AS tidak mau membuat Indonesia harus memilih berpihak pada AS atau China. AS hanya mau memastikan hukum internasional dipatuhi dan tidak ada negara yang saling klam wilayah orang lain.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Amerika Serikat tidak mau membuat negara mana pun, termasuk Indonesia, berada pada posisi harus memilih atau berpihak pada Amerika Serikat atau China. AS hanya mendukung supremasi hukum dan membela rezim internasional dalam hal hukum perjanjian laut, batas-batas wilayah, dan memastikan ada kebebasan navigasi di perairan manapun di dunia, termasuk di kawasan Indo-Pasifik.
AS harus memfokuskan perhatian pada kawasan Indo-Pasifik dan menjalin kerja sama yang kuat tidak hanya di bidang militer, tetapi juga ekonomi. Ini karena AS juga bagian dari Pasifik. Untuk itu, AS harus hadir di kawasan ini.
Tammy Duckworth, Senator AS dari Partai Demokrat daerah pemilihan Illinois, menegaskan pesan itu dalam wawancara dengan empat wartawan di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Kamis (10/8/2023). Ini kedua kali dalam setahun ini Duckworth berkunjung ke kawasan Indo-Pasifik guna memperkuat kemitraan militer dan ekonomi antara AS dan negara-negara mitra. Kali ini, dia melawat ke Filipina, Indonesia, dan Thailand.
”Sudah terlalu lama, beberapa dekade, Amerika Serikat tidak terlalu fokus pada belahan dunia ini. Sekarang, kami harus fokus. Bukan hanya fokus pada hubungan militer, tetapi juga ekonomi karena keduanya sama pentingnya,” kata Duckworth yang juga veteran Perang Irak itu.
Dia mengakui, hubungan perdagangan antara AS dan Indonesia tidak terlalu baik. Seharusnya bisa lebih baik. Meski lebih banyak bertugas di bidang-bidang terkait pertahanan keamanan, Duckworth juga fokus pada upaya membangun ekosistem manufaktur di luar AS dengan teman dan sekutu untuk pasar AS.
Duckworth pertama kali terpilih menjadi anggota Senat pada 2016 dan terpilih kembali tahun lalu. Dia tidak hanya bertugas di Badan Angkatan Bersenjata dan Komite Hubungan Luar Negeri, tetapi juga menangani bidang Perdagangan, Sains, Transportasi, Usaha Kecil, dan Kewirausahaan. Salah satu isu yang dibicarakan di Indonesia adalah baterai untuk kendaraan listrik.
Duckworth beberapa kali menekankan AS tidak memaksakan apa pun di Indo-Pasifik, tetapi akan tetap hadir di kawasan karena prihatin dengan pelanggaran hak kedaulatan bangsa dan hak asasi manusia. Dia mendorong setiap bangsa untuk menghormati dan mempertahankan kedaulatannya sendiri.
Ketika ada negara mana pun yang memaksakan kedaulatannya pada negara lain dengan mengklaim wilayah milik orang lain, AS akan maju dan membela supremasi hukum demi ketertiban internasional. Setiap negara harus mampu membangun kapasitasnya dalam mempertahankan diri dan itu bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan, misalnya, AS.
Duckworth mencontohkan rencana latihan militer bersama antara AS dan ASEAN atau kerja sama militer AS dengan Indonesia, terutama pada pengembangan kapasitas. Beberapa tahun lalu, Senat AS mengesahkan beberapa undang-undang dalam anggaran pertahanan untuk meningkatkan pelatihan keamanan siber yang menjadi proyek percontohan.
Vietnam, Thailand, dan Indonesia menjadi tiga negara pertama yang terlibat. Tahun ini ditambah Malaysia, Kamboja, dan Filipina. Ini untuk mencegah serangan keamanan siber asing ke jaringan komersial, militer, dan sipil.
”Ada banyak bidang yang bisa kita kerjasamakan. AS harus hadir di sini. Dan saya baru saja terpilih lagi. Saya masih punya enam tahun lagi sebagai Senator jadi pasti akan kembali ke sini,” kata Duckworth, yang mahir berbahasa Indonesia itu.
Isu Myanmar
Kunjungan Duckworth kali ini ke Indonesia memenuhi undangan sebagai salah satu negara pemantau di Sidang Umum Ke-44 Organisasi Antarparlemen Negara-Negara Asia Tenggara (AIPA) di Jakarta. Ada 30 resolusi yang disepakati AIPA yang akan diadopsi untuk kepentingan kawasan Asia Tenggara. Ia terakhir kali ke Indonesia pada Februari lalu.
Untuk urusan politik, disepakati resolusi guna menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas kawasan melalui dialog dan kerja sama. Selain itu, juga resolusi kerja sama parlemen untuk mencapai perdamaian jangka panjang di Myanmar. Disepakati pula, pembentukan komite ad hoc untuk membantu Myanmar mencapai solusi damai dan berkelanjutan.
Terkait dengan isu Myanmar, Duckworth berharap Indonesia masih tetap memegang kendali dalam penyelesaian krisis Myanmar meski sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua ASEAN tahun depan. Bagi AS, Indonesia memainkan peran kepemimpinan yang kuat karena bisa mempersatukan semua pihak untuk mendorong penyelesaian krisis Myanmar.
”Indonesia punya peran sangat khusus dan penting untuk isu ini. Kami tentu mendukung karena kami ingin memastikan semua masalah kemanusiaan ditangani. Kami prihatin dengan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, terutama anak dan perempuan serta etnis Rohingya yang dihancurkan karena agama mereka,” kata Duckworth.
Duckworth bertolak ke ibu kota Thailand, Bangkok, Kamis malam, dan akan kembali menanyakan perkembangan isu Myanmar kepada otoritas Thailand, terutama mengenai nasib para pengungsi Myanmar. Selama ini Duckworth sering berkomunikasi dengan Thailand terkait isu pengungsi dari Myanmar, khususnya Rohingya.
Seharusnya pada kunjungan kali ini, dia mengunjungi salah satu kamp pengungsi Myanmar tetapi kemungkinan batal. Yang jelas, AS tidak akan mencabut sanksinya terhadap Myanmar jika situasi Myanmar tak kunjung membaik.
”Kami akan terus memantau dan menekankan bahwa mereka harus mulai memperhatikan penegakan hak asasi manusia. Masalah Rohingya ini menjadi perhatian di Kongres. Masalah Myanmar ini akan makan waktu lama untuk penyelesaiannya,” kata Duckworth.
Duckworth pernah tinggal di Indonesia pada 1976-1983 untuk ikut orangtuanya bertugas di Jakarta. Ia kembali lagi ke Indonesia pada 1996 untuk belajar bahasa Indonesia di Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara.