AS Kerahkan Ribuan Marinir dan Peralatan Tempur ke Laut Merah
Washington tidak lagi sekadar menggertak Iran. Di sisi lain, Iran pun tak mau kalah gertak. Teheran menunjukkan rudal-rudal baru berteknologi canggih.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
KAIRO, SELASA - Amerika Serikat mengerahkan lebih dari 3.000 personel militernya di Laut Merah. Mereka dikirim menggunakan dua kapal perang, USS Bataan dan USS Carter Hall. Kekuatan baru itu tiba di Laut Merah pada Minggu (6/8/2023).
Dalam pernyataannya, juru bicara Armada Kelima AS, Tim Hawkins, mengatakan, tambahan personel akan menambah kekuatan maritim Armada Kelima AS serta memberikan fleksibilitas pada armada itu. Menurut dia, pengerahan tambahan personel militer adalah bagian dari upaya untuk mencegah aktivitas destabilisasi keamanan dan mengurangi ketegangan regional yang dipicu oleh Iran.
Ribuan tambahan personel militer AS itu terdiri dari pelaut dan Marinir AS. Mereka berasal dari Bataan Amphibious Ready Group (ARG) dan 26th Marine Expeditionary Unit (MEU). Selain membawa tambahan personel, kedua kapal perang AS ini juga membawa dua lusin helikopter dan pesawat tempur, termasuk MV-22 Osprey, jet tempur AV-8B Harrier, serta kapal pendarat amfibi.
Tambahan alutsista itu melengkapi keberadaan F-16 dan F-35 yang sudah diterjunkan di sekitar Teluk Persia. Pentagon juga sudah menempatkan kapal perusak, USS Thomas Hudner, yang selama ini beroperasi di Laut Merah. Kini kapal perang itu mulai bergeser ke Teluk Oman dan Selat Hormuz. Penempatan ribuan personel militer tambahan dan peralatan tempur adalah realisasi respons Pentagon terhadap situasi keamanan di wilayah itu.
Sebagaimana diberitakan, korvet Iran, IRINS Bayandor, menembak kapal tanker minyak berbendera Bahama, Richmond Voyager, di lepas pantai Teluk Oman, pertengahan bulan lalu. Angkatan Laut Iran juga dituding berupaya menguasai sebuah tanker lain berbendera Kepulauan Marshal, TRF Moss.
Kapal-kapal milik Korps Penjaga Revolusi Iran (IRGC) baru menghentikan upaya mereka setelah kapal perang AS USS McFaull tiba di lokasi. AS menuding upaya ini adalah bagian dari tindakan Iran untuk menguasai sekitar 20 tanker di Teluk Persia dalam beberapa tahun terakhir. Tanker-tanker itu mengangkut minyak tujuan AS dan sekutunya (Kompas.id, 25/7/2023).
Iran menolak tudingan bahwa mereka hendak menguasai Richmond Voyager. Layanan maritim Iran menyebut bahwa kapal tanker tersebut bertabrakan dengan kapal Iran dan melukai beberapa awaknya. Insiden itu terjadi setelah Israel dan AS menuding Iran menyerang tanker yang dioperasikan perusahaan milik Israel di lepas pantai Oman.
Iran menilai, pengerahan ribuan personel militer dan peralatan tempur AS bukan sebagai upaya untuk menjaga stabilitas kawasan, tetapi sebaliknya. Dan, bahkan menciptakan kekhawatiran baru.
”Kehadiran militer AS di kawasan tidak pernah menciptakan keamanan. Kepentingan mereka di kawasan ini selalu memaksa mereka untuk mengobarkan ketidakstabilan dan ketidakamanan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, kepada wartawan, Senin (7/8).
Juru bicara Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Ramazan Sharif, mengatakan, mereka tidak khawatir dengan keberadaan tambahan pasukan AS di kawasan. Iran, katanya, memiliki kemampuan yang lebih dari cukup untuk bisa membalas semua tindakan AS.
Tanggapan Iran
Iran tak mau kalah gertak. Teheran bahkan memperlihatkan sejumlah rudal terbaru. Rudal itu dapat digunakan untuk memperkuat Angkatan Laut Iran. Pada akhir pekan, Angkatan Laut Iran menerima tambahan rudal dan roket.
Panglima IRGC Mayor Jenderal Hossein Salami, dikutip dari kantor berita Iran, IRNA, mengatakan, berbagai perangkat keras yang baru saja diterima oleh angkatan laut mendapat berbagai penyempurnaan sehingga memiliki daya jangkau yang lebih jauh, akurasi yang lebih baik, dan daya hancur lebih hebat. Berbagai rudal jelajah dan balistik yang baru dipasok ke IRGC dinilai sebagai peranti perang yang lebih baik karena dilengkapi dengan teknologi kecerdasan buatan.
Bahkan, khusus untuk pesawat nirawak (drone), daya serang drone buatan Iran saat ini, katanya, lebih mematikan. ”Dalam sistem drone, saya juga dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki daya tahan terbang yang lebih lama, memiliki hulu ledak yang lebih besar dan lebih berat, dapat menghadapi peperangan elektronik musuh, dapat menembak target bergerak, serta dapat mengidentifikasi target angkatan laut secara akurat,” katanya.
Menurut laman IRNA, beberapa rudal baru yang dipasok untuk IRGC adalah Ghader, Nour, CM-300 atau Qadir, Kowsar, dan Nasr. Rudal Ghader dan beberapa pengembangannya kini memiliki daya jangkau hingga 300 kilometer. Rudal ini bisa diluncurkan dari mobil peluncur di tepi pantai atau kapal perang milik AL Iran. Pengembangan lain dari Ghader adalah CM-200A yang bisa dipasang di jet helikopter tempur milik Angkatan Udara Iran. CM-200A ini memiliki jangkauan hingga 535 kilometer dan mampu membawa hulu ledak 155 kilogram.
Pengembangan dari rudal ini adalah Rudal Nour yang memiliki daya jangkau yang lebih pendek, sekitar 120 kilometer. Meski begitu, rudal yang dilengkapi dengan mesin jet mini Tolou-4 bisa diluncurkan dari berbagai platform, mulai dari helikopter Mi-17, jet tempur F-4 milik Angkatan Udara Iran, dan kapal perang.
Torbjorn Soltvedtm, analis dari firma intelijen risiko Verisk Maplecroft, mengatakan, keamanan akan selalu menjadi titik gesekan dalam hubungan AS dengan negara-negara Teluk, terutama oleh ancaman serangan Iran pada kapal-kapal pengangkut minyak.
Hal-hal itu bisa menimbulkan persepsi bahwa AS tidak melakukan tugasnya dengan cukup baik untuk mencegah kejadian tersebut berulang. ”Kebutuhan akan pendekatan baru terbukti,” ujarnya.