Pere Lachaise, Wisata Kuburan di Paris Dengan 3,5 Juta Pengunjung per Tahun
Setiap tahun, tak kurang 3,5 juta orang berduyun-duyun ke Pere Lachaise, tempat pemakaman umum di Paris, Perancis. Ada apa di sana?
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
Musim panas menyapa Paris, Perancis. Meninggalkan sejenak keriuhan di Paris, Presiden Emmanuel Macron dan keluarga memilih berlibur ke Pulau Porquerolles di wilayah Perancis selatan. Di sana, ia bermain air, jet ski dan olahraga air lainnya.
Namun, sejatinya, Paris tak hanya memiliki Arc de Triomphe, Menara Eiffel, atau Museum Louvre sebagai tujuan wisata menarik. Kota itu masih punya banyak tempat lain yang menarik. Pemakaman umum di Paris timur adalah salah satunya.
Makam? Ya! Namanya, Pere Lachaise. Ini makam bukan sembarang makam. Kompleks seluas 43 hektar itu merupakan tempat peristirahatan terakhir sejumlah tokoh besar dunia bidang seni, musik, sastra, dan sejarah.
Di antaranya adalah Edit Piaf (biduanita legendaris Perancis), Frédéric Chopin (komposer dan pianis virtuoso dari periode Romantis asal Polandia), Oscar Wilde (penulis puisi dan drama asal Irlandia), dan Jim Morrison (vokalis band rock asal Amerika Serikat, The Doors).
Makam Jim Morrison adalah yang paling banyak dikunjungi. Rombongan penggemar datang untuk memberikan penghormatan kepada penyanyi itu setiap 3 Juli, hari peringatan kematiannya.
Nama-nama besar itu jadi alasan utama mengapa Pere Lachaise menjadi salah satu tujuan wisata di Paris. Tercatat rata-rata 3,5 juta orang per tahun berkunjung ke makam yang berdiri sejak 1804 tersebut. Tak hanya itu, suasana dan kompleks Pere Lachaise secara keseluruhan juga menambah daya tarik pemakaman umum itu.
Dalam lanskap besarnya, Pere Lachaise adalah ruang terbuka hijau terbesar ketiga di Paris dengan luas lahan mencapai 43 hektar. Sekitar 4.000 pohon menaunginya.
Pere Lachaise adalah ruang terbuka hijau terbesar ketiga di Paris dengan luas lahan mencapai 43 hektar. Sekitar 4.000 pohon menaunginya.
Di musim semi, pemakaman ini punya aura romantis. Di musim gugur, suasananya berubah menjadi penuh warna seiring ribuan dedaunan, dengan berbagai bentuk dan warna, berguguran.
Ketika memasuki musim dingin, suasananya menjadi agak sendu dan cenderung misterius. Semuanya itu memberi ketenangan di tengah suasana kota Paris yang sibuk.
Selama pandemi Covid-19, Pere Lachaise ditutup untuk umum. Namun, seiring terkendalinya Covid-19, pengelola membukanya kembali. Dan, di musim panas ini, pengunjung kembali berduyun-duyun ke sana. Tak kurang dari 7.000 orang berkunjung setiap hari.
Lebih hijau
Bagi yang baru pertama kali datang ke Pere Lachaise, apa yang terhampar di depan akan tampak seperti itu adanya. Namun, bagi yang sudah beberapa kali berkunjung, mereka akan merasakan lingkungan yang lebih hijau.
Dandelion, anggrek liar, dan semanggi bertunas di antara batu nisan dan di jalan berbatu. ”Ada lebih banyak alam daripada sebelumnya, lebih banyak dedaunan dan tumbuhan liar di jalan setapak,” kata Florence Masson (44) yang terakhir berkunjung ke Pere Lachaise hampir dua dekade silam.
Namun, ada juga pengunjung yang mengeluh. Mereka menilai Pere Lachaise terlihat kumuh, jauh dari kesan rapi. Banyak makam tampak terbengkalai. ”Saya kecewa,” kata Luc Morel, pensiunan yang berkunjung dari selatan kota Avignon.
Benoit Gallot, pengelola Pere Lachaise sejak 2018, mengatakan, tak ada penelantaran terhadap makam-makam. Yang terjadi adalah naturalisasi ulang taman.
Menurut Gallot, setiap meter persegi alam, dalam hal ini adalah tumbuhan atau tanaman yang muncul secara liar, adalah hal yang berharga. Sebab, itu akan memberikan efek menyejukkan di tengah terik matahari dan suhu udara panas. Dia mengakui bahwa tanaman-tanaman itu memberi dampak pada makam-makam yang ada.
Saat ini, Pere Lachaise menampung lebih dari 33.000 makam. Menjadi tempat peristirahatan terakhir tokoh-tokoh besar menjadikannya salah satu lokasi pemakaman paling laris. Akan tetapi, pengelola hanya mengizinkan pembangunan 100 makam baru per tahun.
Ke depan, pengelola telah merancang skema bahwa keluarga orang yang baru meninggal baru bisa memanfaatkan Pere Lachaise setelah mendanai terlebih dulu pemulihan sebuah makam lama.
Pengelola juga akan menyatukan sisa beberapa jenazah dari satu keluarga atau satu keturunan yang telah dimakamkan bertahun-tahun lamanya ke dalam satu lubang. Harapannya, ini memberikan ruang bagi warga lainnya. (AFP)