Presiden Amerika Serikat Joe Biden memilih mampir di Vietnam dibanding ke Jakarta, yang tengah menjadi tuan rumah KTT ASEAN 43. Gedung PUtih akan diwakili Wakil Presiden Kamala Harris. Berkaitan dengan China?
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Sejak ada kepastian Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan melawat ke Vietnam, beberapa pesawat angkut, sejak 1 September lalu, besar hilir mudik di Bandara Noi Bai. Setidaknya enam pesawat angkut Boeing C-17 Globemaster III mendarat di Hanoi sejak awal bulan ini untuk mengangkut semua kebutuhan yang diperlukan Biden dan rombongannya selama kunjungan resmi perdananya, 10-11 September nanti.
Tiga Globemaster pertama tiba pada 1 September untuk mengangkut mobil kepresidenan dan peralatan keamanan lainnya. Menyusul dua hari berikutnya peralatan dan kebutuhan lain yang akan digunakan Biden dan rombongan selama berada di negara tersebut pada pekan depan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam, Pham Thu Hang, dikutip dari laman media VietnamVNExpress, Minggu (3/9/2023), mengatakan, kunjungan itu akan memperdalam hubungan Vietnam dan AS, membantu hubungan itu tumbuh stabil dan substansial serta harmonis di semua bidang. Dia juga menyebut bahwa hubungan itu akan menjaga perdamaian, stabilitas, kerja sama dan pembanguan kawasan dan dunia.
Relasi AS-Vietnam
Hubungan Vietnam dan AS terus membaik dalam beberapa tahun terakhir. Mantan Duta Besar Vietnam untuk AS Pham Quang Vinh menyebut satu dekade terakhir menjadi fase perkembangan hubungan diplomatik terkait dan paling substansial antara kedua negara.
Usai perang Vietnam, hubungan kedua negara baru pulih pada tahun 1995, saat keduanya menormalisasi hubungan diplomatik AS-Vietnam. Akan tetapi, baru pada tahun 2014, kedua negara meningkatkan hubungan diplomatik mereka menjadi kemitraan komprehensif (comprehensive partnership). Sejak saat itu, menurut Vinh, kedua negara mulai menyambangi satu sama lain, termasuk melakukan kunjungan tingkat tinggi rutin.
Mantan Presiden Barrack Obama pernah mengujungi Vietnam tahun 2016, berlanjut dengan mantan Presiden Donald Trump di tahun 2019. Sebelumnya, Nguyen Phu Trong, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam, berkunjung ke Washington pada Juli 2015.
Kunjungan pemimpin partai komunis itu, menurut Vinh, memiliki makna simbolis, yaitu penghormatan terhadap sistem politik satu sama lain. Vinh mengungkapkan bahwa ada keraguan di Washington untuk menerima Trong karena dia merupakan pemimpin partai dan bukan kepala negara. Akan tetapi, kedua pihak sepakat bahwa keduanya bisa bertemu karena Trong adalah pemimpin sistem politik dan pengambil kebijakan. “Akhirnya mereka bisa bertemu,” katanya, dikutip dari VNExpress.
Dalam pertemuan itu, kedua pihak sepakat untuk membangun hubungan yang lebih baik, menatap masa depan dan meninggalkan sejarah masa lampau yang kelam serta menghormati sistem politik masing-masing.
Hubungan ekonomi kedua negara terus membaik. NIlai perdagangan keduanya melonjak, dari hanya 23 miliar dolar AS satu dekade lalu menjadi 123 miliar dolar dalam pada tahun 2022 lalu.
Tidak hanya dalam bidang ekonomi, kerja sama pertahanan juga berkembang antara kedua negara. Kunjungan kapal induk AS USS Ronald Reagan ke Vietnam pada akhir Juni lalu serta proyek pembersihan dioksin di bekas pangkalan udara AS di Da Nang dan Bien Hoa adalah contoh dua kerja sama militer AS-Vietnam. Pencarian sisa-sisa kerangka tentara AS yang hilang juga merupakan proyek kerja sama yang penting. AS juga membantu Vietnam untuk mengindentifikasi anggotanya yang tewas dalam perang Vietnam.
Vinh juga menyebut, hubungan erat kedua negara juga terjalin karena mereka menghormati perdamaian, stabilitas dan ketertiban berdasarkan hukum internasional, termasuk di Laut Timur, yang dikenal secara internasional sebagai Laut China Selatan.
Antara China atau AS
Kunjungan Biden ke Vietnam, melewatkan KTT ASEAN, KTT ASEAN-AS dan KTT Asia Timur yang berlangsung di Jakarta, sepekan sebelumnya. Dalam KTT di Jakarta itu AS akan diwakili oleh Wakil Presiden Kamalah Harris. Di Jakarta, AS bakal bertemu dengan pesaing geopolitiknya, Rusia dan China.
Dikutip dari laman Voice of America (VoA), sumber-sumber diplomatik yang berbicara dengan syarat anonim menyebut, salah satu pertimbangan Jakarta menyelenggarakan KTT ASEAN sebelum KTT G20 India adalah sengaja menyelaraskan jadwal pertemuan ASEAN dengan rencana Biden ke India. Jakarta berharap agar Biden dapat menghadiri acara tersebut.
Kunjungan Biden ke Vietnam digelar tidak lama setelah China mengeluarkan peta baru wilayah teritorialnya. Peta baru itu mendapat penolakan keras dari India, yang membuat Presiden China Xi Jinping mengurungkan niatnya hadir di KTT G20 India, meski sebelumnya Xi dan Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu di KTT BRICS yang digelar di Johannesburg, Afrika Selatan.
Peta itu juga mendapat penolakan keras dari Malaysia dan Vietnam. Vietnam sejak awal menolak nine dash line di Laut China Selatan yang diklaim sebagai wilayah teritorial China. Bahkan, Vietnam membatalkan penayangan film Barbie yang menampilkan gambar peta berdasarkan klaim China tersebut.
AS menyebut kunjungan Biden itu sejatinya lebih menekankan pada sisi ekonomi. Menteri Keuangan AS Janet Yellen, dikutip dari VoA, mengatakan, Vietnam adalah mitra utama AS untuk mengurangi ketergantungan pada produk chip China. AS berniat untuk memperluas industri manufaktur AS, dan Vietnam diminta berperan sebagai mitra.
“Vietnam menyambut baik ‘friendshoring’ AS, yang bermanfaat bagi kedua negara dan berkontribusi terhadap pertumbuhan Vietnam,” kata Le Dang Doanh, ekonom Vietnam yang pernah menjabat penasihat ekonomi mendiang Perdana Menteri Vo Van Kiet.
Friendshoring adalah praktik yang memfokuskan jaringan rantai pasokan di negara-negara yang dianggap sebagai sekutu politik dan ekonomi.
Carl Thayer, profesor emeritus di Universitas New South Wales di Australia, mengatakan integrasi ekonomi yang lebih erat antara Vietnam dan AS tidak akan membuat Hanoi bersekutu kembali dengan Washington melawan Beijing. “Vietnam dan AS sudah mempunyai hubungan ekonomi yang substansial. Perkembangan lebih lanjut dari hubungan ini akan didasarkan pada saling menguntungkan,” katanya. Dia menambahkan, China lebih mengkhawatirkan potensi hubungan keamanan dan pertahanan Vietnam dengan Amerika Serikat dibandingkan dengan hubungan ekonomi bilateral mereka.
Tidak ada pernyataan resmi soal kemungkinan kecenderungan ini. Tetapi, untuk menenangkan Beijing, Vietnam tengah membahas kunjungan tingkat tinggi pejabat China ke Hanoi setelah atau bahkan sesaat sebelum kedatangan Biden pada 10 September. Para pejabat menyebut, Presiden Xi dan Perdana Menteri Li Qiang dapat bertemu dengan para pemimpin Vietnam dalam beberapa hari atau minggu mendatang.
Lee Hong Hiep, peneliti senior ISEAS Yusof Ishak Institute di Singapura, mengatakan, pemerintah Vietnam menyadari risiko menjalani hubungan paralel dengan kedua negara adidaya pada saat yang bersamaan, termasuk ketika mereka sendiri tengah berhadapan soal peta wilayah teritorial yang baru. Akan tetapi, Hiep mengatakan, Hanoi mungkin menyadari bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengambil sikap sambil berhitung risiko dan keuntungan yang akan didapat. (Reuters)