Filipina Naikkan Level Kesiagaan, Antisipasi Ancaman Invasi China ke Taiwan
Menjelang rencana kunjungan Wapres Taiwan William Lai Ching-te ke AS, Filipina cemas, kunjungan itu akan membuat China meradang dan dikhawatirkan menginvasi Taiwan. Manila menyiapkan berbagai langkah kontingensi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
MANILA, KAMIS — Filipina menyiapkan rencana darurat apabila terjadi konflik terbuka antara China dan Taiwan. Manila mengkhawatirkan reaksi China atas pengumuman kunjungan Wakil Presiden Taiwan William Lai Ching-te ke Amerika Serikat, Agustus nanti. Filipina berkaca dari protes China berupa latihan militer besar-besaran pada Maret 2023 ketika Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mampir ke AS.
”Kami memantau perkembangan setiap hari sembari mematangkan rencana kontingensi,” kata Menteri Pertahanan Filipina Gilbert Teodoro, seperti dikutip The Philippine Star di Manila, Kamis (20/7/2023).
Menurut dia, Filipina tidak hanya menyiapkan kontingensi di titik-titik panas konflik, yaitu Selat Taiwan dan kemungkinan besar Laut China Selatan, tetapi juga di berbagai sektor. Salah satu hal yang menjadi prioritas adalah rencana evakuasi dan pengamanan 150.000 pekerja migran Filipina di Taiwan.
”Kami benar-benar harus membuat penilaian, apakah kemungkinan (konflik) seperti itu bakal terjadi atau tidak,” kata Teodoro. ”Meski demikian, kami terus melanjutkan rencana di seluruh kontingensi, bukan hanya pada titik panas antara China dan Taiwan, tetapi pada seluruh kontingensi di dalam palagan ini,” lanjut dia.
Dari lima mitra AS di kawasan Indo-Pasifik—Australia, Korea Selatan, Jepang, Filipina, dan Thailand—Filipina adalah yang terdekat dengan Taiwan. Wilayah paling utara Filipina hanya berjarak 190 kilometer dengan wilayah Taiwan.
Teodoro menekankan, pihaknya juga memonitor kemungkinan ancaman China ke Taiwan. ”Harapan atas dialog antara Amerika Serikat dan China sangat besar. Semoga diplomasi bisa meredakan ketegangan,” kata Teodoro.
Filipina selama puluhan tahun menjadi mitra utama dalam pertahanan dengan AS. Tahun ini, Manila memperluas akses bagi militer AS. China marah dan menyebut perluasan akses bagi militer di Filipina sebagai ”memantik api” di tengah ketegangan kawasan.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menyebutkan, akses yang diberikan kepada AS di pangkalan-pangkalan militer di Filipina akan bermanfaat untuk pertahanan jika China menyerang Taiwan.
Filipina telah memberi akses tambahan pada AS di empat pangkalan, sebagian di antaranya menghadap ke arah Taiwan di sebelah utara. Manila berulang kali menekankan, mereka tidak memihak di tengah rivalitas AS-China.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr berupaya menjalin hubungan lebih dekat dengan Washington. Ia menyebutkan, akses AS pada pangkalan-pangkalan itu akan bermanfaat untuk pertahanan jika China menyerang Taiwan.
Kecemasan Manila terkait situasi di Selat Taiwan diekspresikan sesudah pengumuman resmi oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang mengatakan Wapres Taiwan William Lai Ching-te akan mampir di AS. Direncanakan pada Agustus nanti Lai akan melawat ke Paraguay, salah satu dari 13 negara yang saat ini menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan.
AS, bersama mayoritas negara di dunia, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan karena mengakui Prinsip Satu China. Isi dari prinsip ini ialah Taiwan merupakan salah satu wilayah otonomi di bawah China. Meskipun begitu, AS memiliki hubungan yang unik dengan Taiwan. Washington terikat perjanjian untuk membantu Taipei jika keamanan Taiwan terancam.
Meskipun Blinken menekankan kunjungan Lai ini bukan lawatan resmi, Kementerian Luar Negeri China tetap mengeluarkan protes.
Hubungan Beijing-Washington semakin renggang, terutama sejak Ketua DPR AS 2019-2024 Nancy Pelosi datang ke Taipei pada Agustus 2022. Selain itu, pada Maret 2023, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen juga mampir di AS dalam perjalanan dari Guatemala dan Belize. China memprotes dengan menggelar latihan militer di Selat Taiwan.
Dialog pertahanan antara AS dan China tiada. Departemen Pertahanan AS mengatakan, terus mengajak China untuk bertemu dan berdialog, tetapi tidak ada tanggapan dari Kementerian Pertahanan China. Bahkan, Menhan China Li Shangfu dikenakan sanksi tidak boleh ke AS atas tuduhan menjual senjata kepada Rusia untuk menginvasi Ukraina.
Sementara Manila khawatir, Washington dan Bejing berusaha memerbaiki hubungan. Salah satunya melalui dialog mitigasi krisis iklim. Utusan Khusus Presiden AS untuk Urusan Iklim John Kerry baru menyelesaikan pertemuan dengan lawan bicaranya dari China, Xie Zhenhua. Mereka bertemu di Beijing, 16-19 Juli.
Kerry mengatakan, penanganan isu perubahan iklim adalah persoalan universal yang terus dijajaki kerja samanya dengan China. Kedua belah pihak berjanji tetap berhubungan guna menurunkan emisi gas rumah kaca dan mencegah kenaikan suhu Bumi.
Pada tahun 2023, Kerry adalah pejabat ketiga dari AS yang berkunjung ke Beijing. Sebelumnya ialah Menlu Blinken dan Menteri Keuangan Janet Yellen. Dunia mengharapkan agar AS dan China kembali ke jalur komunikasi yang telah disepakati oleh Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali di sela KTT G20, November 2022.
Cegah Lai ke AS
Di Aspen, Negara Bagian Colorado, AS, Duta Besar China untuk AS Xie Feng mengatakan bahwa prioritasnya saat ini adalah mencegah kunjungan Wapres Taiwan William Lai berkunjung ke AS. ”Kini prioritas kami adalah menghentikan Lai Ching-te dari melawat ke Amerika Serikat,” ujar Xie.
”Taiwan adalah Taiwan milik China,” kata Xie. Ia menambahkan, China menginginkan penyatuan secara damai, tetapi para separatis Taiwan berupaya terus mendorong agenda mereka, dengan mencari dukungan AS.
”Mereka bahkan tidak mengakui diri mereka sebagai orang China. Jadi, ini langkah yang sangat berbahaya, yang mereka ambil,” ujar Xie.
Pada Kamis kemarin, Kementerian Taiwan mengungkapkan, pihaknya mendeteksi 22 pesawat tempur China terbang di sekitar Taiwan. Sebagian dari pesawat itu menyeberang garis tengah Selat Taiwan yang sensitif. Sementara tujuh kapal perang China menjalankan ”patroli kesiapan tempur”.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan pemerintahan yang dipimpinnya berulang kali menawarkan dialog dengan China. Namun, Beijing selalu menolak tawaran itu dengan alasan Taipei adalah kelompok separatis. Baik Tsai maupun Lai selama ini menegaskan, hanya rakyat Taiwan yang menentukan nasib mereka di masa depan.
Di Aspen, Xie juga menegaskan, China sama sekali tidak menginginkan perang apa pun dengan AS. ”Kami tidak mau terjadi perang dagang, perang teknologi, dan sebagainya dengan AS. China hanya menginginkan persaingan yang sehat dan adil,” ujarnya, di sela-sela menghadiri Forum Keamanan Aspen (ASF).
Xie mengeluhkan perilaku AS yang berusaha mengucilkan China. Contoh di sektor perdagangan ialah AS berusaha menjegal China memperoleh teknologi serta peralatan untuk memproduksi cip supercanggih. Sebagai balasan, China melarang ekspor dua logam yang sangat penting dalam pembuatan cip, yakni galium dan germanium. (AP/REUTERS)