Palestina Jadi Ladang Uji Coba Teknologi Kecerdasan Buatan Militer Israel
Sejumlah laporan menyebutkan Israel menjadikan Palestina sebagai ladang pengujian menguji teknologi militer yang dilengkapi kecerdasan buatan (AI). Warga Palestina menjadi korban uji coba.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
NEW YORK, MINGGU—Israel mengintensifkan pengujian dan penggunaan teknologi militer yang dilengkapi kecerdasan buatan. Ladang pengujian aneka teknologi dan persenjataan berada di wilayah Palestina yang diduduki Israel.
Seorang perwira angkatan bersenjata Israel (IDF) mengungkap itu kepada Bloomberg. Dalam laporan pada Minggu (16/7/2023) diungkap, IDF memakai AI untuk memilih lokasi sasaran serangan dan mengatur perbekalan pasukan.
Sistem yang disebut fire factory mengolah data berupa citra satelit, rekaman kamera pengawas, dan hasil sadapan telepon atau radio. Sistem itu memungkinkan calon sasaran serangan ditentukan dalam hitungan pekan. Dulu, dengan sistem intelijen lama, dibutuhkan berbulan-bulan untuk mengidentifikasi sasaran.
Setelah sasaran ditentukan, Israel menggunakan tiga pola serangan. IDF mengerahkan dua jenis serangan udara dan dilengkapi serangan darat. Serangan darat menggunakan jet tempur atau helikopter serbu pengangkut rudal. Selain itu, dikerahkan pula pesawat nirawak yang bergerak, seperti kerumunan serangga.
Pergerakan pesawat nirawak itu diatur dengan AI untuk mencegahnya bertabrakan satu sama lain. Serangan yang meniru kerumunan serangga lebih sulit ditangkis. Sebab, sulit mempelajari pola gerak yang amat dinamis dan bergantung pada kondisi lapangan itu.
Direktur Jenderal Pertahanan pada Kementerian Pertahan Israel Eyal Zamir mengatakan, IDF akan diubah menjadi otomatis dalam beberapa tahun mendatang. Oleh karena itu, penggunaan AI dan robot akan semakin meningkat. ”Teknologi AI meningkatkan kemampuan, termasuk kendali operasi tempur,” ujarnya.
Israel mengklaim penggunaan AI mengurangi jumlah korban sipil. Sebab, serangan hanya diarahkan ke lokasi yang diyakini benar-benar menjadi persembunyian tokoh atau perangkat perlawanan Palestina. ”Apa pun klaim keakuratan yang disampaikan IDF, faktanya selalu ada korban sipil,” kata jurnalis Gaza, Anas Baba.
Ia antara lain merujuk pada temuan Human Rights Watch (HRW). Sejak 2021, setidaknya 300 warga sipil Palestina tewas oleh serangan Israel. Selain itu, aneka fasilitas sipil hancur atau setidaknya rusak oleh berbagai serangan Israel.
IDF mengklaim ”Perang 11 Hari ” sebagai perang pertama yang benar-benar mulai menggunakan AI.
HRW memilih 2021 sebagai waktu pengukuran awal karena IDF mengeklaim telah menggunakan AI untuk keperluan perang sejak 2021. Dalam “Perang 11 Hari” pada 2021, sebagaimana dilaporkan Jerusalem Post dan Times of Israel, IDF mengakui menggunakan AI untuk mengatur serangan dan tangkisan.
IDF mengklaim ”Perang 11 Hari” sebagai perang pertama yang benar-benar mulai menggunakan AI. “Untuk pertama kalinya, AI menjadi komponen kunci dan penambah kekuatan melawan musuh,” sebut pejabat IDF selepas perang itu.
Direktur HRW Palestina dan Israel Omar Shakir mengatakan, banyak bukti Israel menjadikan Palestina sebagai ladang pengujian menguji teknologi militer yang dilengkapi AI. Warga Palestina dikorbankan untuk menguji lalu meningkatkan kinerja teknologi itu.
”Israel memakai berbagai hal di Tepi Barat dan Gaza untuk menguji AI. Senapan otomatis, perekam informasi biometrik, sampai pesawat nirawak dipakai,” katanya.
HRW meyakini hanya soal waktu sebelum akhirnya Israel menjual aneka persenjataan dan teknologi itu ke negara lain. Para pembeli sudah diyakinkan pada kinerja teknologi dan persenjataan itu lewat pengujian berkelanjutan di Palestina.
Dalam laporan pada April 2023, Amnesty International menyebut, Israel tengah menjalankan kebijakan apartheid yang terotomatisasi. Israel disebut punya basis data biometrik yang disebut sebagai calon pemicu masalah.
”Hampir seluruh isinya merupakan data orang Palestina,” sebut laporan itu. Orang-orang yang ada dalam basis data itu rawan ditangkap setiap saat oleh aparat Israel. Penangkapan dan penahanan mereka kerap dilakukan tanpa alasan jelas. (AFP/REUTERS)