Peta Jalan Baru Irlandia
Irlandia mungkin termasuk negara kecil di antara negara-negara lain anggota Uni Eropa. Meski begitu, mereka memiliki rencana besar untuk menjejakkan kaki lebih luas di percaturan politik internasional, termasuk ke Asia.
Selasar aula The Printworks, tepat di seberang Kastil Dublin, Rabu (25/ 10/2023) siang, bak sarang tawon. Selama dua hari, tempat itu menjadi tempat berkumpul anggota korps diplomatik Departemen Luar Negeri Irlandia dari seluruh dunia. Hampir semua anggota korps diplomatik Irlandia dipanggil pulang, berkumpul di ruangan tersebut.
Hari itu Deplu Irlandia mengumumkan penyegaran baru strategi kebijakan luar negerinya, Global Ireland 2025. Pengumuman dokumen baru kebijakan luar negeri Irlandia untuk Asia Pasifik langsung disampaikan Deputi Perdana Menteri Irlandia, Micheal Martin, di hadapan anggota korps diplomatik Irlandia.
“Kita menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Irlandia percaya bahwa saat seperti ini yang diperlukan adalah lebih banyak koneksi, lebih banyak keterlibatan dengan negara lain, bukan sebaliknya, menarik diri dari dunia. Inilah keyakinan yang ada di jantung Global Irlandia,” katanya.
Baca juga: Irlandia Kukuhkan Peran di Panggung Diplomasi Global
Martin menjelaskan, Global Irlandia memfokuskan diri pada membangun dampak, memperluas jangkauan dan pengaruh Irlandia di panggung global. Penyegaran ini mencakup memperkuat kemitraan yang sudah terbangun sebelumnya dan menjalin kemitraan baru.
”Ambisinya adalah menjadikan suara kita menjadi lebih berarti di kancah internasional. Membangun reputasi dan menjadikan Irlandia sebagai negara yang ikut berpartisipasi dalam jalinan perekonomian global, perdagangan, diplomasi, perdamaian dunia hingga kebudayaan,” ujar Martin.
Mengglobalkan Irlandia
Upaya membawa Irlandia dalam percaturan politik global sudah berlangsung setidaknya tiga dekade terakhir. Meski telah menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1950-an dan Masyarakat Ekonomi Eropa sejak pertama kali dibentuk, Irlandia di mata sebagian besar warganya tidak cukup berperan dalam tatanan global.
John Doyle dan Ellen Connoly, pengajar Pusat Studi Internasional di Fakultas Hukum dan Pemerintahan Universitas Kota Dublin, menyebut, selama beberapa dekade Irlandia sangat bergantung pada dua pihak, yaitu Amerika Serikat dan Uni Eropa, dalam perekonomiannya. Ketergantungan yang besar juga pada Inggris.
Buku Putih Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Irlandia yang dikeluarkan pada 1996 untuk pertama kali mendorong Irlandia untuk keluar dari bayang-bayang ketergantungan itu. Dinyatakan di buku putih itu, ”Justru karena Irlandia kecil dan sangat bergantung pada perdagangan luar negeri demi kesejahteraannya, kita memerlukan kebijakan luar negeri yang aktif. Untuk kelangsungan hidup kita, kita bergantung pada lingkungan internasional yang diatur di mana hak dan kepentingan kelompok terkecil sekalipun dijamin dan dilindungi.”
Charles Flanagan, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Irlandia 2014-2017, mengatakan, ”sahabat-sahabat” baru memiliki peran yang sangat signifikan untuk membantu Irlandia keluar dari krisis ekonomi tahun 2008.
Justru karena Irlandia kecil dan sangat bergantung pada perdagangan luar negeri demi kesejahteraannya, kita memerlukan kebijakan luar negeri yang aktif.
Peran Deplu dan Perdagangan saat itu, menurut dia, penting untuk membalikkan situasi krisis. Flanagan mengatakan, penyatuan tanggung jawab soal kebijakan luar negeri dan perdagangan dalam satu payung sejak 2011 membuat proses pemulihan ekonomi yang selama ini tergantung pada entitas tertentu menjadi lebih cepat.
Baca juga: Pendidikan Vokasi Bawa Irlandia Bangkit dari Keterpurukan Ekonomi
“Keamanan, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat Irlandia terhubung dengan dunia yang lebih luas dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Flanagan.
Ekonomi Irlandia mengalami pemburukan tahun 2008, bersamaan dengan krisis ekonomi yang juga melanda dunia. Skandal perbankan dan gelembung properti adalah beberapa hal yang membuat perekonomian negara ini bergerak ke arah resesi setelah menikmati pertumbuhan yang tinggi antara tahun 1980-1981 hingga pertengahan era 2000-an. Bursa Efek Irlandia (ISEQ), yang mencapai puncaknya di tahun 2007, dengan 10.000 poin, mengalami penurunan drastis menjadi hanya 1.987 poin, level terendah dalam 14 tahun, Februari 2009.
Flanagan mengatakan, pembentukan Dewan Perdagangan Ekspor yang terkoordinasi dengan seluruh lembaga dan departemen secara perlahan mengembalikan performa perekomian negara. Pencarian pasar-pasar baru, yang diidentifikasi 27 pasar prioritas, menurut Flanagan, membantu mengembalikan performa perekonomian Irlandia. Sejak tahun 2011, perekonomian Irlandia yang berbasis ekspor terus tumbuh.
”Duta besar, korps diplomatik telah membawa kebijakan luar negeri dan hubungan kita dengan banyak negara menjadi hal yang paling penting dalam sejarah negara ini,” katanya.
Dampak Brexit
Kesadaran agar tidak terulangnya kembali resesi ekonomi tahun 2008 menjadi pengingat bagi pemerintah Irlandia. Gonjang-ganjing keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa pada masa pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson membuat Irlandia harus bersiap untuk tidak terlalu bergantung pada Inggris.
Baca juga: Indonesia Pasar Prioritas Irlandia
Kajian lembaga ekonomi Copenhagen Economics yang disewa oleh Departemen Bisnis, Usaha dan Inovasi Pemerintah Irlandia menyatakan, dalam semua skenario yang dipertimbangkan oleh pemerintah, Brexit akan berdampak negatif bagi ekonomi Irlandia.
Simpulan lembaga itu, yakni Brexit akan menaikkan biaya perdagangan, menurunkan nilai ekspor komoditas dan jasa hingga 8 persen pada 2030. Ujungnya berdampak pada penurunan angka produk domestik bruto (PDB) 3-7 persen tahun 2030. Lima sektor yang paling terpengaruh adalah pertanian, farmasi, mesin, grosir, dan transportasi udara.
Perdana Menteri Irlandia Leo Varadkar menyebut, setelah Inggris memutuskan keluar dari UE, Irlandia harus juga memcari alternatif baru hubungan yang lebih menjanjikan sekaligus tetap mempererat yang sudah terbangun sebelumnya. “Ketika kekuatan ekonomi dan politik global bergeser ke timur dan selatan, Irlandia akan meresponsnya dengan menjalin pertemanan baru dan meningkatkan hubungan jangka panjang di Asia dan negara-negara Selatan,” katanya.
Sebagai fondasi pelaksanaan kebijakan luar negeri Irlandia masa itu, pemerintahan Varadkar menyusun kembali dokumen kebijakan luar negeri dan perdagangan yang dikeluarkan pada 2018, bertajuk ”Global Ireland, Jejak Kaki Global Irlandia” tahun 2025. Walau Varadkar menyebut Asia Pasifik dan negara-negara selatan, dokumen ini tidak banyak menyebut secara khusus kawasan ini, kecuali Afrika. Hanya beberapa negara di Asia yang disebut dalam dokumen itu, yakni China, India, dan Jepang.
Duta Besar Irlandia untuk Indonesia Padraig Francis mengakui, kebijakan luar negeri Irlandia secara historis memberikan porsi yang cukup besar pada Afrika, khususnya Afrika Timur, karena hubungan budaya dan sejarah yang lebih kuat. Secara historis, Irlandia dan Afrika memiliki kedekatan karena pernah menjadi bagian dari Kerajaan Inggris serta kehadiran misionaris Katolik Irlandia di kawasan itu.
“Program bantuan pembangunan kami juga berfokus pada masyarakat termiskin dari masyarakat miskin sehingga sejak tahun 1970-an dan seterusnya kami fokus pada Afrika Sub-Sahara,” kata Francis.
Asia dan ASEAN
Meningkatnya minat Irlandia terhadap Asia dan Asia Tenggara, khususnya, telah terjadi pada era 1990-an. Menurut Francis, hal itu didorong penilaian semakin pentingnya perdagangan dan investasi global bagi perekonomian Irlandia. Irlandia mulai membuka kantor misi diplomatiknya di Kuala Lumpur tahun 1995 sebagai penjejak awal di Asia Tenggara.
”Kini, sudah ada enam kedutaan besar di kawasan, yakni di Kuala Lumpur, Singapura, Hanoi, Bangkok, Jakarta (2014), dan yang terbaru adalah di Manila (2021),” tutur Francis.
Baca juga: Irlandia Mengajak Indonesia untuk Saling Belajar
Dalam penilaian Dublin, kekuatan ekonomi dunia tengah bergeser. Dokumen Global Ireland 2018 menyatakan, sebagian besar pertumbuhan ekonomi dunia akan didorong oleh banyak kekuatan ekonomi baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Pada 2030, Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memproyeksikan China dan India saja akan bersama-sama akan menyumbang 35 persen dari PDB global. Sebaliknya, pangsa negara-negara OECD akan turun lebih dari 10 persen.
Ketertarikan pada Asia, khususnya Asia Tenggara, dinyatakan pada dokumen anyar Global Ireland yang diluncurkan di Dublin, Rabu (25/10/2023).
Dokumen itu juga menyatakan, dengan populasi yang masih muda dan aktif, Asia lebih atraktif dibandingkan kawasan lainnya. Ketertarikan pada Asia, khususnya Asia Tenggara, dinyatakan pada dokumen anyar Global Ireland yang diluncurkan di Dublin, Rabu lalu.
Dalam dokumen itu, disebutkan bahwa Asia Pasifik menjadi kawasan pusat pertumbuhan global. Sebesar 60 persen perdagangan maritim global melewati kawasan ini, termasuk 33 persen melewati wilayah Laut China Selatan yang kini menjadi pusat friksi.
Di kawasan ini, pundi-pundi kas Irlandia bertumbuh. Dalam sektor ekspor barang, nilai perdagangan Irlandia mencapai 50,7 miliar euro pada 2022. Sementara pada sektor jasa, Irlandia mengalami surplus hingga 20 miliar euro.
Meski sadar bahwa ketidakpastian ekonomi global terus berlanjut, Dublin memandang kawasan Asia Pasifik menawarkan peluang dan nilai tambah yang signifikan bagi bisnis Irlandia. “Menumbuhkan hubungan perdagangan dan investasi akan semakin menghubungkan Irlandia dengan kawasan paling dinamis di dunia, berkontribusi pada upaya mendiversifikasi pasar dan membantu mendukung lapangan kerja serta membangun ketahanan perekonomian Irlandia,” sebut dokumen itu.
Irlandia sadar bahwa di beberapa titik di Asia, termasuk Laut China Selatan, potensi konflik terbuka. Namun, menurut Francis, sentralitas ASEAN dan peran Indonesia sebagai pemimpin tradisional di kawasan bisa mendorong semangat kerja sama yang lebih baik dan berarti bagi semua pihak.
”Irlandia menyambut baik stabilitas regional di ASEAN. Pengalaman kami sebagai anggota Uni Eropa adalah bahwa peningkatan stabilitas dan integrasi ekonomi mendorong peningkatan kemakmuran, dan tanpa hubungan damai antar negara, kemakmuran tidak mungkin terjadi,” kata Francis.
Sama halnya seperti Indonesia dan ASEAN, Irlandia adalah pembela tatanan multilateral berbasis aturan. Irlandia, seperti halnya Indonesia dan ASEAN, akan terus mendorong semua negara untuk menghormati norma-norma internasional yang telah disepakati bersama.
Bermitra bersama negara-negara besar di Asia dan adidaya, seperti China dan AS, menurut Francis, akan lebih berarti dalam menghadapi ketidakpastian situasi dunia dan segala tantangannya, mulai dari masalah kesehatan global, perubahan iklim hingga pencapaian tujuan pembanguan berkelanjutan.