Foto Menjadi Jembatan Bilateral antara Ekuador dan Indonesia
Hubungan antara Ekuador dan Indonesia telah terjalin selama 40 tahun. Untuk pertama kalinya, Ekuador memperkenalkan kekayaan alamnya melalui pameran fotografi kepada masyarakat Indonesia.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kedutaan Besar Ekuador mengadakan pameran fotografi bertema keanekaragaman hayati. Kekayaan alam dan budaya yang tercetak dalam lembaran foto diharapkan dapat menjadi jembatan penghubung untuk pertukaran kebudayaan dan kerja sama lingkungan.
Sebanyak 30 lembar foto tergantung di sudut-sudut tembok Gedung B Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat (24/3/2023). Berbagai macam satwa endemik khas Pulau Galapagos, bentangan pantai-pantai Pasifik, dataran tinggi Pegunungan Andes, dan kekayaan Hutan Amazon diperlihatkan di ruangan seluas 2.800 meter persegi.
Karya-karya itu meliputi satwa-satwa endemik, seperti iguana laut, burung fregat, iguana tanah, anjing laut, hiu paus, kuda laut, penyu, dan singa laut. Ada pula pantai-pantai indah, seperti Pantai Montanita dan Pantai Atacames. Selain itu, terdapat pula pemandangan hutan Ceibo, Kota Cuenca, Sungai Tomebamba, Pegunungan Andes, perajin topi toquilla (topi jerami), dan koboi di Pegunungan Andes.
Pelaksana Tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya Ahmad Mahendra mengatakan, melalui pameran yang diadakan di Galeri Nasional tersebut, generasi muda berkesempatan mengenal Ekuador lebih dekat. Ia juga berharap pameran ini bisa memperluas kesempatan kolaborasi antara Indonesia dan Ekuador dalam bidang seni dan budaya di masa depan.
”Pameran ini akan memperluas pengetahuan publik tentang negara-negara sahabat Indonesia. Barangkali setelah mengapresiasi foto yang dipamerkan, mereka terinspirasi untuk menyaksikan sendiri keindahan Ekuador,” kata Mahendra.
Pameran yang digelar pada 25 Maret hingga 12 April 2023 ini turut diinisiasi oleh Galeri Nasional Indonesia, Museum dan Cagar Budaya, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Pengunjung dapat menyaksikan pameran mulai pukul 09.00 hingga 18.00.
Duta Besar Ekuador untuk Indonesia Santiago Javier Chavez Pareja menyampaikan, karya-karya foto itu ingin memperkenalkan tentang gambaran Ekuador, khususnya kepada anak-anak muda di Indonesia. Sebab, selama ini Amerika Latin dan Ekuador kurang begitu dikenal oleh kalangan muda.
”Ini adalah kesempatan bagi Indonesia untuk mengenal Ekuador secara lebih dekat. Karya-karya foto ini bisa menjadi jembatan antara Ekuador dan Indonesia untuk menjalin berbagai kerja sama, salah satunya kebudayaan,” kata Chavez.
Saat ini, kami masih dalam tahap negosiasi kerja sama dengan Indonesia. Nantinya, masing-masing peneliti dari dua taman nasional dapat bertukar ide dan bahkan menemukan inovasi.
Chaves mengharapkan kerja sama kebudayaan itu nantinya dapat menghasilkan kolaborasi di antara dua negara. Pada kesempatan mendatang, bukan hanya pameran, perwakilan kedua negara tersebut akan berkolaborasi dalam bidang seni musik dan tarian.
”Kami juga ingin memperkaya kebudayaan di Jakarta. Selain itu, kami akan memberikan kesempatan yang sama kepada masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengadakan pameran di sana. Itulah ambisi kami,” lanjutnya.
Bagi Chaves, kebudayaan adalah pintu masuk untuk membangun kepercayaan dalam hubungan di antara kedua belah pihak. Lebih lanjut, hubungan bilateral antarnegara ini tidak hanya dalam hal kebudayaan, tetapi juga politik, perdagangan, dan pelestarian lingkungan.
Ekuador dan Indonesia merupakan negara yang sama-sama memiliki keanekaragaman hayati. Di kedua negara itu pula terdapat taman nasional yang menjadi habitat satwa endemik.
”Saat ini, kami masih dalam tahap negosiasi kerja sama dengan Indonesia. Nantinya, masing-masing peneliti dari dua taman nasional dapat bertukar ide dan bahkan menemukan inovasi,” kata Chaves.
Dalam hubungan bilateral, Ekuador dan Indonesia telah menjalin hubungan selama 40 tahun. Keduanya juga memiliki kesamaan, yakni berada di jalur cincin api Pasifik. Hal itu membuat kedua negara tersebut sama-sama kerap dilanda bencana sehingga dalam melakukan manajemen risiko bencana, keduanya dapat saling berbagi.