Topan dan cuaca panas melanda bumi perkemahan. Jambore Pramuka Sedunia dipindah ke dalam ruangan di Seoul, Korea Selatan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
SAEMANGEUM, SENIN — Seluruh peserta Jambore Pandu Sedunia akan dievakuasi ke Seoul, ibu kota Korea Selatan. Hal ini karena di lokasi jambore di Saemangeum akan terimbas topan Khanun yang diperkirakan tiba pada Selasa (8/8/2023). Meskipun demikian, Pemerintah Korsel menyatakan jambore tidak dibatalkan. Di Seoul, mereka tetap melakukan berbagai kegiatan yang telah dijadwalkan.
Wakil Menteri Pengelolaan Kebencanaan Korsel Kim Sung-ho mengumumkan evakuasi tersebut di bumi perkemahan, Senin (7/8/2023) siang waktu setempat. Bumi perkemahan Saemangeum terletak di Provinsi Jeolla Utara. Jaraknya sekitar 260 kilometer sebelah selatan Seoul, di pesisir barat Korsel.
Menurut Kim, keputusan itu diambil setelah Badan Meteorologi Korsel menyebutkan topan Khanun akan tiba pada Selasa pagi dan semakin parah seiring berjalannya hari. Saat ini, topan Khanun yang dikategorikan nomor dua terkuat dari empat level topan, berada di 330 kilometer timur laut Okinawa, Jepang. Kecepatan anginnya mencapai 118-154 kilometer per jam.
”Terlalu berisiko membiarkan anak-anak berada di ruang terbuka. Oleh sebab itu, semua kegiatan dipindah ke Seoul,” kata Kim, dikutip oleh surat kabar Korea Times.
Menurut data Organisasi Gerakan Pandu Dunia (WOSM), ada 36.000 peserta dari 156 negara yang harus dievakuasi. Umumnya mereka berusia remaja. Ini belum termasuk pembina dan sukarelawan. Pemerintah Korsel menyediakan 1.000 bus untuk mengangkut mereka. Kegiatan jambore ini berlangsung selama 12 hari. Senin merupakan hari ketujuh.
Awalnya, diperkirakan ada 40.000 pramuka dari 159 negara yang mengikuti jambore global yang diadakan setiap empat tahun ini. Namun, rombongan dari Amerika Serikat, Inggris, dan Singapura memutuskan mundur pada saat terakhir dengan alasan hawa panas melanda bumi perkemahan Saemangeum.
Peserta memang mengeluhkan cuaca terik dan gerah selama sepekan jambore dilangsungkan. Selain itu, pada hari-hari awal, terjadi banyak masalah sarana dan prasarana yang tidak berfungsi dengan semestinya. Juga ada laporan salah seorang sukarelawan dari Thailand melakukan tindakan tidak senonoh mengintip toilet perempuan.
Berbagai keluhan itu, menurut WOSM, telah ditangani oleh panitia lokal. Namun, ketika suasana sudah mulai stabil, berita mengenai kedatangan topan Khanun ini memunculkan semua kerepotan. Seorang sukarelawan dari salah satu negara di Amerika Selatan yang menolak disebut namanya mengatakan, kepanikan dan kerepotan melanda panitia jambore dan acara. ”Ini mimpi buruk dari segi logistik,” ujarnya.
Wakil Kwartir Nasional Pramuka Indonesia Berthold Sinaulan melalui pesan singkat kepada Kompas mengatakan, Kedutaan Besar Indonesia di Seoul membantu evakuasi pramuka dari Tanah Air. Meskipun begitu, ia belum bisa memberi tahu lebih lanjut mengenai akomodasi yang disediakan di Seoul. Informasi dari WOSM, anak-anak sekolah itu akan ditampung di penginapan di Seoul dan sekitarnya.
Menteri Kesetaraan Jender dan Keluarga Korsel Kim Hyun-sook menegaskan kepada peserta dan media-media setempat bahwa jambore tidak dibatalkan. Para pramuka ini tetap akan melanjutkan kegiatan di Seoul meskipun semuanya dilakukan di dalam ruangan.
”Sejak awal, acara penutupan jambore ini memang dijadwalkan di Seoul karena para peserta akan menonton konser K-pop,” tuturnya.
Topan Khanun telah melanda Jepang sejak pekan lalu. Di Okinawa, pemerintah setempat mencatat ada 60 orang yang terluka dan satu korban jiwa—meralat data sebelumnya yang mengatakan ada dua korban jiwa. Topan ini masuk kategori dua dari empat kategori badai yang ada.
Pada Jumat, topan Khanun semestinya berputar menuju Taiwan dan China. Namun, tiba-tiba topan itu berbelok tajam dan kembali ke Okinawa. Di Korsel, Provinsi Jeolla Utara yang terletak di barat daya negara tersebut memang rutin dilewati badai. Pada September 2022, topan Hinnamnor memorak-porandakan barat daya Korsel. Ini adalah topan terkuat yang pernah melewati Korsel. (AP/REUTERS)