Ingin Patahkan Berbagai Mitos, NASA Ikut Teliti UFO
NASA secara resmi membentuk tim untuk mengkaji UFO. Mereka ingin mematahkan berbagai mitos mengenai UFO dan mengkajinya secara ilmiah.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA membentuk unit khusus untuk meneliti berbagai fenomena ganjil yang sering dikaitkan dengan keberadaan kehidupan di luar Planet Bumi. Lembaga ini ingin agar benda-benda terbang yang tidak dikenal atau UFO ditelaah menggunakan metode-metode ilmiah, bukan sekadar terkaan.
Direktur NASA Bill Nelson mengumumkan pembentukan tim itu di kantor pusat NASA di Cape Canaveral, Negara Bagian Florida, Kamis (14/9/2023) siang waktu setempat atau Jumat (15/9/2023) dini hari waktu Indonesia. ”Inti dari keikutsertaan NASA ialah rasa ingin tahu dan semangat untuk menjelajah dengan menggunakan berbagai ilmu pengetahuan serta teknologi. Bukan menerima suatu fenomena hanya berdasarkan ’katanya’ dan mitos,” tutur Nelson.
Tim ini beranggotakan 16 peneliti dengan diketuai oleh Mark McInerney. Ia sudah bekerja di NASA selama 16 tahun dan sebelumnya kerap membantu Departemen Pertahanan AS (Pentagon) menyelidiki kasus-kasus dugaan penampakan UFO. Untuk UFO, tim ini akan menggunakan istilah Fenomena Anomali Tak Dikenal (UAP).
NASA memiliki infrastruktur untuk melakukan penyelidikan UAP karena punya satelit, radar, roket, hingga pesawat luar angkasa. Perbedaan mereka dari Pentagon ialah informasi yang dikumpulkan oleh NASA tidak bersifat rahasia negara. Perkembangan penelitian ini rencananya rutin disebarluaskan agar publik bisa turut serta mengkaji. Menurut Nelson, ini adalah salah satu bakti pendidikan publik oleh NASA dan membantu mematahkan berbagai takhayul dan mitos.
Lembaga ini selama 27 tahun belakangan telah menerima 800 laporan penampakan UAP. Dari itu semua, hanya 2-5 persen yang benar-benar bisa dikategorikan sebagai UAP dan perlu ditelaah lebih lanjut. Sisanya berhasil dibuktikan sebagai foto dan video rekayasa. Ada pula yang merupakan fenomena alam langka atau kejadian buatan manusia yang tidak sengaja terekam oleh kamera.
Beberapa bulan terakhir, penyelidikan UAP menarik perhatian publik AS karena ada tuduhan Pentagon melakukan penelitian diam-diam. Tuduhan ini dilontarkan oleh peneliti UAP, Steven Greer, pada Juni 2023. Greer menekankan bahwa ia tidak mempersoalkan keberadaan makhluk luar angkasa, tetapi bahwa pemerintah diam-diam memakai uang dari pajak rakyat untuk melakukan penelitian atas nama UAP.
Pada Juli dan Agustus, Kongres AS menggelar sidang dengar pendapat. Ada tiga saksi, di antaranya pilot militer AS, Ryan Graves dan David Fravor. Mereka mengatakan bertemu dengan UAP yang melayang di angkasa dalam beberapa penerbangan. UAP ini ada yang berbentuk kubus dan ada pula yang oval. Kesamaannya ialah benda-benda ini bisa terbang meskipun tidak dilengkapi sayap, baling-baling, dan mesin jet.
Saksi ketiga adalah peneliti Pentagon, David Grusch. Ia menuturkan, Pentagon menyimpan jasad makhluk antariksa dan sisa-sisa kendaraan luar angkasa yang bukan buatan manusia di suatu tempat rahasia. Namun, penuturan Grusch ini bukan pengalaman pribadi, melainkan cerita-cerita yang ia kumpulkan dari orang-orang yang mengaku terlibat proyek rahasia itu.
Bagi Pemerintah AS, kajian UAP ini semakin penting. Mereka mengkhawatirkan kasus-kasus penampakan UAP itu sebenarnya adalah wahana-wahana spionase negara-negara lain yang memasuki wilayah AS. Ketakutan ini semakin diperparah dengan kasus balon mata-mata China yang melayang masuk AS pada awal tahun 2023. Balon itu hancur ditembak oleh pesawat tempur F-16.
Tidak hanya di AS, pembicaraan mengenai UFO dan UAP juga sedang hangat di Meksiko. Seorang penggemar UAP, Jaime Maussan, memamerkan dua benda yang ia klaim sebagai jasad makhluk antariksa. Wujudnya mirip tokoh E.T. dalam film berjudul sama besutan sutradara AS, Steven Spielberg, pada tahun 1982.
”Jasad” alien itu berwajah gepeng, berkepala lonjong, berleher panjang, dan hanya memiliki tiga jari di tiap-tiap tangan. Maussan mengatakan, ia menemukan kedua ”jasad” itu ketika ia sedang berkunjung ke Garis Nazca di Peru pada 2017. Menurut Maussan, kedua penemuan itu telah diperiksa oleh laboratorium biologi dan arkeologi di Universitas Nasional Meksiko (UNAM) dan disimpulkan berusia 1.000 tahun serta bukan manusia.
Namun, UNAM mengeluarkan keterangan tertulis di laman resmi mereka. ”UNAM hanya memeriksa umur dari sampel yang diberikan. UNAM sama sekali tidak bisa menyimpulkan dan tidak pernah mengumumkan mengenai asal-usul sampel itu karena tidak pernah memeriksa kategori tersebut,” tulis perguruan tinggi itu. (AP/AFP/REUTERS)