AS Geregetan dengan Myanmar
Amerika Serikat geregetan dengan krisis di Myanmar. ASEAN diminta untuk terus menekan junta militer Myanmar agar menghentikan kekerasan dan kembali ke pemerintahan yang demokratis.
Jakarta, Kompas - Negara-negara anggota ASEAN dan Amerika Serikat harus menekan junta militer Myanmar yang kini sedang berkuasa untuk menghentikan kekerasan, menerapkan lima poin konsensus ASEAN, dan kembali ke pemerintahan yang demokratis. Untuk membantu mengatasi krisis kemanusiaan di Myanmar, Amerika Serikat akan memberikan bantuan kemanusiaan tambahan sekitar 74 juta dollar AS, termasuk 61 juta dollar AS untuk membantu pengungsi dari komunitas etnis Rohingya yang menderita akibat kekerasan di Myanmar.
Baca juga: AS Diharapkan Jadi Katalisator Perdamaian dan Keamanan
Hal ini dikemukakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dalam pertemuan dengan para menlu ASEAN di sesi ASEAN Post Ministerial Conference, Jumat (14/7/2023). Selain isu Myanmar, Blinken juga menyinggung isu Laut China Selatan dan Timur serta Selat Taiwan.
Blinken menilai ASEAN dan AS harus menjunjung tinggi kebebasan navigasi di Laut China Selatan dan Timur serta menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. “Kita berbagi visi Indo-Pasifik yang sama yakni kawasan yang bebas, terbuka, sejahtera, aman, terhubung, dan tangguh,” kata Blinken kepada menlu negara-negara anggota ASEAN.
Blinken melanjutkan strategi Indo-Pasifik di AS sama dengan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) yang menggarisbawahi sentralitas ASEAN. Amerika Serikat dan ASEAN sama-sama menginginkan kawasan dimana negara bebas memilih jalan mereka sendiri dan mitra mereka sendiri. Masalah juga ditangani secara terbuka dan bukan melalui paksaan serta aturan dicapai secara transparan lalu diterapkan secara adil.
Setiap orang boleh bepergian secara sah dan bebas melintasi daratan, udara, dan dunia maya. Itulah sebabnya, kata Blinken, AS meningkatkan hubungan AS-ASEAN menjadi kemitraan strategis komprehensif pada tahun lalu.
“Itulah kenapa kami bekerja sangat keras untuk mengkonkretkan kemitraan yang sudah ditingkatkan itu,” kata Blinken yang sudah berkunjung ke Indonesia untuk keempat kalinya itu. Blinken juga sudah berkunjung ke Indo-Pasifik 12 kali dan ikut menghadiri pertemuan tingkat menlu ASEAN 3 kali.
Pada kesempatan yang terpisah, Menlu RI Retno Marsudi sudah menegaskan kawasan Indo-Pasifik tidak boleh menjadi medan pertempuran lain. “Wilayah kami harus tetap stabil dan kami berniat menjaganya tetap seperti itu,” kata Retno kepada para menlu yang hadir dalam KTT Asia Timur yang diikuti 18 negara, termasuk Amerika Serikat, China, Rusia, Jepang, India, dan Australia.
Baca juga: Teguran Keras ASEAN untuk Thailand
Presiden RI Joko Widodo juga sudah mengatakan ASEAN tidak dapat menjadi perwakilan negara manapun. ASEAN tetap berkomitmen memperkuat kesatuan dan soliditas serta sentralitas ASEAN untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan. “ASEAN tidak bisa menjadi perwakilan negara manapun dan hukum internasional harus dihormati secara konsisten,” kata Jokowi, Jumat pagi.
Kecaman
Dari komunike bersama yang dikeluarkan para menlu ASEAN, Kamis malam, ASEAN kembali mengulangi kecamannya pada kekerasan yang terjadi di Myanmar. Lima poin konsensus yang sudah disepakati ASEAN dengan Myanmar pun harus tetap menjadi dasar untuk menyelesaikan konflik. Bahkan di dalam komunike bersama itu juga ditegaskan kembali langkah-langkah apapun yang dilakukan untuk mengatasi krisis Myanmar harus dilakukan dengan koordinasi ketua ASEAN.
Myanmar masih menjadi negara anggota ASEAN tetapi tidak ada perwakilan resmi dari Myanmar dalam pertemuan resmi para menlu ASEAN. Ini karena ASEAN menilai belum ada kemajuan dari pelaksanaan lima poin konsensus.
Pemerintah Indonesia - sebagai Ketua ASEAN - masih terus melakukan berbagai pendekatan dengan semua pihak berkepentingan di Myanmar. Indonesia sudah melakukan 110 kali kontak untuk mencari cara mengakhiri krisis Myanmar tetapi sampai sekarang tak kunjung berhasil.
Isu Myanmar ini diharapkan bisa selesai di masa kepemimpinan Indonesia sebagai ketua ASEAN. Namun, kemungkinan besar krisis Myanmar belum akan bisa selesai tahun ini saking peliknya persoalan. “Kami masih terus berupaya mencari cara untuk menyelesaikan masalah di Myanmar tetapi memang tidak mudah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah.
Maju bersama
Selain isu Myanmar, Blinken juga menyerukan perlunya ASEAN dan AS mendorong perdamaian yang adil dan abadi untuk perang Rusia di Ukraina. Perang itu dinilainya jelas-jelas melanggar prinsip-prinsip inti ASEAN, perjanjian persahabatan dan kerja sama, serta Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini tidka hanya merugikan rakyat Ukraina tetapi juga seluruh rakyat Asia Tenggara dan dunia karena memperburuk krisis pangan dan energi.
Blinken juga mengutarakan keinginan AS untuk terus bekerja sama dengan ASEAN demi memajukan kehidupan rakyat kedua negara. Seperti kerja sama teknologi informasi dengan memperluas akses ke internet, teknologi lain, dan kebutuhan lain untuk bisa bersaing dalam ekonomi abad ke-21. AS juga berkomitmen membantu masyarakat beradaptasi dengan efek dari perubahan iklim, pemanasan global, dan membangun ketahanan rakyat terhadap perubahan yang akan datang. Peningkatan kapasitas sistem kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan ibu dan anak juga menjadi perhatian. Ada lima dialog tingkat tinggi yang ditambahkan AS pada KTT khusus tahun lalu untuk mendorong kemajuan di bidang kesehatan, transportasi, pemberdayaan perempuan, lingkungan, iklim, dan energi.
“Berkat kolaborasi yang berkembang ini, semakin banyak bus listrik kendaraan listrik, bahkan Tuk Tuk listrik akan segera melintasi jalanan Jakarta. Lebih banyak perempuan pengusaha menerima pelatihan untuk mendukung bisnis dan karir mereka. Kami melakukan segalanya mulai dari meningkatkan kesehatan masyarakat, mengadvokasi para penyintas kekerasan berbasis gender hingga memberdayakan pengungsi. Peningkatan kerja sama kita juga berarti memperdalam upaya bersama mengatasi tantangan kompleks yang memengaruhi kawasan dan seluruh planet ini,” kata Blinken.
Baca juga: Diplomasi Batik Di Tengah Ketegangan Geopolitik
Retno menekankan AS adalah salah satu mitra terpenting bagi ASEAN dan ASEAN percaya AS akan terus mendukung sentralitas ASEAN dan memperkuat posisi ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan. ASEAN dan AS memiliki jalinan Kemitraan Strategis Komprehensif. Sementara ASEAN juga memiliki AOIP untuk mendorong kerja sama konkret yang secara langsung bermanfaat bagi rakyat.
Kerja sama itu ada pada empat bidang prioritas, yakni maritim, konektivitas, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s), dan ekonomi. “Dukungan AS dalam menerapkan AOIP ini sangat penting. Sebagai mitra strategis komprehensif ASEAN, AS memegang kunci untuk mewujudkan aspirasi itu. ASEAN sangat membutuhkan Anda (AS) untuk menjadi kontributor signifikan bagi Indo-Pasifik,” kata Retno.