Gentarkan China, AS Gelontorkan Lagi Bantuan Militer untuk Taiwan
Hibah ini di luar transaksi pembelian senjata oleh Taiwan. Harapannya, bisa menggentarkan China agar tidak menyerang Taiwan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, SABTU — Amerika Serikat memberi dana bantuan pertahanan kepada Taiwan sebesar 345 juta dollar AS. Ini di luar berbagai perjanjian pembelian senjata oleh Otoritas Taiwan. Tujuan dari hibah ini ialah memperkuat pertahanan Taiwan sehingga China enggan menyerang.
Dana itu disetujui oleh Kongres AS pada Jumat (28/7/2023) waktu setempat atau Sabtu (29/7/2023) dini hari waktu Indonesia. Belum ada keterangan mengenai jenis-jenis senjata yang akan dihibahkan. Akan tetapi, pakar dari Institut Pertahanan Nasional Taiwan, Shu Hsiao-huang, mengatakan kepada Central News Agency bahwa ia menduga akan banyak fokus pada pertahanan udara, terutama pesawat nirawak.
Taiwan memang telah membeli pesawat nirawak MQ-9B Sea Guardian dari AS, di luar hibah tersebut. Perjanjiannya, pesawat itu dikirim pada 2025. Oleh sebab itu, Shu menduga untuk bantuan ini akan ada pesawat nirawak MQ-9A. Selain itu, Taiwan juga membeli pesawat tempur F-16.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Mei lalu menjelaskan, ada Otoritas Penarikan Khusus Presiden (Presidential Drawdown Authority/PDA). Ini adalah kewenangan presiden AS menyalurkan senjata kepada pihak lain apabila keadaan dinilai genting.
Presiden AS Joe Biden telah menggunakan PDA ini untuk memberi Ukraina senjata dari pasokan AS guna melawan invasi Rusia. Sejatinya, keadaan di Taiwan tidak masuk kategori genting. Akan tetapi, DPR AS menyetujui PDA untuk Taiwan supaya China gentar dan tidak mau menyerang Taiwan karena dampaknya akan sangat parah.
Pada awal tahun 2023, Biden diwawancara oleh program televisi 60 Minutes. Ia mengatakan akan menurunkan bantuan militer apabila Taiwan diserang China. Di Ukraina, AS tidak mau turun tangan langsung. Ini berbeda dengan Taiwan. Meskipun tidak berhubungan diplomatik dengan Taiwan, AS terikat perjanjian untuk membantu Taipei apabila di bawah ancaman Beijing.
AS sejatinya melepas hubungan diplomatik dengan Taiwan pada tahun 1977 demi menjalin hubungan resmi dengan China. Oleh sebab itu, AS menganut prinsip Satu China yang menyebutkan bahwa Taiwan merupakan salah satu wilayah otonom di bawah China. Keunikan hubungan AS-Taiwan ini ialah adanya perjanjian perlindungan Taiwan apabila diancam China, walaupun di dalam diplomasinya AS menyatakan tidak pernah mendukung kemerdekaan Taiwan.
Hubungan AS-China memanas karena Selat Taiwan. Di perairan ini, setiap hari, 50 persen transportasi komoditas global terjadi. China menganggap Selat Taiwan masuk ke dalam wilayah kenegaraannya. Sebaliknya, negara-negara lain menganggap Selat Taiwan adalah perairan internasional yang boleh dilalui oleh kapal berbendera mana pun. Kapal-kapal Angkatan Laut AS dari pangkalan militer Yokosuka, Jepang, kerap berlayar di Selat Taiwan.
Terjadi lingkaran setan saling menunjukkan sikap atas Selat Taiwan. Setiap China menurunkan kapal atau pesawat militer di perairan itu, AS turut serta menurunkan. Akibatnya, ketegangan tidak berakhir.
Juru Bicara Kedutaan Besar China di Washington Liu Pengyu mengatakan, AS hanya mencari keributan. ”Hentikan segala jenis tindakan yang berisiko memicu konflik di Selat Taiwan. Hentikan segala aksi provokasi,” katanya.
Sementara itu, Jepang mengeluarkan Buku Putih Pertahanan Jepang 2023. Dokumen itu, dikutip oleh media Kyodo, menyebutkan bahwa militer China adalah ancaman terbesar di kawasan, terutama bagi Pasukan Bela Diri Jepang.
Jepang mencatat, intrusi pesawat militer China ke wilayah identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan semakin meningkat. Pada tahun 2020 ada 380 pesawat yang masuk, pada 2021 ada 972 pesawat, dan tahun 2022 ada 1.733 pesawat. (Reuters)