Asia Tenggara Tak Akan Makmur jika Didikte Negara Adidaya
Negara-negara Asia Tenggara jangan sampai didikte oleh kekuatan adidaya yang bersaing di kawasan Indo-Pasifik. Sebaliknya, negara-negara Asia Tenggara harus mampu memimpin dinamika di Indo-Pasifik.
Oleh
ANTONIUS TOMY TRINUGROHO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemakmuran di Asia Tenggara akan terwujud jika ASEAN mampu memimpin dan memengaruhi secara signifikan dinamika di Indo-Pasifik. Untuk mencapainya, tidak boleh ada satu pun kekuatan adidaya yang mendikte organisasi kawasan tersebut.
Gagasan agar hendaknya ASEAN memimpin serta memengaruhi kawasan Indo-Pasifik terungkap dalam ”Diskusi Strategis Menuju Forum ASEAN dan Indo-Pasifik 2023” di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Persaingan atau rivalitas kekuatan adidaya di kawasan Indo-Pasifik tak hanya berlangsung di bidang militer, tetapi juga di bidang ekonomi.
Hadir sebagai pembicara dalam kegiatan tersebut, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Arsjad Rasjid, serta President of Digital Business Visinema Ajeng Parameswari.
Mahendra menyatakan, persaingan atau rivalitas kekuatan adidaya di kawasan Indo-Pasifik tak hanya berlangsung di bidang militer, tetapi juga di bidang ekonomi. Oleh karena itu, rivalitas negara besar di Indo-Pasifik akhirnya ikut memengaruhi, antara lain, kebijakan industri negara-negara di kawasan tersebut.
Indo-Pasifik, kawasan yang membentang dari Pasifik barat hingga Samudra Hindia, sekarang merupakan pusat pertumbuhan dunia. Keberadaan China (kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat), Korea Selatan, India, serta negara-negara Asia Tenggara menjadikan wilayah itu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan global.
Indo-Pasifik yang dihuni hingga 5 miliar orang menghasilkan 40 persen sampai 60 persen dari produk domestik bruto global.
Dalam situasi tersebut, ASEAN telah berkembang menjadi pasar yang penting, atau tak lagi hanya menjadi bagian dari rantai nilai Indo-Pasifik serta global. ”ASEAN dulu bagian dari value chain (rantai nilai), tetapi sekarang menjadi kekuatan ekonomi, pasar penting,” ujar Mahendra, mantan Wakil Menteri Luar Negeri RI.
Agar ekonominya berkembang kian pesat, Mahendra melanjutkan, ASEAN perlu mentransformasikan Indo-Pasifik untuk berperan memenuhi kepentingan negara-negara anggotanya. ”Transformasikan Indo-Pasifik untuk melayani kepentingan ASEAN,” jelasnya.
Guna mewujudkannya, tak ada cara bagi ASEAN, menurut Mahendra, selain berperan sebagai pemimpin Indo-Pasifik. ”ASEAN harus memengaruhi Indo-Pasifik, harus memimpinnya. Jangan biarkan kekuatan besar mendikte ASEAN,” katanya.
Ia menyebut, sangat penting bagi ASEAN untuk menjadi pasar yang kuat dan tak hanya sebagai lokasi pabrik. Ekonomi domestik atau ekonomi negara-negara ASEAN, serta perdagangan intra-ASEAN, perlu diperkokoh.
Arsjad menekankan ada sejumlah kekuatan yang dimiliki ASEAN dalam rantai pasok global. Kekuatan itu, antara lain, keuangan digital, kendaraan listrik, dan komoditas makanan. ASEAN juga memiliki keunggulan dibandingkan kawasan lain, yakni keberagaman. Meski demikian, ASEAN perlu memberi keuntungan nyata bagi warganya.
Jangkar kesejahteraan global
Sebelum diskusi berlangsung, dalam puncak peringatan ulang tahun ke-56 ASEAN, di Sekretariat ASEAN, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa anggota ASEAN harus kompak untuk bekerja sama di tengah berbagai hambatan geopolitik. Hal itu merupakan syarat agar ASEAN menjadi jangkar perdamaian serta kesejahteraan global.
”ASEAN ini bukti bahwa kemajemukan itu saling melengkapi dan menguatkan. Setiap negara anggotanya berbeda, tetapi tidak pernah menghalangi kerja sama dan pemenuhan kesejahteraan masyarakatnya,” kata Presiden.
Didirikan lebih dari lima dekade silam di tengah menguatnya komunisme di Asia Tenggara, ASEAN diinisiasi oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Beberapa dekade kemudian, anggotanya bertambah, termasuk negara komunis Vietnam serta Laos. Ada pula Kamboja, Brunei Darussalam, serta Myanmar.
Selain menghadapi dinamika Indo-Pasifik di tengah persaingan Amerika Serikat-China, ASEAN harus mengatasi persoalan di Myanmar. Kudeta militer di negara itu mengakhiri pemerintahan demokratis.
Selain menghadapi dinamika Indo-Pasifik di tengah persaingan Amerika Serikat-China, ASEAN harus mengatasi persoalan di Myanmar.
Tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi pun ditahan. Perlawanan terhadap junta militer sekarang meluas. Milisi etnis bergabung dengan kelompok pro-demokrasi untuk memerangi junta. Korban jiwa terus berjatuhan di Myanmar.
ASEAN telah menyepakati lima konsensus yang harus dilaksanakan oleh junta Myanmar guna menyelesaikan krisis di negara itu. Namun hingga kini, eksekusinya nihil.