Gempuran Israel ke Gaza Makin Intensif, Hamas Ancam Bunuh Sandera
Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (Norwegian Refugee Council) Jan Egeland memperingatkan bahwa pengepungan Israel terhadap Jalur Gaza akan mengakibatkan bencana total bagi penduduk enklave itu.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
GAZA CITY, SELASA — Israel meningkatkan serangan udara ke Jalur Gaza serta terus menutup akses pasokan makanan, bahan bakar, dan persediaan kebutuhan pokok sebagai bagian dari blokade total atas wilayah enklave tersebut. Di tengah bombardir intens Israel ini, Hamas mengumumkan ancaman akan membunuh tawanan yang mereka sandera jika serangan Israel ditujukan pada warga sipil tanpa peringatan.
Jumlah korban tewas dari konflik selama tiga hari terakhir telah mencapai 1.600 jiwa di kedua belah pihak. Televisi Israel melaporkan, korban akibat serangan Hamas di Israel selatan pada akhir pekan lalu bertambah menjadi 900 orang, dan sedikitnya 2.600 orang luka-luka. Selain itu, diduga sedikitnya 130 orang ditawan Hamas.
Adapun Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, sedikitnya 687 warga Palestina tewas dan 3.726 orang luka-luka akibat serangan udara Israel sejak Sabtu. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan, lebih dari 123.000 warga Palestina telah mengungsi dari rumah masing-masing di Gaza.
Juru Bicara Hamas Abdel-Latif al-Qanoua mengatakan, anggota kelompoknya terus bertempur di luar Gaza dan telah menahan lebih banyak warga Israel hingga Senin pagi. Ia menambahkan, dengan tawanan dari Israel itu, Hamas ingin membebaskan semua tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Di antara para tawanan yang disandera Hamas adalah tentara dan warga sipil, termasuk perempuan, anak-anak, dan remaja. Kebanyakan dari mereka adalah warga Israel. Sebagian kecil lainnya ialah warga negara-negara lain.
Pada hari ketiga konflik bersenjata Hamas-Israel, Senin, Israel masih menemukan jenazah akibat serangan Hamas di kota-kota bagian selatan Israel, akhir pekan lalu. Para petugas penyelamat menemukan 100 jenazah di komunitas kecil pertanian Beeri setelah sempat ditahan kelompok bersenjata. Jumlah korban tewas di komunitas ini sebanyak 10 persen dari populasi setempat.
Militer Israel mengatakan, pihaknya telah mengendalikan sebagian besar wilayah Israel di selatan. Pertempuran sengit masih terjadi di jalanan di beberapa tempat. Jubir militer Israel menyebutkan, sejumlah pria bersenjata masih aktif di wilayah selatan.
Peringatan Israel
Sementara di Gaza, puluhan ribu orang mengungsi dari rumah masing-masing akibat serangan udara terus-menerus Israel yang meluluhlantakkan bangunan-bangunan. Seperti dilaporkan kantor berita Reuters, beberapa warga Palestina mengaku menerima telepon dan pesan suara melalui telepon genggam dari aparat keamanan Israel yang berisi perintah untuk meninggalkan tempat di wilayah utara dan timur Gaza.
Dalam pesan itu disampaikan bahwa tentara Israel akan beroperasi di wilayah-wilayah tersebut. Warga di permukiman Remal, Gaza City, misalnya, terpaksa mengungsi dari tempat tinggal masing-masing.
”Kami membawa anak-anak, cucu, dan menantu. Kami harus pergi. Bisa saya katakan, saya sudah jadi pengungsi. Kami tidak punya rasa aman dan keselamatan. Hidup seperti apa ini? Ini bukan kehidupan,” ujar Salah Hanouneh (73), warga Gaza.
Beberapa warga Palestina mengaku menerima telepon dan pesan suara melalui telepon genggam dari aparat keamanan Israel yang berisi perintah meninggalkan tempat di wilayah utara dan timur Gaza.
Pada Minggu (8/10/2023), Israel mendeklarasikan perang terhadap Hamas dengan nama sandi ”Pedang Besi (Iron Sword)”. Mereka menyebut perang itu sebagai balasan atas serangan yang dilancarkan Hamas di Israel selatan.
Israel menempatkan tank-tank dan wahana-wahana nirawak (drone) di sepanjang kawasan perbatasan Gaza guna mencegah agar tidak terjadi penyusupan massal dan serangan ke Israel. Ribuan warga Israel juga telah dievakuasi dari belasan kota di dekat Gaza. Dalam waktu yang sama, sebanyak 300.000 prajurit dari pasukan cadangan Israel dimobilisasi dalam waktu singkat.
Peningkatan serangan Israel ini mengancam kerusakan lebih besar di Jalur Gaza yang padat penduduk dan miskin. ”Kami baru mulai menyerang Hamas. Apa yang akan kami lakukan kepada musuh-musuh kami dalam beberapa hari ke depan akan menggema dalam sejarah mereka,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi secara nasional.
Ancaman Hamas
Hamas dan kelompok lainnya di Gaza mengatakan bahwa mereka menawan lebih dari 130 tentara dan warga sipil yang diculik dari Israel. Juru Bicara Sayap Bersenjata Hamas, Abu Obeida, pada Minggu malam mengancam, pihaknya akan membunuh satu tawanan warga sipil Israel setiap kali Israel menarget warga sipil di rumah mereka di Gaza tanpa peringatan sebelumnya.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen membalas ancaman itu dengan memperingatkan Hamas untuk tidak melukai satu tawanan pun. ”Kejahatan perang ini tidak akan diampuni,” katanya.
Pada Senin malam, suara ledakan bergema di atas Jerusalem ketika roket mengenai sasaran. Pesawat tempur Israel menyerang distrik permukiman dan komersial di pusat Gaza City, Rimal. Sebelum serangan, penduduk diberi peringatan untuk mengungsi. Akibat serangan itu, gedung Perusahaan Telekomunikasi Palestina hancur.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memerintahkan pengepungan total di Gaza. Otoritas Israel juga akan memutus listrik dan memblokade pasokan makanan dan bahan bakar ke kawasan Gaza yang padat penduduk itu.
Pengepungan Israel akan membuat Gaza bergantung pada lintasan ke Mesir di Rafah. Namun, kapasitas jalur kargo Rafah ke Gaza lebih kecil dari jalur ke Israel.
Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia (Norwegian Refugee Council) Jan Egeland memperingatkan bahwa pengepungan Israel akan berakibat bencana total bagi penduduk Gaza.
Tindakan itu dapat mengakibatkan anak-anak yang terluka meninggal di rumah sakit karena kurangnya energi, listrik, dan persediaan makanan. Saat hal itu terjadi, tindakan itu bisa bisa dianggap sebagai kejahatan perang. ”Tidak diragukan lagi bahwa hukuman kolektif melanggar hukum internasional,” kata Egeland.
Talat Barhoum, dokter di Rumah Sakit Al-Najjar, mengatakan bahwa di Rafah, kota di Gaza selatan, serangan udara Israel pada Senin lalu menewaskan 19 orang. Korban termasuk perempuan dan anak-anak. (AP/AFP/REUTERS)