Langkah ASEAN Harus Benar demi Rakyat Myanmar
ASEAN harus melakukan langkah-langkah yang benar dan sesuai Konsensus Lima Poin. Sebagai Ketua ASEAN, Indonesia akan terus mengambil langkah benar demi rakyat Myanmar.
JAKARTA, KOMPAS —Untuk membantu rakyat Myanmar, ASEAN akan tetap memprioritaskan implementasi Konsensus Lima Poin. Keterlibatan Indonesia selama ini dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar sudah mendapatkan dukungan yang penuh.
Negara-negara mitra ASEAN yang tergabung di dalam KTT Asia Timur dan Forum Regional ASEAN memberikan dukungan penuh terhadap pendekatan dan upaya Indonesia sebagai Ketua ASEAN untuk menangani masalah Myanmar. Negara-negara anggota ASEAN akan terus mengedepankan dialog yang inklusif dan mengecam masih digunakannya kekerasan di Myanmar.
”Isu Myanmar sangat kompleks. ASEAN harus melakukan langkah-langkah yang benar yang sesuai dengan Konsensus Lima Poin. Sebagai Ketua (ASEAN), Indonesia akan terus melakukan langkah-langkah yang benar untuk rakyat Myanmar,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers seusai rangkaian Pertemuan Ke-56 Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) dan Pertemuan Pascakonferensi (PMC) serta pertemuan lainnya, Jumat (14/7/2023) malam. Pertemuan para menlu ASEAN dan negara-negara mitra berlangsung pada 11-14 Juli 2023. Sebanyak 27 pejabat tingkat menteri hadir dalam rangkaian pertemuan ini.
Baca juga : Teguran Keras ASEAN untuk Thailand
Retno menghargai adanya kemajuan dalam penyaluran bantuan kemanusiaan oleh Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan (AHA Center). Penyaluran bantuan akan diteruskan ke wilayah yang paling terdampak dengan prinsip tidak akan ada seorang pun yang membutuhkan yang tidak akan mendapatkan bantuan. Setiap perkembangan apa pun terkait Myanmar pasti akan dilaporkan Indonesia kepada negara-negara anggota. Masih ada waktu sampai September mendatang untuk mencari jalan mengakhiri krisis Myanmar sebelum keketuaan Indonesia berakhir.
”Dari waktu ke waktu harus dilihat apakah ada kemajuan yang signifikan dari implementasi Konsensus Lima Poin. Apakah keputusan yang sudah dibuat akan direvisi atau tetap dipertahankan,” kata Retno.
Pada kesempatan itu, Retno juga menyampaikan untuk pertama kalinya ASEAN berhasil mengarusutamakan implementasi Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) di dalam KTT Asia Timur. Keberhasilan mengarusutamakan AOIP ini diwujudkan dalam dokumen Rencana Aksi KTT Asia Timur (EAS) 2024-2028. Ini bukan hal yang mudah dan ASEAN berhasil meyakinkan negara-negara anggota dan mitra tentang inklusivitas AOIP.
Lebih jauh lagi, ASEAN berhasil mulai merancang kerja sama konkret implementasi AOIP dengan setiap negara mitra dialog. ”Semoga dukungan EAS terhadap implementasi AOIP ini dapat berkontribusi menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai dan stabil,” ujarnya.
Selain dalam kerangka EAS, setiap negara mitra juga menunjukkan komitmen dalam mendukung pengarusutamaan AOIP. Jadi, selain di EAS, secara bilateral dengan ASEAN negara-negara mitra, antara lain, Amerika Serikat, China, Selandia Baru, dan Korea Selatan juga mendukung AOIP. Dukungan terhadap AOIP juga untuk pertama kalinya disampaikan oleh Rusia dalam mekanisme terpimpin ASEAN.
Baca juga : ASEAN Tegaskan Stabilitas
Negara-negara ASEAN juga memberikan dukungan penuh terhadap usulan Indonesia mengenai kerja sama antara Sekretariat ASEAN dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) serta Sekretariat ASEAN dan Asosiasi Lingkar Samudra Hindia (IORA). Oleh karena itu, telah disepakati wakil dari IORA dan PIF akan diundang dalam KTT Ke-43 ASEAN, termasuk di dalam EAS.
Retno menegaskan pentingnya memastikan kawasan Asia Tenggara tetap stabil dan damai. Apalagi selama 50 tahun terakhir, kawasan Asia Tenggara relatif paling stabil dan damai meski pada kenyataannya perang belum berakhir dan masih terjadi di dunia. Itulah mengapa ASEAN berusaha melakukan yang terbaik untuk menjaga dan mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara.
Selama pertemuan, Retno selalu mengatakan kepada koleganya di negara mitra untuk membayangkan apa jadinya seandainya di Asia Tenggara tidak ada ASEAN dan tidak ada sentralitas ASEAN. ”Saya kira situasi Asia Tenggara tidak akan sedamai dan senyaman seperti yang kita nikmati sekarang. Kita harus sangat berhati-hati dalam menjaga agar tidak terjadi konflik di kawasan ini,” ujarnya.