Kandidat Dibunuh, Pilpres Ekuador Berlangsung Sesuai Jadwal
Krisis keamanan di Ekuador akibat perang antargeng narkoba menelan korban. Ini adalah kasus ketiga politikus yang ditembak mati.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
QUITO, KAMIS — Salah satu calon presiden Ekuador, Fernando Villavicencio (59) ditembak mati ketika selesai berkampanye. Pemerintah Ekuador menyalahkan kejahatan bersenjata akibat perang antargeng narkoba sebagai penyebab. Meskipun demikian, pemilihan umum presiden akan berlangsung sesuai jadwal, yaitu pada 20 Agustus.
Villavicencio dibunuh pada Rabu (9/10/2023) malam waktu setempat atau Kamis (10/8/2023) pagi waktu Indonesia. Ketika itu ia sedang berkampanye di salah satu gedung SMA di ibu kota Ekuador, Quito sebelah utara. Berdasarkan laporan saksi mata yang dikutip surat kabar El Universo, Villavicencio sedang berjalan keluar gedung seusai kampanye menuju mobil yang menjemputnya.
Tak lama kemudian terdengar beberapa suara tembakan. Tiga mengenai Villavicencio dan salah satunya di kepala. Kepala Polisi Ekuador Jenderal Manuel Iniguez mengatakan, salah satu pelaku melempar granat ke kerumunan orang, tetapi tidak meledak. Polisi menangkap enam pelaku dan satu pelaku yang mati ditembak aparat. Korban luka-luka ada sembilan orang, yaitu dua petugas polisi dan tujuh peserta kampanye.
Pemerintah Ekuador, yaitu Presiden Guillermo Lasso dan seluruh pejabat teras, segera menggelar rapat darurat. Lasso mengumumkan tiga hari masa berkabung. Akan tetapi, ia menekankan jadwal pilpres tetap dilaksanakan pada 20 Agustus. Mayoritas calon presiden, dari delapan orang yang berlaga di pilpres kali ini, menangguhkan kampanye mereka karena khawatir.
Presiden Ekuador 2007-2017 Rafael Correa yang mengasingkan diri di Belgia menulis unggahan di media sosial X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) yang menyebutkan, Ekuador telah menjadi negara gagal. ”Negara ini terluka. Segala doa saya haturkan untuk keluarga Villavicencio dan keluarga para korban kekerasan. Bagi mereka yang terus menyemai benih kebencian, ini hanya akan merusak negara kita,” tulisnya.
Namun, unggahan Correa tidak mengundang simpati, justru memancing kemarahan rakyat Ekuador, terutama para pendukung Villavicencio. Pasalnya, Villavicencio dulu berprofesi sebagai wartawan yang melakukan liputan investigatif membongkar berbagai kejahatan korupsi yang dilakukan oleh Correa dan antek-anteknya. Correa divonis 8 tahun penjara pada 2020, tetapi ia kabur ke Belgia hingga sekarang.
Berdasarkan jajak pendapat lembaga survey Cedatos, Villavicencio memperoleh dukungan rakyat Ekuador sebesar 13 persen. Ia hanya setingkat di bawah Luisa Gonzalez, orang dekat Correa, dengan dukungan 26,6 persen. Selama kampanye, Villavicencio telah dua kali melaporkan kepada polisi bahwa ia dan timnya menerima ancaman pembunuhan.
Kejahatan yang terkait perang antargeng narkoba kian merajalela di Ekuador. Geng ini tidak hanya melibatkan preman lokal, tetapi juga kartel-kartel dari luar negeri, antara lain dari Meksiko, Kolombia, dan Albania. Di samping pembunuhan Villavicencio, ada dua kasus pembunuhan politikus pada 2023 saja.
BBC pada Februari melaporkan, calon wali kota Puerto, Lopez Omar Menendez, ditembak beberapa jam sebelum pemilihan kepala daerah dimulai. Pada Juli, Wali Kota Manta Agustin Intriago ditembak ketika sedang meninjau proyek pembangunan saluran air.
Presiden Lasso dikritik oleh masyarakat tidak cakap menangani krisis keamanan ini. Majelis Nasional yang hendak memakzulkan Lasso malah dibubarkan pada Mei lalu. Pilpres ini merupakan langkah membentuk pemerintah yang baru. Lasso tidak maju dalam pemilu kali ini.
Villavicencio dilahirkan di kota Alausi, Provinsi Chimborazo, yang terletak di kaki Pegunungan Andes. Pekerjaan pertama dia di perusahaan minyak dan gas bumi milik negara, Petroecuador. Di sana, ia menyaksikan berbagai praktik kotor korupsi yang membudaya. Sikap kritisnya membuat ia dipecat dari Petroecuador dan mengubah haluan hidupnya menjadi wartawan.
Ia bekerja di surat kabar nasional El Universo sejak tahun 1999. Di sana, sebagai wartawan investigasi, Villavicencio kerap mengungkap kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat, pengusaha, dan penguasa lokal di Ekuador. Salah satu target kritikannya ialah Correa ketika menjabat sebagai presiden.
Villavicencio dua kali digugat oleh Correa. Pertama pada 2014 ketika ia dituduh mencemarkan nama baik presiden. Ia dituntut 18 bulan penjara dan akibatnya, Villavicencio harus melarikan diri ke rimba Amazon. Kariernya sebagai wartawan berakhir di sini. Kemudian, pada 2016, ia dituntut 2 tahun penjara karena meretas surat elektronik (surel) pribadi Correa guna mengungkap bukti-bukti korupsi presiden.
Gugatan itu hangus dan Correa ditangkap atas tuduhan korupsi. Villavicencio kemudian mengalihkan kariernya ke politik. Ia terpilih menjadi anggota Majelis Nasional Ekuador pada 2021, mewakili partai Gerakan Membangun Ekuador. Ketika Majelis Nasional dibubarkan pada Mei 2023, ayah lima anak ini memutuskan mengikuti pilpres. (AP/AFP)