringan terowongan bawah tanah Hamas di Gaza utara.
Salah satu juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Letkol Jonathan Conricus, mengatakan, operasi darat di Gaza difokuskan di utara, termasuk Kota Gaza. Conricus menyebut wilayah itu sebagai ”pusat gravitasi Hamas”. Tekanan Israel itu tidak terlepas dari sikap keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang pada Senin malam menegaskan menolak gencatan senjata.
Baca juga: Gaza Luluh Lantak, Pertempuran Meluas ke Negara Lain
”Namun, kami juga terus melakukan serangan di wilayah lain di Gaza. Kami memburu komandan mereka, kami menyerang infrastruktur mereka, dan setiap kali ada target penting yang terkait dengan Hamas, kami serang,” kata Conricus.
IDF mengatakan, dalam beberapa hari terakhir mereka berhasil menghancurkan 300 target, termasuk jaringan bawah tanah Hamas. Rekaman video yang dirilis IDF memperlihatkan tentara Israel berjalan melintasi area terbuka dengan suara tembakan keras menggema. Mereka lantas mengambil posisi di reruntuhan bangunan yang rusak berat. Sebelum perang terjadi, wilayah di bagian utara dan timur Kota Gaza itu dihuni oleh lebih dari 650.000 orang.
Baca juga: Krisis Gaza dan Kecemasan Bangsa Arab Akan Terulangnya Tragedi ”Nakba” 1948
Sementara itu, Hamas juga merilis video yang memperlihatkan pertempuran di Gaza utara. Dalam pertempuran pada Minggu itu, seorang anggota Hamas—dengan mengenakan kamera perekam—muncul dari terowongan sembari membawa peluncur granat. Ia berlari melintasi bukit pasir dan semak- semak bersama milisi lainnya di tengah suara tembakan.
Conricus mengatakan sekitar 800.000 orang telah mengindahkan perintah militer Israel untuk mengungsi ke selatan. Namun, puluhan ribu orang masih berada di dalam dan sekitar Kota Gaza. Tak bisa ditampik, korban jiwa diperkirakan akan meningkat ketika pertempuran berpindah ke lingkungan perumahan yang padat.
Sejak Israel menggelar serangan balasan ke Gaza pada 8 Oktober, jumlah korban tewas di sisi Palestina mencapai lebih dari 8.300 orang. Israel, sebagaimana ditegaskan Netanyahu, tidak mau mengendurkan serangan, apalagi melakukan gencatan senjata.
Baca juga: Komunikasi ke Gaza Terputus, PBB Capai Resolusi untuk Jeda Kemanusiaan
”Seruan untuk gencatan senjata itu seruan agar Israel menyerah kepada Hamas. Itu tidak akan terjadi,” kata Netanyahu.
Di sisi lain, Hamas mencoba membangun langkah positif. Mereka membebaskan empat sandera dan berjanji akan melepaskan sandera lainnya sebagai barter dengan ribuan warga Palestina yang ditahan Israel. Namun, Israel tak mau.
Sama seperti Netanyahu, Amerika Serikat juga menolak gencatan senjata permanen. Mereka khawatir langkah itu hanya akan memberi Hamas waktu untuk menumpuk logistik dan menggalang kekuatan.
Saat ini dikabarkan, Israel terus memeriksa semua kargo masuk. Hal itu untuk memastikan tidak ada penyelundupan senjata sekaligus memantau arus barang agar tidak diambil Hamas.
Secara terpisah, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengakui perlunya mempertimbangkan adanya jeda kemanusiaan. Sebelumnya, Majelis Umum PBB, Jumat lalu, mengadopsi resolusi tidak mengikat yang meminta jeda kemanusiaan segera.
Indonesia-Belanda prihatin
Dalam pertemuan bilateral di Jakarta, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menlu Belanda Hanke Bruins Slot juga membahas isu Gaza. Retno menyoroti kegagalan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa membuat resolusi soal perkembangan di Gaza.
Baca juga: Warga Jalur Gaza Terpenjara di Neraka Dunia
”Saya tidak paham, dengan kondisi kemanusiaan seperti ini, DK PBB tetap berdiam diri,” ujarnya.
Adapun Slot mengatakan, perkembangan di Gaza amat memprihatinkan dan terus memburuk. Warga sipil di Israel-Gaza terus menjadi korban perang dalam 23 hari terakhir.
”Perkembangan ini membutuhkan upaya diplomatik terkoordinasi. Kita amat prihatin pada kondisi kemanusiaan di Gaza dan ketiadaan akses (bantuan) kemanusiaan. Karena itu, kita harus meminta jeda kemanusiaan dan penyediaan koridor kemanusiaan,” ujarnya.
Meski berhak membela diri, Slot menyebut, Israel harus tetap mematuhi hukum internasional. Jatuhnya korban sipil dan perluasan perang di kawasan harus dihindari. Menurut Slot, meski berat, Solusi Dua Negara adalah jalan keluar paling realistis untuk mencapai kedamaian dan keamanan bagi Israel dan Palestina.
Bencana kesehatan
Secara terpisah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, apabila pertempuran antara Israel dan Hamas tidak segera berhenti, ”bencana kesehatan masyarakat” akan segera terjadi di Gaza. Dari Geneva, Juru Bicara WHO Christian Lindmeier mengingatkan adanya risiko kematian warga sipil yang tidak terkait langsung dengan perang.
”Ini adalah bencana kesehatan masyarakat yang akan terjadi seiring dengan perpindahan massal, kepadatan penduduk, serta kerusakan infrastruktur air dan sanitasi,” kata Lindmeier. Oleh karena itu, tak ada jalan lain selain segera mengakhiri konflik Israel-Palestina.
(REUTERS/AFP/AP)