Tanker berbendera Iran ditangkap karena memindahkan muatan minyak mentah ke tanker berbendera Kamerun. Hal serupa juga pernah terjadi pada tahun 2021, yang sampai melibatkan operasi intelijen.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA, PRAYOGI DWI SULISTYO, MAHDI MUHAMMAD
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tanker berbendera Iran ditangkap karena melakukan tindakan ilegal, pemindahan muatan ke tanker lain, di perairan Indonesia, tepatnya di zona ekonomi eksklusif Indonesia, dekat perairan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Tanker yang ditangkap kali ini adalah supertanker berbendera Iran, MT Arman 114, yang mengangkut 272.569 metrik ton minyak mentah senilai Rp 4,6 triliun.
Pada tahun 2021, Badan Keamanan Laut Republik Indonesia juga pernah menangkap tanker asal Iran karena melakukan tindakan serupa. Untuk membebaskan tanker itu, seorang intelijen berkebangsaan Iran sampai diterjunkan ke Indonesia.
Kali ini, saat dilakukan pengejaran oleh Bakamla, tanker yang dinakhodai warga negara Mesir dengan dibantu 28 anak buah kapal warga negara Suriah itu melarikan diri ke perairan Malaysia. Tanker yang juga mengangkut tiga penumpang itu kemudian ditangkap Bakamla di kawasan perairan Malaysia dengan dibantu Agensi Penguatkuasan Maritim Malaysia (APMM).
Saat dilakukan pengejaran oleh Bakamla, tanker yang dinakhodai warga negara Mesir dengan dibantu 28 anak buah kapal warga negara Suriah itu melarikan diri ke perairan Malaysia.
Kepala Bakamla Laksdya Aan Kurnia dalam konferensi pers di Bakamla, Jakarta, Selasa (11/7/2023), mengatakan, supertanker berbendera Iran itu ditangkap pada Jumat (7/7/2023) karena tanker tersebut melakukan pemindahan muatan (transshipment) ke tanker MT S Tinos berbendera Kamerun di zone ekonomi eksklusif Indonesia, dekat perairan Natuna.
Saat itu, katanya, Bakamla mendeteksi titik yang mencurigakan menjelang matahari terbit. ”Karena (ada) kontak (antar-kapal) yang mencurigakan, saya perintahkan patroli udara untuk mendeteksi kontak tersebut,” kata Aan.
Bakamla kemudian mengerahkan KN Pulau Marore-322 untuk mendekati tanker berbendera Iran dan Kamerun tersebut. Namun, kedua tanker itu malah melarikan diri ke arah kawasan ZEE Malaysia. Padahal, kata Aan, saat mendekati kedua tanker itu, personel KN Pulau Marore-322 telah menggunakan berbagai isyarat agar kedua tanker itu berhenti, mulai dari suara, peringatan keras sampai tembakan ke udara. Namun, kedua tanker itu tetap melarikan diri dengan sambil membuang limbah.
Saat dikejar, kedua tanker itu berpisah. MT Arman 114 bergerak ke arah barat laut, sedangkan MT S Tinos bergerak ke utara. Dengan kondisi tersebut, KN Pulau Marore-322 fokus mengejar MT Arman 114 yang diduga sebagai tanker pemberi muatan atau penyalur.
Ketika tanker itu masuk ke ZEE Malaysia, Aan lalu mengontak kepala APMM. Aan mengatakan, hal itu bisa terlaksana karena hubungan kedua pihak selama ini berlangsung baik. KN Pulau Marore-322 lalu diizinkan melakukan pengejaran ke ZEE Malaysia. ”Ini karena Indonesia menjadi ketua ASEAN Coast Guard Forum (ACF),” katanya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, diketahui bahwa MT Arman 114 melakukan perbuatan melawan hukum dengan modus operandi mematikan sistem informasi pelayaran (AIS), spoofing AIS (data AIS tanker MT Arman berada di Laut Merah), menggunakan wilayah ZEE sebagai tempat pemindahan muatan, diduga melakukan dumping, tidak memiliki port clearance, dan tidak mengibarkan bendera kapal.
Pada Januari 2021, Bakamla juga menangkap tanker asal Iran MT Horse yang diduga melakukan pemindahan muatan bahan bakar minyak ke tanker asal Panama, MT Freya. Kedua tanker itu juga melakukan pemindahan muatan di kawasan perairan Natuna.
Pada Januari 2021, Bakamla juga menangkap tanker asal Iran MT Horse yang diduga melakukan pemindahan muatan bahan bakar minyak ke tanker asal Panama, MT Freya.
Penangkapan terhadap tanker MT Horse itu memperoleh tanggapan dari Kementerian Luar Negeri Iran. Kala itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, menyampaikan, Iran telah meminta Indonesia untuk memberikan detail penyitaan tanker berbendera Iran. Permintaan ini disampaikan sehari setelah Indonesia menyita dua tanker pengangkut minyak berbendera Iran dan Panama yang telah dibawa ke Batam untuk penyelidikan lebih lanjut (Kompas.id, 26/1/2021).
Hasil investigasi Kompas saat itu mengungkap bahwa untuk membebaskan MT Horse, seorang intelijen asal Iran, Ghassem Saberi Gilchalan, diterjunkan ke Indonesia. Dalam wawancara dengan Kompas, Gilchalan yang ditangkap Polri karena kedapatan menggunakan banyak paspor dari sejumlah negara itu mengaku bahwa ia bekerja untuk Pemerintah Iran.
Misi utamanya, diakui Gilchalan, adalah membebaskan tanker Iran, MT Horse, yang disita saat memindahkan muatan minyak ke tanker berbendera Panama, MT Freya.