Warga disuruh pergi dan permukiman mereka dihancurkan. Ini pola menyusun serangan darat.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
GAZA, RABU— Militer Israel atau IDF diduga segera melancarkan serangan darat di Gaza. Salah satu wilayah terpadat di dunia ini dalam kondisi dikepung total oleh IDF. Negara-negara lain dan organisasi internasional, meskipun mengecam serangan Hamas ke Israel, meminta agar Israel membuka akses agar warga sipil Palestina bisa mengungsi.
Perkiraan serangan darat itu dilihat dari pola yang diterapkan oleh IDF di lapangan sejak Selasa (10/10/2023). Mereka mendatangi satu per satu wilayah permukiman di Gaza dan menyuruh warganya angkat kaki. Setelah itu, wilayah itu dihancurkan melalui serangan udara.
Total ada 70 wilayah permukiman sudah diperlakukan demikian. Wilayah yang sudah rata dengan tanah ini memungkinkan pasukan darat bisa bergerak leluasa.
Chuck Ferilich, pengamat isu keamanan Israel menjelaskan, IDF kini hanya bertujuan menduduki Gaza. Sejak tahun 2006, dengan status Gaza yang semiotonom, tentara Israel tidak pernah mendudukinya meskipun beberapa kali berkonflik. ”Kali ini, pendudukan harus dilakukan demi mendongkel Hamas hingga ke akar-akarnya di Gaza,” kata Ferilich.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan Gaza dikepung total. Air dan listrik dimatikan bagi 2,2 juta penduduk Palestina di wilayah seluas 362,5 kilometer persegi tersebut. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekitar 400.000 warga Palestina tidak memiliki akses ke air bersih. Adapun 200.000 warga Palestina mengungsi ke gedung-gedung sekolah.
Mereka tidak bisa keluar dari Gaza. Gerbang Rafah yang menuju Mesir kembali ditutup oleh Israel. Di Gaza, petugas kemanusiaan mengevakuasi banyak warga dari bawah reruntuhan gedung.
”Saya hanya penjual mainan, bukan senjata. Kenapa saya tidak bisa meninggalkan Gaza?” ratap Abdullah Musleh (46). Ia dan 30 orang lain diselamatkan dari bawah puing-puing apartemen.
Leo Cans, Kepala Misi Dokter Lintas Batas (MSF) di Palestina, di laman resmi lembaga tersebut mengatakan, rumah sakit dan fasilitas kesehatan menjadi sasaran serangan militer. Serangan udara IDF menghancurkan ambulans pengangkut orang luka. Tim MSF yang sedang mengoperasi pasien di rumah sakit tempat ambulans itu diserang harus mengungsikan semua orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di New York dilaporkan stres dan frustrasi mendengar kabar kepungan total Israel tersebut. Ia mengatakan, sebelum ada blokade itu pun nasib warga Palestina sudah memprihatinkan. Ia meminta agar Israel membuka jalur kemanusiaan.
Saya hanya penjual mainan, bukan senjata. Kenapa saya tidak bisa meninggalkan Gaza?
Adapun Duta Palestina untuk PBB dan Duta Israel untuk PBB sama-sama mengatakan, pihak yang berlawanan melakukan kejahatan kemanusiaan. Hamas menculik 150 tentara dan warga sipil. Di dalamnya termasuk 11 warga Thailand dan 14 warga Amerika Serikat. Sementara Israel selama 75 tahun memberlakukan sistem apartheid terhadap rakyat Palestina dan kerap menahan warga dengan alasan keamanan.
Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan, AS mengkhawatirkan rencana serangan dengan mengepung warga sipil Palestina. ”Presiden Joe Biden akan berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memastikan target serangan militer ini benar-benar bukan rakyat biasa,” ujarnya.
Konflik di kawasan
Jumlah korban tewas terus bertambah. Surat kabar Haaretz melaporkan, data per Rabu (11/10/2023) pagi adalah 900 orang Israel dan 700 orang Palestina tewas. IDF mengumumkan bahwa mereka berhasil mengamankan wilayah Gaza bagian selatan.
Sementara itu, di perbatasan utara Israel yang bersebelahan dengan Suriah dan Lebanon juga terjadi tembak-menembak. Diduga kelompok milisi Hezbollah dan Jihad Islam mengambil kesempatan untuk ikut menyerang Israel.
Melalui kantor berita SPA, Pemerintah Arab Saudi meminta agar semua pihak yang bertikai menahan diri. Arab Saudi mengingatkan risiko besar konflik bisa merambah ke kawasan dan menimbulkan tragedi lebih besar.
Arab Saudi sedang dalam proses menormalkan hubungan dengan Israel melalui bantuan AS sebagai penengah. Dalam wawancara dengan Fox News, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman menekankan bahwa Riyadh tetap menginginkan kesejahteraan rakyat Palestina walaupun dekat dengan Tel Aviv. (AP/Reuters)