Indonesia akan mengevakuasi 7 WNI dari Gaza dan mengirim bantuan ke sana. Indonesia ingin meringankan derita warga Gaza.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Sebelum perang Hamas-Israel meletus pada 7 Oktober 2023, Gaza kerap disebut ”penjara terbuka terbesar” di dunia. Sebutan ini muncul terkait blokade Israel atas enklave itu setelah kelompok Hamas menguasai Gaza pada 2007.
Hampir sebulan terakhir, tiap hari tanpa henti warga Gaza dibombardir Israel. Sasaran serangan Israel bukan hanya kelompok Hamas dan markas tempat penyimpanan senjata mereka. Serangan Israel membabi buta, menghujani sasaran-sasaran warga sipil, seperti permukiman warga, rumah sakit, sekolah, pasar, hingga tempat pengungsian, dengan bom dan rudal. Tidak ada lagi tempat berlindung bagi warga di Gaza.
Kamp pengungsi Jabalia, yang dibangun sejak 1948, luluh lantak akibat serangan Israel, Selasa dan Rabu (31/10-1/11/2023). Korban serangan itu, menurut pemerintahan Hamas, menembus angka 1.000 orang, terdiri dari 195 orang tewas, 120 orang hilang, dan 777 orang luka-luka. Jika dihitung sejak 7 Oktober lalu, sudah lebih dari 9.000 orang di Gaza—sedikitnya 3.700 korban adalah anak-anak—tewas.
Di mata militer Israel, demi memuaskan nafsu membalas serangan Hamas pada 7 Oktober, nyawa warga di Gaza seperti tidak ada artinya. Juru bicara Unicef, James Elder, menyebut Gaza sudah menjadi ”ladang kuburan bagi ribuan anak-anak”. Tak terhitung pejabat PBB dan lembaga kemanusiaan menyebut serangan Israel ke Gaza bisa termasuk kejahatan perang.
Situasi di Gaza semakin mengerikan. Sepekan ini militer Israel melancarkan serangan darat secara bertahap ke beberapa area di Gaza. Sasaran mereka adalah jaringan terowongan pusat operasional Hamas di bawah kota Gaza, yang mereka yakini juga sebagai tempat menahan lebih dari 230 sandera.
Yang tak kalah menyesakkan adalah blokade total atas Gaza sehingga pangan, obat-obatan, bahan bakar, dan berbagai kebutuhan pokok lain tak bisa masuk ke wilayah itu. Dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengungkapkan, tanpa pasokan bahan bakar untuk menghidupkan generator utamanya, Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Jumat (3/11/2023), benar-benar lumpuh, tak bisa beroperasi.
Untuk itu, harus ada jeda kemanusiaan di Gaza guna menyelamatkan nyawa warga Gaza. Ini seruan komunitas internasional. Philippe Lazzarini, Kepala Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA), yang menangani pengungsi Palestina, menyebut jeda kemanusiaan saat ini perkara hidup-mati bagi warga di Gaza.
Pekan ini, di tengah penolakan Israel memenuhi seruan internasional itu, Pemerintah Indonesia mengirimkan bantuan ke Gaza sekaligus mengevakuasi tujuh WNI dari sana. Tiga WNI lain, yakni sukarelawan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), memutuskan tetap tinggal di Gaza untuk membantu masyarakat setempat.