Paus Kecam Pembakaran Al Quran di Swedia
Paus Fransiskus menilai pembakaran kitab suci suatu agama bukan bentuk kebebasan berpendapat. Tindakan itu tidak boleh diizinkan, bahkan harus dikecam keras.
VATIKAN, SENIN — Paus Fransiskus marah dan mengecam keras pembakaran Al Quran di Swedia, pekan lalu. Sementara Irak meminta Swedia mengekstradisi pelaku pembakaran. Swedia juga mengecam ulah imigran asal Irak itu.
Pernyataan Paus disampaikan dalam wawancara dengan koran Uni Emirat Arab, Al-Ittihad, yang dipublikasikan Senin (3/7/2023). Kutipan wawancara itu juga dikutip laman Vatican News.
”Saya merasa marah dan muak dengan tindakan itu,” kata Paus. ”Kebebasan berpendapat seharusnya tidak pernah digunakan sebagai alat untuk menghina pihak lain dan membiarkan hal itu (terjadi) harus ditolak dan dikecam keras.”
Baca juga: Kebebasan Berekspresi Vs Kejahatan Kebencian
Imigran asal Irak, Salwan Momika (37), membakar Al Quran di depan Masjid Raya Stockholm, Swedia, tepat pada hari raya Idul Adha setempat, Rabu (28/6/2023). Ia mengaku akan mengulangi tindakannya pekan berikutnya.
Pembakaran tersebut disaksikan ratusan orang dan tidak dilarang oleh Pemerintah Swedia. Kepolisian Swedia mendakwa Momika dengan kasus agitasi terhadap kelompok atau etnik tertentu.
Paus mengatakan, tindakan Momika bukan bentuk kebebasan berpendapat. Otoritas seharusnya tidak mengizinkan tindakan seperti itu. ”Kitab apa pun yang dianggap suci harus dihormati untuk menghormati pemeluknya,” kata Paus.
Baca juga: Dipicu Pembakaran Al Quran, Erdogan Tolak Dukung Swedia Masuk NATO
Momika diketahui telah beberapa kali mengajukan izin membakar Al Quran. Kepolisian setempat berulang kali menolak menerbitkan izin untuk tindakan itu. Momika menggugat penolakan tersebut ke pengadilan dan menang.
Pada pertengahan Juni 2023, pengadilan Swedia menyebut larangan kepolisian melanggar konstitusi Swedia yang menjamin kebebasan berpendapat. Dalam pernyataan awal, kepolisian Swedia beralasan tidak dalam posisi bisa melarang atau mengizinkan tindakan Momika. Kepolisian Swedia pun berkilah, izin diajukan tidak secara jelas soal pembakaran Al Quran. Meski demikian, kepolisian tahu tindakan Momika soal pembakaran Al Quran.
Reaksi dunia
Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mendorong ada aturan internasional dan langkah-langkah lain untuk mencegah hal serupa terulang. ”Kita harus senantiasa mengingatkan komunitas internasional tentang pentingnya penerapan hukum internasional yang jelas melarang kampanye kebencian terhadap kepercayaan,” kata Sekretaris Jenderal OKI Hissein Brahim Taha.
Tindakan Momika memicu kemarahan di banyak negara. Turki menyebut Pemerintah Swedia menjadi kaki tangan Momika. Sebab, Stockholm tidak mencegah aksi tersebut.
”Menutup mata pada kekejian ini sama saja menjadi kaki tangan kejahatan itu. Sangat tidak bisa diterima apabila kebencian terhadap Islam itu dibiarkan atas nama kebebasan berpendapat,” kata Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan.
Ankara menilai, pembakaran itu menambah alasan Turki untuk tidak bisa segera menyetujui keanggotaan Swedia dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Turki, negara pemilik tentara terbesar kedua di NATO, sejak lama keberatan menerima Swedia sebagai anggota baru NATO. Sebab, Stockholm dinilai tidak berkomitmen pada keamanan Turki. Tudingan itu didasarkan fakta sejumlah imigran Kurdi berada di Swedia dan melancarkan kampanye anti-Turki dari sana.
Adapun Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyebut tindakan Momika tidak melanggar hukum di Swedia. Meski demikian, ia menyebut tindakan Momika bisa melukai perasaan pihak lain. Di Washington, jubir Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matt Miller, menyatakan AS mengecam keras aksi tersebut.
Di Moskwa, Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan, hukum Rusia melarang pembakaran Al Quran. Pelakunya bisa dihukum jika aksi itu dilakukan di Rusia. Populasi Muslim terbesar Eropa saat ini berada di Rusia.
Baca juga: Kepada Erdogan, Biden Tawarkan F-16 untuk Keanggotaan Swedia di NATO
Adapun Iran memutuskan menunda mengirim duta besarnya ke Stockholm. Teheran sudah menyetujui duta besar baru untuk Stockholm. Aksi Momika membuat Teheran merasa perlu menimbang ulang penempatan duta besar.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian menyalahkan Pemerintah Swedia yang dinilai membiarkan pembakaran itu. ”Proses penempatan duta besar baru ditunda karena Pemerintah Swedia mengizinkan penodaan Al Quran,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri juga mengecam keras insiden di Swedia. ”Tindakan ini sangat mencederai perasaan umat Islam dan tidak bisa dibenarkan. Kebebasan berekspresi harus pula menghormati nilai dan kepercayaan agama lain,” demikian pernyataan Kemenlu RI melalui Twitter, Kamis (29/6/2023).
Ekstradisi ke Irak
Ketua Mahkamah Agung Irak Faiq Zidan mengeluarkan fatwa hukum soal ekstradisi Momika. Ia meminta Pemerintah Irak memproses permohonan ekstradisi Momika dari Swedia. ”Dengan demikian, dia bisa diadili di Irak dan sesuai hukum Irak,” ujarnya.
Kedutaan Besar Swedia di Baghdad berulang kali menjadi sasaran unjuk rasa. Politisi sekaligus ulama Irak, Muqtada al-Sadr, meminta pengikutnya menyampaikan kemarahan besar di depan Kedutaan Besar Swedia. Ia mendesak Pemerintah Irak mengusir duta besar dan sejumlah diplomat penting Swedia. Mereka dianggap mewakili negara yang menunjukkan permusuhan pada Islam. Pembiaran pada aksi Momika dinilai sebagai wujud ketidakpatutan Swedia.
Pendukung Al-Sadr termasuk bagian massa yang menerobos pagar kompleks kedutaan pada Kamis pekan lalu. Mereka membuat tulisan bernada protes ada pembiaran Swedia pada aksi Momika.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengecam penyerbuan itu. Meski demikian, ia mengajak Swedia mempertimbangkan ulang kebudayaan mereka. ”Jelas sangat tak bisa diterima jika kedutaan diterobos. Di sisi lain, kita di Swedia juga harus becermin. Situasinya sangat serius, tak ada alasan untuk menghina orang lain,” katanya.
Pemerintah Swedia pun akhirnya secara resmi mengecam pembakaran itu. Stockholm menyebutnya sebagai Islamofobia. Kecaman disampaikan Stockholm selepas OKI dan banyak negara bersikap keras terhadap tindakan Momika.
”Pemerintah Swedia sangat memahami bahwa tindakan Islamofobia yang dilakukan seseorang di Swedia itu bisa menyakiti perasaan Muslim. Kami mengecam keras tindakan ini, tindakan yang tidak mencerminkan pandangan dan sikap pemerintah,” demikian pernyataan resmi Swedia. (AFP/REUTERS)