Bencana hidrometeorologi masih mengintai sejumlah negara. Korban pun terus berjatuhan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
SHIMLA, SENIN — Negara-negara bagian di sebelah utara dan timur laut India mengalami bencana banjir dan longsor akibat ”bom hujan”, yakni fenomena hujan sangat lebat dalam waktu singkat. Laporan terkini mengatakan, 29 orang tewas akibat bencana tersebut.
Korban terbanyak ada di Negara Bagian Himachal Pradesh. Menteri Utama Himachal Pradesh Sukhinder Singh Suku, dikutip surat kabar Hindustan Times edisi Senin (14/8/2023), mengatakan, sembilan orang tewas di Kuil Hindu Shiv Mandir. ”Hujan mengakibatkan longsor yang menimbun kuil dan membuat kuil roboh karena tidak kuat menahan debit tanah. Sembilan orang yang tengah beribadah tidak sempat menyelamatkan diri,” katanya.
Menurut Departemen Meteorologi India (IMD), bom hujan (cloudburst) adalah fenomena ketika hujan yang sangat lebat terjadi dalam waktu singkat. Ukurannya ialah curah hujan setinggi 100 milimeter jatuh di wilayah seluas 10 kilometer persegi dalam waktu satu jam. Awan kumulonimbus yang membentuk bom hujan ini bisa terbentuk dalam waktu 30 menit saja.
Sebagai perbandingan, dalam situasi reguler, curah hujan total selama satu tahun di seluruh India adalah 116 milimeter. Artinya, intensitas bom hujan ini setara dengan sepuluh kali lipat hujan satu negara selama satu tahun.
Awan yang sudah berat oleh air ini tidak bisa turun menjadi hujan biasa karena dikelilingi oleh udara hangat dan lembap. Oleh sebab itu, awan justru semakin berkumpul dan akhirnya meledak dan menumpahkan seluruh air di dalamnya. Bom hujan sukar dilacak oleh satelit karena titiknya kecil dan waktu curahnya singkat.
Sejatinya, bom hujan lazim terjadi di wilayah utara dan timur laut India yang terletak di sekitar Pegunungan Himalaya sepanjang Juni-September. Akan tetapi, intensitas hujan mendatangkan banjir dan longsor yang ketika dipadu dengan kepadatan penduduk serta bangunan yang sudah bermasalah dari segi struktur, mendatangkan bencana. Pemerintah India mencatat, di Himachal Pradesh dan Uttrakahand pada Juli lalu ada 100 warga tewas akibat bencana hidrometeorologi ini.
Pada Juli, Pusat Pengembangan Pegunungan Terintegrasi Internasional (ICIMOD) yang berbasis di Nepal mengeluarkan hasil kajian yang mengungkapkan, pada abad ini, Pegunungan Himalaya bisa kehilangan 80 persen katup es akibat pemanasan global. Ini berarti, debit air di 12 sungai yang mengalir dari Himalaya juga berkurang dan 2 miliar penduduk di negara-negara yang dilalui oleh sungai-sungai ini akan krisis air.
Gedung roboh
IMD mengumumkan, wilayah di sekitar Pegunungan Himalaya akan mengalami bom hujan ini setidaknya untuk dua hari ke depan. Di Himachal Pradesh ada 13 distrik yang diperkirakan digempur bom hujan. Sementara di Negara Bagian Uttarakhand diperkirakan ada enam distrik yang terkena bom hujan disertai badai petir.
Di Distrik Maldevta di Uttarakhand, gedung Akademi Pertahanan Dehradun roboh. Rekaman video saksi mata yang disebarluaskan oleh Press Trust of India menunjukkan, bangunan berwarna merah berbentuk persegi panjang itu roboh di bagian tengah. Banjir deras mengalir persis di depan gedung yang tampaknya menggerus tanah di bawah bangunan.
Lantai dasar gedung kemudian terlihat bergeser dan dua pertiga gedung roboh karena bagian bawahnya tidak bisa menopang lantai dua. Pernyataan dari akademi menyebutkan seisi gedung sudah dievakuasi sehingga korban jiwa bisa dihindari.
Meskipun demikian, ada kritik masyarakat mengenai kondisi berbagai gedung di India, terutama bangunan-bangunan milik pemerintah. Banyak yang sudah tua dan tidak terawat. Langit-langit berjatuhan dan dinding retak sehingga jika ada bencana, gedung-gedung ini sangat berbahaya karena mudah roboh.
Di kantor Dinas Pembangunan di Jagtial, Negara Bagian Telangana, para pegawainya bahkan harus bekerja dengan memakai helm motor karena takut tertimpa plafon yang sudah lapuk (Kompas, 14 Agustus 2023). Di sejumlah ruas jalan, mobil-mobil terkubur longsor.
”Ada laporan satu orang tertimbun karena terperangkap di dalam mobil yang dikendarainya. Para petugas pencarian dan penyelamatan (SAR) sedang berusaha mengevakuasinya,” kata Kepala Distrik Chamoli, Uttarakhand, Himanshu Khurana kepada kantor berita Asia News International.
Di Pauri Garhwal, Uttarakhand, satu keluarga beranggotakan empat orang terperangkap di dalam bangunan hotel yang roboh. Mereka adalah wisatawan dari Negara Bagian Haryana. Petugas SAR baru bisa menyelamatkan seorang anak perempuan berumur 10 tahun dan berusaha mengeluarkan tiga anggota keluarga lain.
Luapan air akibat hujan ini juga mengalir sampai ke ibu kota India, New Delhi. Di sana, sejumlah titik banjir akibat debit air Sungai Yamuna naik.
China
Banjir dan longsor juga terjadi di China, yakni di kota Xi’an, Provinsi Shaanxi. Bencana ini menewaskan 21 orang. Selain itu, terdapat enam orang yang hilang dan masih dicari oleh para petugas SAR.
Seorang saksi mata mengatakan kepada media Cover News bahwa pada Jumat pekan lalu, air bah tiba-tiba datang menyapu daerah tersebut. Dua rumah langsung roboh akibat dihanyutkan arus air. ”Orang-orang di dalamnya juga hilang,” tuturnya.
Wilayah ini berada di tepi Sungai Qining yang terkenal dengan pemandangannya. Weiziping juga salah satu daerah tujuan wisata di Xi’an. Selain di Provinsi Shaanxi, banjir juga terjadi di Beijing, Hebei, Henan, dan Jilin. Bahkan, di Hebei, 1,5 juta warga harus diungsikan.
Dalam beberapa pekan terakhir, China menghadapi banjir dan hujan paling deras yang tercatat dalam sejarah. Hujan amat deras ini terjadi setelah China dilanda cuaca panas ekstrem yang juga mematikan. (AP/AFP)