Bertemu ”Oscar Wilde” di Taman Merrion Square
Sempat salah membaca peta, upaya mencari keberadaan monumen penyair tersohor Irlandia, Oscar Wilde, berlanjut. Sayangnya, rumah tempat lahir Wilde tidak bisa dikunjungi mendadak.
Cuaca kota Dublin, Irlandia, pada Senin (23/10/2023) pagi tidak cukup bersahabat. Ketika membuka jendela kamar hotel sekitar pukul 07.00, matahari belum menampakkan sinarnya. Sisa gerimis masih terlihat dari genangan-genangan kecil di jalanan.
Namun, tidak ada waktu untuk tetap berada di balik selimut. Melihat jadwal kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Irlandia Global 2023, hanya pada Senin pagi itu ada waktu senggang untuk menelusuri sisi selatan Dublin secara lebih komplet. Apalagi, sehari sebelumnya, karena salah membaca peta, saya berjalan ke arah yang salah. Mungkin karena baru saja mendarat dari penerbangan panjang, peta jadi tak terbaca dengan benar.
Baca juga : Pere Lachaise, Wisata Kuburan di Paris Dengan 3,5 Juta Pengunjung per Tahun
Kaus, kemeja flanel, jaket tebal serta bucket hat atau kupluk menjadi senjata untuk menghalau dingin suhu Dublin yang pagi itu di kisaran 8-10 derajat celsius. Tujuan utama pagi itu adalah Merrion Square Park, taman kecil tak jauh dari pusat pemerintahan Irlandia.
Di peta, jaraknya hanya kurang dari 2 kilometer dan bisa ditempuh dengan jalan kaki selama sekitar 30 menit. Akan tetapi, lantaran dalam perjalanan menuju ke sana cukup banyak yang dilihat, waktu perjalanan bisa menjadi dua kali lipat.
Keluar dari Hotel Camden Court dan berjalan singkat menelusuri Harcourt Street ke arah utara, kita akan mendapati bangunan-bangunan lama di sisi kanan dan kiri jalan. Bangunan berbahan dasar batu dan bata merah mendominasi bangunan di sepanjang jalan itu, termasuk di antaranya gedung yang ditempati Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia.
Bangunan-bangunan di Dublin sebagian besar dibangun dengan gaya arsitektur Georgia yang berkembang pada abad ke-17 dan ke-18. Ciri utama gaya arsitektur itu adalah komposisi simetris dan detail klasik formal, gaya paling umum di wilayah koloni Inggris sepanjang abad ke-18. Gaya ini bisa dilihat dari penempatan jendela yang simetris kiri-kanan atas-bawah, dinding batu atau bata, pedien atau mahkota dan pilaster di pintu depan, hingga quoin atau balok batu di sudut dinding.
Dermot Larkin, sopir taksi yang mengantarkan Kompas dari Bandara Dublin ke Hotel Camden Court di City Central menuturkan, hampir tidak ada bangunan di Dublin yang tidak menggunakan batu atau batu bata. Selain lebih hangat, dalam pandangan masyarakat Irlandia, bangunan dengan komposisi lebih banyak besi atau baja ringan adalah sebuah pabrik. ”Bukan rumah untuk ditinggali,” katanya sambil tertawa.
Yang menarik, saat melewati gedung kantor Perdana Menteri atau Taoiseach dalam bahasa Celtics, selain arsitekturnya yang menawan, adalah penjagaannya. Hanya terlihat dua petugas kepolisian di sepanjang jalan Merrion St Upper, yang melingkupi kantor PM Irlandia hingga kantor Jaksa Agung sepanjang hampir sekitar 350 meter.
Monumen
Magnet utama Merrion Square Park sebenarnya adalah Oscar Wilde. Di taman itu berdiri monumen Oscar Wilde, penyair dan penulis drama termasyhur Irlandia abad ke-19. Kisah hidupnya yang dinamis cenderung kontroversial menjadi daya tarik tersendiri. Jasadnya kini terbaring di pemakaman Pere Lachaise di kota Paris, Perancis, jauh dari tempat kelahirannya.
Patung penyair bernama lengkap Oscar Fingal O’Flahertie (1854-1900) itu berada di sudut barat Merrion Square Park. Patung Oscar Wilde dipahat oleh pematung Irlandia, Danny Osborne. Ia membutuhkan waktu sekitar 2,5 tahun, mulai dari membuat konsep, mencari bahan baku, hingga mengerjakannya. Osborne menggunakan berbagai jenis batu berwarna dengan tekstur yang bervariasi sebagai representasi kehidupan penuh warna yang dijalani Wilde, termasuk giok hijau yang diambil dari sebuah lokasi di Kanada.
Patung itu memperlihatkan Wilde tengah bersandar dinding batu sambil memandang ke depan, tepat ke sebuah bangunan yang merupakan rumah masa kecilnya di Merrion Square 1. Osborne juga memasang dua pilar batu dengan dua patung perunggu di atasnya. Salah satu patung adalah istri Wilde, Constance Lloyd, yang tengah mengandung. Patung lainnya adalah Dionysius, yang melambangkan seni.
I hope you have not been leading a double life, pretending to be wicked and being really good all the time. That would be hypocrisy.
Di bagian penyangganya, Osborne memasang sejumlah kutipan yang menguraikan pemikiran, opini, hingga lelucon tentang kehidupan. Kutipan-kutipan tersebut dipilih oleh gabungan penyair, tokoh masyarakat, dan seniman yang menggunakan kata-kata Wilde untuk memberikan penghormatan kepadanya. Ukiran kutipan yang dipilih meniru tulisan tangan pribadi tokoh-tokoh seperti Seamus Heaney, John B. Keane, dan Presiden Irlandia Michael D. Higgins.
Salah satu kutipannya yang menarik adalah: “I hope you have not been leading a double life, pretending to be wicked and being really good all the time. That would be hypocrisy” (Saya harap Anda tidak menjalani kehidupan ganda, berpura-pura jahat dan sangat baik setiap saat. Itu kemunafikan).
Baca juga : Peta Jalan Baru Irlandia
Wilde terjun ke dunia sastra berkat kedua orangtuanya yang menggemari karya-karya sastrawan klasik. Ayahnya, Sir William Wilde, adalah ahli bedah telinga dan mata terkemuka di Irlandia. Ia menerbitkan buku-buku tentang arkeologi, cerita rakyat, dan satiris Jonathan Swift. Ibunya, yang menulis dengan nama Speranza, adalah penyair revolusioner serta ahli dalam mitos dan cerita rakyat Celtic.
Karya Wilde yang terkenal di antaranya ”Gambar Dorian Gray” (1891), serta karya komiknya ”Lady Windermere's Fan” (1892) dan ”Pentingnya Menjadi Sungguh-sungguh” (1895). Dia juru bicara gerakan Estetika pada akhir abad ke-19 di Inggris, yang menganjurkan seni demi seni. Wilde pernah mendapat tuntutan perdata dan pidana karena keterlibatannya dalam gerakan LGBT, yang berakhir dengan hukuman penjara (1895–1897).
Wilde adalah pendukung Gerakan Estetika dalam seni dan sastra, yang menyatakan bahwa bentuk-bentuk ini harus berfokus pada keindahan daripada mencoba menyampaikan pesan moral atau politik. Dia melawan gaya Victoria yang ketat dengan mengenakan beludru dan sutra warna-warni serta menjaga rambutnya tetap panjang.
Baca juga : Irlandia Kukuhkan Peran di Panggung Diplomasi Global
Merrion Square Park adalah taman tempat bermain Wilde kecil dan kawan-kawannya. Taman ini awalnya dibangun pada 1762 oleh John Smyth dan Jonathan Barker untuk Viscount Fitzwilliam, seorang bangsawan Irlandia. Sementara rumah dan bangunan di sekelilingnya sebagian besar dibangun pada awal abad ke-19. Kawasan itu dibangun atas keputusan Earl of Kildare (yang kemudian menjadi Duke of Leinster) untuk mengembangkan hunian ke selatan Sungai Liffey.
Hingga tahun 1974, taman ini hanya dibuka untuk penduduk yang memiliki kunci pribadi. Akan tetapi, kini taman ini dikelola oleh Dewan Kota Dublin.
Berkunjung ke monumen Wilde rasanya tak lengkap tanpa mengunjungi rumah tempat dia dilahirkan yang jaraknya hanya sepelemparan batu. Sayangnya rencana itu buyar karena rumah Wilde yang saat ini dikelola American College Dublin tidak bisa didatangi sewaktu-waktu, harus dengan perjanjian.
St Stephen’s Green
Dalam perjalanan kembali ke hotel, tak jauh dari monumen Oscar Wilde, terdapat oase lain di kota ini, yaitu St Stephen’s Green. Taman seluas lebih kurang 22 hektar itu menawarkan ketenangan dengan tanaman dan pepohonan rimbun serta belasan monumen bersejarah, yang menjadi bagian dari sejarah kota dan rakyat Irlandia.
Mengutip laman resmi pengelola taman, tidak sekadar menjadi tempat untuk menghormati tokoh-tokoh sejarah Irlandia dan tokoh dunia, taman yang bisa dikelilingi dalam 30-40 menit berjalan kaki itu adalah pusat peristiwa penting dalam sejarah Irlandia. Dalam peristiwa Easter Rising tahun 1916, para pejuang menggali parit di sekeliling taman untuk menghalau musuh. Sementara rumah kaca di dalamnya digunakan sebagai rumah sakit darurat.
Nama taman diambil dari nama sebuah gereja yang berdiri pada abad ke-13 tidak jauh dari lokasi taman. Memiliki nilai sejarah, taman ini juga menjadi tempat bagi sejumlah bangsawan Irlandia untuk memperlihatkan busana-busana yang dimilikinya. Beaux Walk di bagian utara taman menjadi lokasi favorit para bangsawan untuk kegiatan itu. Kini salah satu bangunannya digunakan oleh Hotel Shelbourne.
Taman ini sempat dikelola oleh perorangan dan tidak terawat. Akhirnya, Sir Arthur Guinnes, pendiri penyulingan bir terkemuka Irlandia, Guinnes, menawarkan diri untuk membelinya dan mengembalikan fungsinya untuk publik. Tahun 1877 dia membeli lahan itu dan menyerahkannya pada Komisaris Pekerjaan Umum, yang sekarang disebut OPW.
Tak hanya membeli dan menghibahkannya untuk publik, menurut laman resmi pengelola, Sir Arthur juga ikut serta merancang dan menata taman tersebut. Banyak fitur di taman yang dibuat berdasarkan sarannya, termasuk danau seluas 3 hektar. Diperkirakan pembangunan kembali taman tersebut menelan biaya 20.000 poundsterling (sekitar Rp 385,6 juta). Setelah tiga tahun pekerjaan konstruksi dan tanpa upacara resmi, taman dibuka kembali untuk umum pada 27 Juli 1880. Kini taman itu menjadi oase bagi banyak orang, tidak hanya warga setempat, tetapi juga para turis dan pendatang.