Pemerintah Korea Utara memberikan kabar tentang Travis King, tentara Amerika Serikat yang kabur dari Korea Selatan ke Korea Utara.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
PYONGYANG, RABU — Pemerintah Korea Utara untuk pertama kalinya memberi keterangan resmi mengenai keberadaan Travis King (23), prajurit Angkatan Darat Amerika Serikat yang beberapa waktu lalu kabur dari Korea Selatan ke Korea Utara. Mereka mengatakan, King mencari suaka.
Pernyataan itu dikeluarkan melalui kantor berita Pemerintah Korea Utara (Korut), KCNA, di Pyongyang, Rabu (16/8/2023). ”Travis King memasuki wilayah Korea Utara secara sukarela. Ia mengungkapkan merasa sakit hati dengan diskriminasi dan perlakuan buruk yang diterima selama menjadi anggota militer AS. King ingin mencari suaka, baik di Korea Utara maupun di negara ketiga,” sebut pemerintah dalam keterangannya.
Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) Martin Meiners mengingatkan keluarga King dan warga AS agar tidak langsung percaya terhadap pernyataan Pemerintah Korut itu. Bagaimanapun, Meiners melanjutkan, KCNA adalah medium propaganda Pyongyang sehingga sukar mencari tahu pernyataan mengenai King itu memang jujur atau ada agenda tersembunyi.
Ia mengatakan, Pentagon terus berupaya mengeluarkan King dari Korut dan membawanya pulang ke AS. ”Kami berkoordinasi dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendekati militer Korut agar mau menyerahkan King,” tutur Meiners.
Secara teknis, AS dan Korut masih dalam situasi berperang. Hal ini karena Perang Korea 1950-1953 belum selesai, hanya dalam kondisi gencatan senjata. Di dalam perang tersebut, AS membantu Korea Selatan.
Kerja sama pertahanan ini berlangsung sampai sekarang. Di Korsel terdapat Pasukan Rotasi Korea, yaitu unit militer AS yang khusus berdinas di sana.
Oleh sebab itu, status King sebagai prajurit Angkatan Darat (AD) AS berisiko menjadikannya tahanan perang. Akan tetapi, ia mengenakan pakaian preman ketika menyeberang ke Korut melalui zona demiliterisasi Panmunjom di perbatasan Korsel-Korut. Pentagon berpendapat bahwa dengan berpakaian preman, King masuk ke Korut sebagai warga sipil AS sehingga tidak bisa menjadi tahanan perang.
King bergabung dengan AD AS pada 2021. Ia kemudian dikirim ke Korsel untuk berdinas di Unit Kavaleri Pasukan Rotasi Korea pada Februari 2022. Karier militernya banyak dinodai masalah. Ia dikenal suka membangkang perintah atasan.
Selain itu, ada pula dua laporan bahwa King pernah menyerang dan menganiaya selama di Korsel. Salah satu korbannya adalah warga sipil. Ia terlibat perkelahian di kelab malam ketika sedang menghabiskan waktu pelesiran.
Ketika diamankan polisi, King marah dan menendangi mobil polisi sampai rusak dan memaki-maki warga Korsel. Oleh sebab itu, ia dikenai tuduhan merusak fasilitas umum, mengganggu ketertiban umum, dan berperilaku rasialis.
Atas ulahnya itu, King sedianya dideportasi ke AS untuk menjalani proses hukum. Pada 18 Juli, ia semestinya dideportasi ke AS. Setiba di Bandara Internasional Incheon, King berhasil kabur dan bergabung dengan rombongan wisatawan menuju zona demiliterisasi Panmunjom menggunakan bus. Lokasi ini berada di utara Seoul dengan jarak dua jam perjalanan dari bandara.
Seorang saksi mata di Panmunjom mengungkapkan kepada BBC bahwa mereka sedang mendengar penjelasan pemandu wisata ketika tiba-tiba seorang pemuda tertawa keras-keras dan lari. Pemuda yang adalah King itu kemudian menghilang di balik gedung-gedung.
Awalnya mereka mengira hanya wisatawan iseng yang bertingkah. Ketika King tidak muncul lagi, rombongan heboh. Mereka melapor ke petugas keamanan setempat.
Juru bicara untuk keluarga King, Jonathan Franks, mengatakan kepada NBC Media bahwa terlepas pernyataan resmi Korut dan Pentagon, mereka ingin berbicara langsung dengan King. ”Izinkan kami, setidaknya melalui telepon, berbicara dengan Travis. Ibunya kangen sekali,” ujarnya. (AP/REUTERS)