Nasihat Buffett dan Munger tentang Investasi, India serta China
Nasihat dua guru investasi portofolio global ini tidak berlaku untuk jenis investasi ala Robinhood. Ini merujuk pada jenis investasi berbasis tipu muslihat, permainan isu-isu perdagangan saham sesaat.
Kurangi ekspektasi akan keuntungan tinggi. Keuntungan lebih rendah pun sudah cukup memberi kebahagiaan. Situasi membuat para investor harus bersikap demikian sekarang ini. Namun, tetap ada potensi untung seperti pemilihan perusahaan startup berkualitas sebagai sasaran investasi. Ada juga valuasi saham rendah di India dan China diiringi pertumbuhan.
Demikian disampaikan guru investasi portofolio Charlie Munger, Wakil Ketua Berkshire Hathaway Inc, sebagaimana dituliskan di Yahoo Finance, 3 Oktober. Mitranya Warren Buffett, Ketua Berkshire Hathaway Inc, juga memberi pandangan tentang relasi AS-China terkait investasi.
Nasihat dua guru investasi portofolio global ini tidak berlaku untuk jenis investasi ala Robinhood. Ini merujuk pada jenis investasi berbasis tipu muslihat, permainan isu-isu perdagangan saham sesaat, permainan teknik algoritma perdagangan saham. Bagi mereka, investasi jenis ini hanya menguntungkan sepihak, tetapi merugikan pihak lain, termasuk penyebab resesi 2008 di AS (CNBC, 24 Februari 2021).
Baca juga: Ketika Kopi Susu Gula Aren Menyentuh Lidah Singapura
Howard Marks, seorang investor, Selasa, 13 September 2023, di situs Market Insider, menyebutkan kiat-kiat investasi Berkshire Hathaway. Perusahaan yang fokus pada investasi portofolio tersebut berinvestasi secara saksama. Dana-dana investasi hanya ditanamkan pada beberapa perusahaan yang telah diamati saksama. Dana investasi akan ditanamkan dalam jumlah besar dan bisa berlangsung selama beberapa dekade.
Berkshire menghindari investasi di perusahaan dengan laporan keuangan palsu, seperti pelaporan untung tinggi yang tidak berdasar. Perusahaan pemalsu keuangan bisa dilihat dari laporan keuangan bernada mencurigakan. Bagi mereka, bisnis itu memiliki proses, jadi sulit mengharapkan keuntungan fantastis dan bombastis dalam jangka pendek.
Sikap seperti itu membuat Berkshire stabil dan mencatatkan keuntungan. Berkshire Hathaway, juga sebuah perusahaan publik, mencatatkan kenaikan harga saham 4,3 juta persen, atau naik 20 persen setiap tahun, sejak Buffett menjadi pemimpin perusahaan sejak 1965.
Efek inflasi
Dalam pandangan terbaru, Munger bicara tentang inflasi. Ini agaknya ditujukan ke pasar Barat yang sedang tertekan inflasi dan suku bunga tinggi. Kini inflasi sudah mulai turun, tetapi belum mencapai target 2 persen. Inflasi tinggi dan suku bunga relatif tinggi hingga kini masih relatif bertahan di AS dan Eropa.
Potensi resesi di AS dan Eropa kini menjadi pembicaraan umum di mana-mana akibat kenaikan suku bunga guna meredam inflasi. Dalam situasi seperti itu, turunkan ekspektasi akan hasil keuntungan tinggi dari investasi. ”Mengurangi ekspektasi adalah cara rasional, tidak ada cara terbaik untuk bahagia selain menurunkan harapan. Cara ini lebih baik ketimbang berharap pada keuntungan tinggi,” kata Munger.
Baca juga: Meski Berpeluang Besar, Modal Ventura Berhati-hati
Tidak terlalu banyak yang bisa diharapkan dari investasi dengan keuntungan organik di Barat. Angka-angka pertumbuhan ekonomi Barat juga relatif rendah. Seiring dengan itu, Berkshire juga mengurangi porsi investasi pada industri perbankan AS. Berkshire juga mengurangi kepemilikan saham di HP, perusahaan pembuat pencetak (printer) dan komputer (Associated Press, 3 Oktober). Tentang penjualan saham di HP ini, Buffett tidak memberi komentar.
Menurut Munger, bagi mereka yang bersikap enggan berinvestasi dalam situasi seperti itu, tetap ada harapan pada perusahaan startup. Ada efek artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang memberi efek besar pada kehidupan. Untuk startup ini, investasi minimal 100 dollar AS pun akan berpotensi menguntungkan.
Hanya saja diingatkan secara implisit, seleksi terhadap startup ini harus dilakukan dengan saksama. Sepanjang karier Buffett dalam berinvestasi, ia dikenal menolak berinvestasi pada perusahaan teknologi karena tidak bisa memastikan perusahaan mana yang kelak tampil sebagai pemenang.
Akir-akhir ini kekecualian terjadi pada kepemilikan saham di Apple. Berkshire menanamkan dana investasi di Apple sebesar 160,14 miliar dollar AS atau 47,5 persen dari 337,25 miliar dollar AS total dana investasi. Buffett mengatakan, pemilihan pada Apple antara lain disebabkan konsumennya yang loyal.
Upaya dengan keringat
Pilihan lain untuk investasi adalah India dan China serta Asia pada umumnya. Kawasan Asia menjadi salah satu basis keuntungan investasi portofolio Berkshire. Ada unsur demografi besar yang menjadi pilar ekonomi. Ada talenta-talenta besar India dan China yang tersedot dan masuk ke AS. Talenta yang masuk ke AS sangat menguntungkan bagi perekonomian AS.
Tentu juga, ada upaya berkeringat di balik program ekonomi dua negara itu untuk mendorong pertumbuhan. India dan China berbeda dengan AS dan Eropa, yang pertumbuhannya lebih didorong lewat aksi utak-atik sektor moneter, seperti penurunan suku bunga bertahun-tahun dan kini ketiban suku bunga tinggi.
Baca juga: RI Bidik Pasar Ekspor dan Investasi Tiga Kawasan
Asia, terutama India dan China, ada pertumbuhan organik. Harga-harga saham tergolong bervaluasi rendah. ”Itulah juga yang turut menjadi alasan mengapa kami ada di sana,” kata Munger, dalam wawancara 10 September.
Meski berbicara tentang India dan China, Buffett dan Munger lebih banyak berbicara tentang China. Keduanya melihat, ada upaya teguh China melanjutkan program pembangunan meski dihadapkan pada permusuhan ekonomi dengan AS sejak era Presiden Donald Trump. Mereka melihat China mampu bangkit di tengah sikap saling bermusuhan.
Investasi lebih sulit
Diakui, investasi Barat di China kini tidak lebih mudah, jauh lebih sulit dibandingkan dengan awal reformasi China. ”Mungkin ada yang berpikir untuk menghentikan investasi di China, tetapi kami tidak,” kata Munger. ”Begitulah memang hal yang terjadi, ada yang berpikir meninggalkan China, tetapi kami tetap ada di sana.”
Baca juga: Prospek Menjanjikan Hubungan China-Indonesia
Munger dan Buffett tidak sepenuhnya sependapat dengan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo. Dalam kunjungannya ke China pada September, Raimondo berkata bahwa China semakin tidak layak sebagai lokasi investasi karena iklim bisnis yang bermusuhan (terhadap AS). Why is China banning officials and state employees from using iPhones? | Business and Economy | Al Jazeera
Pada 7 Mei, di hadapan para pemegang saham Berkshire di Omaha, Nebraskan, Buffett dan Munger marah dengan sikap permusuhan antara AS dan China. Keduanya menyebut sikap itu sebagai tindakan bodoh. Mereka melihat Apple dengan iPhone terbukti diuntungkan dengan relasi baik China-AS.
Keduanya tidak melihat alasan kuat bagi China-AS untuk bermusuhan. Tidak ada pihak luar yang rugi dengan relasi dekat China-AS. Kedua negara layak dekat dan saling menguntungkan, bukan hanya untuk China, tetapi juga AS. Maka, adalah tindakan bodoh untuk bermusuhan.
Tentang ideologi dan sistem berbeda, Munger mengatakan tidak ada alasan untuk membenturkan perbedaan ideologi tersebut. ”Saya mencintai negara saya, AS. Akan tetapi, saya menghargai China dengan sejarah, kehidupan, dan polanya tersendiri. Tidak ada yang perlu dipersoalkan tentang itu,” kata Munger.
Hal serupa dikatakan oleh Buffett. Terlalu riskan bagi kedua negara untuk terus menjalankan relasi dengan serangan sengit sebab risikonya adalah perang. Bermain-main dengan China dalam konteks persaingan geopolitik sekarang ini amat riskan. Persaingan AS dengan China, derajat dan kualitasnya sangat beda dengan persaingan antara AS dan Uni Soviet. Dibutuhkan diplomasi saksama untuk mencegah serangan yang membuat situasi panas. Keduanya bisa sama-sama makmur, kata Buffett.
Buffett dan Munger menuduh kedua negara sama-sama salah, saling serang. Akan tetapi, semuanya didasarkan pada ketidaksadaran kuat akan keberadaan sinergi besar di antara kedua negara.
Pasar penting
Keduanya menilai China merupakan pasar penting dan memberi keuntungan besar pada korporasi global. Berkshire akhir-akhir ini semakin meningkatkan investasi di Asia. Pilihan yang utama adalah Jepang. Richard Kaye, penasihat investasi dan analis dari Comgest Asset Management Japan, yakin pilihan Berkshire pada Jepang adalah menjadikannya sebagai proksi investasi di pasar China. ”Jepang merupakan lompatan terbaik untuk berinvestasi di pasar China,” kata Kaye (Nikkei Asia, 24 Mei 2023). Warren Buffett's shifting Asian portfolio - Nikkei Asia
Investasi terbesar Berkshire adalah pada perusahaan AS,Apple Inc, Bank of America Corp BAC, American Express Company, Coca-Cola, Chevron Corporation, Occidental Petroleum Corp, Kraft Heinz Co. Berkshire juga berinvestasi di Korea Selatan, Taiwan, hingga Thailand. Di tengah dunia dengan jaringan produksi dan pemasaran yang saling terkait, korporasi global di negara mana pun bergantung pada relasi baik AS-China.
Buffett berusaha melupakan efek geopolitik dalam berinvestasi, tetapi akhir-akhir ini harus berpikir tentang efek geopolitik terhadap investasi portofolio. Hal itulah yang membuat Munger dan Buffett berbicara keras tentang relasi China-AS yang memburuk.
Saham mereka di Apple bisa terkena efek dengan tekanan China. Akan tetapi, Munger berkata, tekanan itu tidak mungkin datang begitu saja dan pasti merupakan aksi terhadap tekanan yang muncul (dari AS). (AP/AFP/REUTERS)