Satelit Korut Gagal Mengorbit, Korsel Klaim Temukan Puingnya di Laut
Satelit mata-mata ini merupakan salah satu sistem persenjataan teknologi tinggi impian Pemimpin Korut Kim Jong Un. Dengan satelit itu, ia ingin memantau aktivitas militer AS dan sekutunya secara ”real time”.
Oleh
KRIS MADA
·6 menit baca
AFP PHOTO / SOUTH KOREAN DEFENCE MINISTRY
Militer Korea Selatan merilis foto benda yang diyakini puing roket dan satelit Korea Utara yang gagal diluncurkan, Rabu (31/5/2023). Puing itu ditemukan di perairan Laut Kuning sekitar 200 kilometer barat daya Pulau Eocheong.
SEOUL, RABU — Niat Korea Utara menambah satelit melalui peluncuran pada Rabu (31/5/2023) kembali terhambat. Roket yang membawa satelit itu jatuh ke laut. Kantor berita Korut, KCNA, menyebut ketidakstabilan mesin dan sistem bahan bakar sebagai penyebab kegagalan tersebut. Meski gagal, peluncuran itu menyebabkan gangguan di sejumlah kota di Korea Selatan.
KCNA melaporkan, roket itu sebagai wahana peluncuran antariksa bernama Chollima-1 dan membawa satelit Malligyong-1. Wakil Ketua Komisi Militer Pusat Korea Utara Ri Pyong-chol menyebut bahwa peluncuran ini bagian dari upaya mengembangkan kemampuan Korut mengumpulkan informasi tentang aksi militer musuh dalam waktu yang bersamaan dengan peristiwanya (real time).
Bagi Pyongyang, penguatan dibutuhkan karena Korut memandang Korsel dan Amerika Serikat terus melakukan berbagai tindakan militer berbahaya, termasuk latihan militer bersama. Sejak Juli 2022, AS-Korsel berkali-kali menggelar latihan gabungan di sekitar Korsel. Sebagian latihan itu melibatkan kapal dan pesawat peluncur rudal pengangkut bom nuklir.
Sebelum peluncuran yang gagal pada Rabu ini, Korut mengklaim telah mengorbitkan satelit. Korut mengaku mengirimkan lima satelit ke orbit pada 1998, 2009, 2012, dan 2016. Walakin, tidak ada kejelasan apakah satelit-satelit itu sudah berfungsi.
Para pengamat menyebut, Korut berusaha meningkatkan kemampuan pemantauan dari antariksa. Sejauh ini, Korut tertinggal dari Korsel dan sekutunya pada sektor itu.
AFP/KOREA AEROSPACE RESEARCH INSTITUTE
Foto yang diambil pada 23 Mei 2023 dan disediakan oleh Korea Aerospace Research Institute (KARI) ini menunjukkan roket antariksa Korea Selatan, Nuri, bergerak ke landasan peluncurannya di Naro Space Center di Goheung, sehari sebelum percobaan ketiga untuk ditempatkan ke orbit.
Untuk peluncuran Rabu, Korsel telah memberi tahu Jepang dan Organisasi Maritim Internasional (IMO). Peluncuran itu dikritik karena dianggap melanggar resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. DK PBB melarang Korut menggunakan teknologi rudal balistik.
Pengembangan satelit mata-mata untuk pemantauan tersebut merupakan salah satu dari beberapa sistem persenjataan teknologi tinggi yang ingin diwujudkan Pemimpin Korut Kim Jong Un. Sistem persenjataan lain incaran Kim adalah rudal dengan multihulu ledak, kapal selam nuklir, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, dan rudal hipersonik.
Pyongyang mengatakan akan meluncurkan satelit mata-mata militer antara 31 Mei dan 11 Juni untuk meningkatkan kemampuan pemantauan atas aktivitas militer AS dan sekutunya.
Puing di Laut Kuning
Kantor Pimpinan Staf Gabungan Angkatan Bersenjata (JCS) Korsel mengungkapkan, ada roket meluncur dari Korut pada pukul 06.29 waktu setempat. Roket itu diluncurkan dari Tongchang-ri lalu jatuh di perairan Laut Kuning sekitar 200 kilometer barat daya Pulau Eocheongdo.
JCS menambahkan, pihaknya berhasil mendapatkan puing-puing benda yang diyakini berasal dari roket dan satelit Korut yang gagal meluncur itu. Gambar puing-puing tersebut dirilis militer Korsel.
Selain satelit mata-mata, sistem persenjataan lain incaran Pemimpin Korut Kim Jong Un adalah rudal dengan multihulu ledak, kapal selam nuklir, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, dan rudal hipersonik.
George William Herbert, profesor pada Center for Nonproliferation Studies dan konsultan rudal, menjelaskan, gambar puing-puing itu memperlihatkan minimal suku cadang roket yang digunakan Korut. Ia menambahkan, diperkirakan roket Korut itu berbahan bakar padat, sementara benda bulat warna coklat di dalamnya kelihatannya sebuah tangki bahan pembakar atau oksidator.
”Para ahli teknik akan bisa memperoleh informasi lebih dalam tentang kemampuan Korea Utara dari buster multitahap yang besar dari puing-puing yang bisa diselamatkan,” kata Ankit Panda, analisis berbasis di AS.
AP/SOUTH KOREA DEFENSE MINISTRY
Militer Korea Selatan merilis foto benda yang diyakini puing roket dan satelit Korea Utara yang gagal diluncurkan, Rabu (31/5/2023). Puing itu ditemukan di perairan Laut Kuning sekitar 200 kilometer barat daya Pulau Eocheong.
Menurut KCNA, Pyongyang akan menyelidiki secara mendalam kegagalan peluncuran tersebut, mempelajarinya, dan kembali melakukan peluncuran kedua secepat mungkin. Seorang pejabat Korsel yang dikutip kantor berita Yonhap memperkirakan upaya peluncuran satelit Korut berikutnya bakal dilakukan sebelum 11 Juni mendatang. Tanggal itu merupakan hari terakhir dalam durasi 12 hari yang dilaporkan Korut kepada IMO.
Perintah evakuasi
Saat upaya peluncuran roket dan satelit Korut terdeteksi, warga di Seoul dibangunkan oleh perintah evakuasi. Perintah itu disiarkan melalui televisi dan pesan singkat di telepon seluler.
”Setelah mendapat perintah darurat untuk evakuasi, saya membangunkan anak. Lalu masuk pesan lain yang menyebutkan pesan sebelumnya salah. Saya jengkel sekali. Saya terlambat kerja karena harus menenangkan anak yang kecewa,” kata seorang warga bernama Kim (46).
Seluruh pemilik ponsel di metropolitan Seoul menerima pesan singkat pada pukul 6.41. Pesan itu dikirimkan oleh Pemerintah Kota Seoul. ”Peringatan untuk Seoul. Warga disarankan bersiap evakuasi dengan prioritas diberikan kepada anak-anak, orang tua, dan lemah,” demikian isi pesan itu.
Pada pukul 07.03, masuk pesan baru yang menyebutkan pesan sebelumnya salah kirim. ”Kami menginformasikan peringatan yang disiarkan Pemerintah Kota Seoul pada pukul 06.41 adalah kesalahan,” demikian isi pesan koreksi dari Kementerian Dalam Negeri Korsel.
Warga lain yang bermarga Lee mengatakan, ia sudah di perjalanan ke tempat kerja saat menerima peringatan evakuasi. ”Saya kebingungan harus tetap ke kantor atau menuju ke tempat evakuasi. Setelah melihat televisi, saya semakin bingung. Konyol sekali,” katanya kepada kantor berita Yonhap.
AFP/JUNG YEON-JE
Seorang perempuan di Stasiun Seoul, Korea Selatan, Rabu (31/5/2023), membaca pesan berisi perintah evakuasi yang diterima melalui telepon selulernya, menyusul laporan peluncuran roket dan satelit Korea Utara.
Warga yang bingung mencoba mencari informasi ke sejumlah media massa. Dampaknya, sejumlah laman media massa Korsel kepenuhan karena terlalu banyak pengaksesnya. Kelumpuhan antara lain terjadi pada Naver, salah satu media daring Korsel.
Kemendagri Korsel menyebut, Seoul bukan salah satu wilayah yang mendapat peringatan potensi evakuasi. Peringatan diberikan ke wilayah lain dekat perbatasan Korut-Korsel.
Pacuan nuklir
Peluncuran roket dan satelit Korut tersebut dikecam tidak hanya oleh Korsel, Jepang, dan Amerika Serikat. Seperti disampaikan juru bicaranya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam keras tindakan Pyongyang. Menurut Guterres, peluncuran apa pun oleh Korut dengan menggunakan teknologi rudal balistik bertentangan dengan resolusi-resolusi DK PBB.
DK PBB melarang Korut menggunakan teknologi rudal balistik. Pelarangan ini bagian dari upaya menekan Korut agar meninggalkan program nuklirnya. Korut dan Korsel sebenarnya sama-sama ingin memiliki senjata nuklir. Bedanya, Pyongyang sudah mempunyai bom nuklir. Sementara Seoul masih terus berusaha memiliki senjata itu.
Bahkan, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol pernah menyatakan bahwa negara berhak memiliki senjata itu. Korsel akan memiliki bom nuklir jika kecemasan negara itu soal keamanan tidak diperhatikan AS. Pernyataan pada Januari 2023 disampaikan dengan asumsi payung nuklir dari AS adalah konsep yang ketinggalan zaman.
Namun, kala bertemu Presiden AS Joe Biden di Washington DC pada April 2023, Yoon memastikan negaranya tidak akan memiliki senjata nuklir. Sebagai gantinya, AS menjanjikan peningkatan kehadiran pesawat dan kapal peluncur bom nuklir di sekitar Korsel. Seoul-Washington DC membuat Kelompok Konsultasi Nuklir (NCG). Lewat NCG, AS-Korsel akan terus menggali gagasan cara Washington memakai nuklirnya dalam melindungi Korsel.
AP/KOREAN CENTRAL NEWS AGENCY/KOREA NEWS SERVICE
Dalam foto yang disiarkan pada 14 April 2023 oleh Korea Utara ini terlihat rudal Hwasong-18 milik Korut diluncurkan.
Letnan Jenderal (Purn) Chun In-bum menyebut, kesepakatan Biden-Yoon bisa saja meredakan perdebatan soal kebutuhan Korsel memiliki senjata nuklir sendiri. Ia juga menyarankan NCG benar-benar dimanfaatkan untuk menggali kecemasan Korsel soal potensi serangan Korut. ”Mereka (AS) perlu memahami mengapa sekutunya berpikir demikian,” katanya kepada kantor berita Korsel, Yonhap.
Peneliti pada Asan Institute for Policy Studies, Go Myong-hyun, mengatakan, pernyataan Biden-Yoon belum sepenuhnya memuaskan. ”Pemerintahan Biden menjawab tuntutan Korsel untuk sementara waktu. Walakin, belum ada janji untuk penempatan lebih luas seperti melibatkan aset-aset Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Jika aset NATO dikerahkan, tuntutan Korsel memiliki senjata nuklir sendiri akan benar-benar tidak relevan,” ujarnya.
Media Korsel, Chosun Ilbo, mengecam AS selepas kesepakatan Biden-Yoon. ”Seperti AS lebih khawatir dan fokus pada upaya pengembangan nuklir Korsel dibandingkan mengusahakan pelucutan nuklir Korut,” tulis tajuk rencana media itu. (AP/AFP/REUTERS)