Korea Utara menuding pesawat-pesawat pengintai Amerika Serikat melanggar dan masuk wilayah udaranya. Jika terjadi lagi, Pyongyang mengancam pesawat-pesawat AS itu bisa ditembak jatuh.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
PYONGYANG, SENIN — Korea Utara melalui Kementerian Pertahanan mengancam akan menembak jatuh pesawat-pesawat pengintai Amerika Serikat yang melanggar wilayah udaranya. Selain itu, Pyongyang juga mengecam rencana AS dan Korea Selatan mendatangkan kapal selam pembawa rudal nuklir ke Semenanjung Korea.
Korut pada Senin (10/7/2023) menuding AS melanggar wilayah udaranya dengan mengirim pesawat-pesawat pengintai ke wilayah pertahanan udara Korut, tepatnya di wilayah Laut Timur. ”(Amerika Serikat) meningkatkan aktivitas-aktivitas spionasenya melebihi tingkat pada masa perang,” kata jubir Kementerian Pertahanan Korut, seperti dikutip kantor berita KCNA.
Ia menyebut, pesawat pengintai AS terbang di kawasan Semenanjung Korea selama delapan hari berturut-turut pada bulan ini. Salah satu pesawat mata-mata AS itu memasuki wilayah udara Korut di Laut Timur beberapa kali.
”Tidak ada jaminan bahwa dalam kejadian yang mengejutkan itu pesawat pengintai strategis Angkatan Udara AS tidak akan ditembak jatuh (di wilayah timur Korea),” ujar jubir Kemenhan Korut.
Ia mengingatkan, sudah dua kali pesawat ataupun helikopter AS ditembak jatuh oleh militer Korut. Pertama pada tahun 1969 dan kedua pada tahun 1994. Semuanya karena mereka memasuki wilayah pertahanan udara Korut.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari militer AS yang ditempatkan di Korsel mengenai tuduhan dan ancaman Korut tersebut. Militer Korsel mengatakan, klaim Korut soal pelanggaran wilayah udara Korut oleh pesawat pengintai AS itu tidak benar.
Juru Bicara Militer Korsel Lee Sung-jun mengatakan, patroli pesawat pengintai AS di Semenanjung Korea adalah hal rutin sebagai bagian kerja sama Seoul-Washington.
Lee menambahkan, di Semenanjung Korea, negara-negara mitra AS bekerja sama memantau situasi Korut. Ia meminta kepada Korut agar semua pihak menahan diri. Jangan sedikit-sedikit mengancam melakukan agresi.
Kapal selam nuklir AS
Korut juga mengeluarkan kecaman atas rencana AS dan Korea Selatan mendatangkan kapal selam pembawa rudal nuklir ke Semenanjung Korea. ”Pengerahan kapal selam nuklir ini bentuk ancaman terbuka bagi Korea Utara. Jelas sekali ada keinginan bagi AS agar pecah konflik nuklir di Semenanjung Korea,” kata jubir Kemenhan Korut.
Persoalan kapal selam nuklir AS memang sudah dibahas oleh Washington dan Seoul sejak April 2023. Akan tetapi, belum ada kepastian jadwal kapal selam itu didatangkan ke Semenanjung Korea.
Dilansir kantor berita Korea Selatan, Yonhap, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengatakan, penting bagi dunia internasional bersatu untuk menggentarkan Korut. Sanksi internasional atas Pyongyang terbukti efektif mempersulit Korut mengembangkan program pengayaan nuklir mereka.
Korsel mencatat, sejak Januari 2022, Korut telah 80 kali melakukan uji coba rudal balistik yang mencakup rudal hipersonik antarbenua. Selain itu, pada Mei 2023, Korut berusaha meluncurkan satelit mata-mata mereka meskipun kemudian gagal karena jatuh ke laut beberapa saat setelah diluncurkan.
”Kita tidak bisa menjamin terciptanya perdamaian tanpa kerja sama pertahanan dan keamanan yang kuat,” ujar Yoon.
Senin malam, Yoon dijadwalkan terbang menuju Lituania. Ia akan ikut serta dalam sidang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Seoul ingin mendekatkan hubungan dengan NATO demi memperkuat kerja sama pertahanan.
Yoon diundang menghadiri sidang NATO bersama para pemimpin Jepang, Australia, dan Selandia Baru. Undangan kepada mereka merupakan bagian dari upaya penguatan hubungan antara NATO dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Keempat negara itu juga diundang pada KKT NATO tahun lalu.
Pertemuan Yoon dengan para pemimpin NATO dapat memancing kemarahan Korut dan bisa mengundang balasan dari Pyogyang. Korut menyebut peningkatan kerja sama antara NATO dan negara-negara mitranya di Asia sebagai bagian dari proses mendirikan ”NATO versi Asia”.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink menjelaskan kepada surat kabar TheKorea Herald bahwa Washington memegang teguh komitmen pertahanan dengan Korsel dan Jepang. Menlu AS Antony Blinken dijadwalkan menghadiri Pertemuan Para Menlu Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Jakarta, 11-14 Juli ini.
Pada sidang Forum Regional ASEAN (ARF), yang dijadwalkan pada 14 Juli, Blinken akan menyuarakan pendapat AS mengenai risiko konflik di Semenanjung Korea akibat tidak berhentinya Korut melakukan uji coba nuklir. Korut merupakan anggota ARF juga.
”AS terus berusaha berkomunikasi dengan Korut, tetapi memang Pyongyang belum menanggapi,” kata Kritenbrink. (AFP/REUTERS)