Laporan Terkini dari Gaza
Ketika warga Palestina di Gaza tengah mengungsi, Israel bersiap menggelar serangan darat besar-besaran ke wilayah itu.
Situasi Gaza kian tak menentu. Sebagaimana diberitakan, pekan lalu, Hamas melakukan serangan dadakan ke Israel. Dalam serangan itu sekitar 1.300 orang di Israel tewas. Bagi Israel, ini adalah perang paling mematikan sejak konflik tahun 1973 dengan Mesir dan Suriah.
Israel lantas melancarkan serangan udara balasan ke Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza, Minggu (15/10/2023) mengatakan 2.329 warga Palestina tewas. Catatan tersebut menjadikan perang kali ini menjadi yang paling mematikan di antara lima perang Gaza sebelumnya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, dalam perang tahun 2014 antara Israel-Hamas, sebanyak 2.251 warga Palestina tewas – sebanyak 1.462 di antaranya adalah warga sipil. Kala itu, dalam perang yang berlangsung selama enam minggu itu, sebanyak 74 orang di pihak Israel tewas.
Tentara Israel bersiaga
Saat ini situasi Gaza kembali panas. Ratusan ribu warga Palestina di Gaza mulai mengungsi setelah Israel kembali mengulang ultimatumnya. Mereka mendesak agar lebih dari 1 juta warga Palestina di Gaza segera meninggalkan wilayah tersebut, menuju ke wilayah selatan yang lebih aman. Israel disebut akan segera melakukan serangan darat.
Baca juga: Eksodus Warga Palestina di Gaza, Berpacu dengan Serangan Darat Israel
Pada saat yang sama, tentara Israel dengan bersenjata lengkap dan didukung beragam kendaraan tempur, tank, dan artileri telah berlatih dan bersiaga di sepanjang perbatasan Gaza.
Dalam sebuah pergerakan pasukan khusus Israel di Gaza, mereka menemukan 150 jenasah yang diduga merupakan jenasah sandera Hamas. Israel telah berhasil mengidentifikasi 120 di antaranya. Sementara itu Hamas menklaim, sebanyak 22 sandera tewas oleh serangan udara Israel.
Tiga anggota Hamas tewas
Pada Minggu (15/10/2023) kelompok Hamas mengakui bahwa tiga anggota sayap militer mereka – dari Brigade Ezzedine al-Qassam – tewas saat melakukan infiltrasi dari Lebanon ke Israel. Mereka tewas dalam serangan udara Israel, Sabtu (14/10/2023). Sebelumnya mereka berhasil meledakkan pagar di perbatasan dan masuk ke wilayah pendudukan di Palestina.
Sehari sebelumnya, anggota al-Qassam juga bentrok dengan tentara Israel di perbatasan dengan Lebanon. Kantor Berita AFP, mengutip sumber keamanan, mengatakan, tentara Israel melepaskan tembakan ke wilayah perbatasan Selatan Lebanon setelah terjadi ledakan di pagar perbatasan.
Upaya diplomasi
Dalam pernyataannya yang dipublikasikan, Minggu (15/10/2023), Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengkritik langkah Israel di Gaza yang disebutnya telah melampaui batas “pembelaan diri”. Wang pun lantas meminta Israel menghentikan langkah mereka, merujuk pada rencana Israel menggelar serangan darat. Pernyataan Wang itu disampaikan saat dia berbicara melalui sambungan telepon dengan mitranya Menlu Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Sabtu lalu.
“Tindakan Israel telah melampaui ruang lingkup pembelaan diri,” kata Wang menurut Kementerian Luar Negeri China. “Mereka harus mendengarkan dengan sungguh-sungguh seruan masyarakat internasional dan Sekretaris Jenderal PBB, dan menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza,” tambah Wang. "Semua pihak tidak boleh mengambil tindakan apa pun untuk memperburuk situasi dan harus kembali ke meja perundingan sesegera mungkin."
Selain menghubungi Pangeran Faisal, pada Sabtu Wang juga menghubungi mitranya Menlu Amerika Serikat, Antony Blinken. Washington, tegas Wang, harus memainkan "peran yang konstruktif dan bertanggung jawab" dalam konflik Israel-Hamas. China juga mendesak agar pertemuan internasional segera digelar untuk mendorong perdamaian dan konsensus.
Baca juga: Krisis Gaza dan Kecemasan Bangsa Arab Akan Terulangnya Tragedi ”Nakba” 1948
Merujuk stasiun televisi China, CCTV, Beijing akan mengirim utusan khusus ke Timur Tengah. Diplomat yang diutus adalah Zhai Jun. Ia mengemban misi mendorong gencatan senjata antara Israel-Hamas dan mendorong pembicaraan damai. Kepada CCTV ia mengatakan, perang Israel-Hamas berpotensi meluas, dan itu sangat mengkhawatirkan. Sebelumnya pada Jumat lalu, Zhai bertemu dengan perwakilan Liga Arab di China dan kepada mereka Zhai menyatakan dukungan China pada Liga Arab, terutama terkait persoalan Palestina. “China akan melakukan upaya tanpa henti untuk mengembalikan proses perdamaian Timur Tengah ke jalurnya”.
Langkah AS
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Minggu (15/10/2023) di Riyadh, Arab Saudi. Pertemuan yang sedianya digelar pada Sabtu tersebut diadakan tertutup. Belum ada rincian terkait pertemuan tersebut.
Pangeran Mohammed adalah pemimpin Arab keenam yang ditemui Blinken secara langsung sejak ia tiba di Timur Tengah pada Kamis lalu. Sebelum tiba di Riyadh, Blinken telah mengunjungi Israel, Yordania, bertemu Otoritas Palestina, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Pada Minggu malam, Blinken direncanakan akan mengunjungi Mesir.
Seiring itu, AS memperkuat dukungan militernya untuk Israel. Setelah mengirim kapal induk USS Gerald R. Ford bersama gugus tempurnya ke perairan dekat Israel, kini Washington mengerahkan kapal induk USS Dwight D. Eisenhower dan gugus tempurnya ke Mediterania Timur untuk mendukung Israel.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan kapal induk tambahan itu dikirim untuk mencegah “permusuhan terhadap Israel atau upaya untuk memperluas perang Hamas-Israel”.
Dengan kekuatan yang dimilikinya, kedua kapal induk itu mampu memberi dukungan komando dan kendali utama, melakukan perang informasi, mengerahkan pesawat pengintai yang mampu memberikan peringatan dini atas serangan rudal, dan melakukan pengawasan dan mengelola wilayah udara. Selain itu, kedua gugus tempur kapal induk itu juga mampu menggelar operasi kemanusiaan, termasuk menjadi rumah sakit dan dukungan logistik.
Baca juga: Sebagian WNI Sudah Keluar Dari Israel-Palestina, Evakuasi Dari Gaza Masih Sulit
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden juga berbicara dengan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas. Menurut Gedung Putih, Biden menjanjikan dukungan kepada Otoritas Palestina terutama dukungan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza.
Hamas-Iran
Pada Sabtu (14/10/2023), pemimpin Hamas Ismail Haniyeh bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian di Doha, Qatar. Mereka sepakat melanjutkan kerja sama. Dalam pertemuan itu, Hossein memuji “kemenangan bersejarah” Hamas atas Israel. Kemenangan itu dinilainya sebagai wujud kemunduran pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Sebelumnya saat berada di Beirut, Hossein memperingatkan, agar Israel segera menghentikan serangan di Gaza. Ia mengatakan, perang bisa berpotensi meluas hingga ke wilayah lain di Timur Tengah, terutama jika Hezbollah di Lebanon ikut terjun berperang. Jika itu terjadi, tekanan Hezbollah akan membuat Israel seperti diterjang “gempa bumi besar”.
Kepada wartawan di Beirut, Hossein mengatakan bahwa Hezbollah telah mempertimbangkan semua skenario perang. Sebagai catatan, Israel menganggap Hezbollah sebagai ancaman paling serius. Mereka diduga memiliki sekitar 150.000 roket dan rudal, termasuk rudal presisi berpemandu yang dapat menyerang wilayah mana pun di Israel, serta drone militer. Kelompok tersebut juga memiliki ribuan kombatan tangguh yang berpartisipasi dalam konflik di Suriah. Mereka kini telah bersiaga di perbatasan Lebanon-Israel.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Sebuah pesawat yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikabarkan telah mendarat di bandara el-Arish di Mesir. Bantuan logistik – berupa obat serta bahan lainnya untuk merawat 1.200 orang – akan segera dikirim ke Gaza bila akses kemanusiaan melintasi perbatasan memungkinkan.
Untuk itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak agar perbatasan di Rafah segera dibuka. “Yang terluka parah, yang sakit, dan yang rentan tidak bisa menunggu,” kata PBB dalam sebuah pernyataan.
Banyak lembaga bantuan dunia mengkhawatirkan situasi rakyat Gaza. Di tengah beragam pembatasan, termasuk pemutusan jaringan listrik dan air oleh Israel, melakukan pengungsian besar-besaran bisa memicu bencana baru. Selain itu, tidak mudah memindahkan rumah sakit yang kini dipenuhi korban serangan udara Israel.
(AP/AFP/Reuters)