Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken tiba di Beijing, China. Melalui kunjungan itu, Blinken diharapkan akan membuka jalan untuk pertemuan pejabat tinggi dan komunikasi kedua negara.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Beijing, Minggu - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken, Minggu (18/6/2023) tiba di Beijing, China. Blinken merupakan pejabat tinggi AS pertama – dalam lima tahun terakhir – yang datang mengunjungi China. Meskipun diberitakan sebelumnya, Blinken tidak mematok target tertentu dalam kunjungannya ke China, namun misi tersebut memiliki arti penting. Sebagaimana diketahui, beberapa tahun terakhir relasi kedua negara diwarnai dengan ketegangan.
Terakhir, Menteri Pertahanan China Li Shangfu enggan memenuhi undangan mitranya Menhan AS Llyod Austin untuk bertemu di sela-sela forum Shangri-La yang digelar di Singapura. Terkait Blinken, Menlu AS itu juga sempat membatalkan kunjungannya ke China – Februari lalu – karena kasus balon mata-mata China yang terbang di atas wilayah udara AS. Balon itu kemudian ditembak jatuh oleh pesawat tempur AS.
Dalam situasi yang masih diliputi suasana tidak nyaman itu, Blinken hari ini tiba di Beijing. Kehadiran itu diharapkan dapat mulai mencairkan “beku”nya relasi AS-China dan memiliki dampak positif bagi dunia.
Selain dua “perkara” balon udara dan isu keamanan, isu Taiwan juga kerap memicu ketegangan kedua negara, bahkan memantik kekhawatiran negara-negara di kawasan. Tak hanya itu, perseteruan dalam isu dagang, teknologi, dan hak asasi manusia antara AS-China membuat kinerja ekonomi dan rantai pasok global terdampak.
Tak heran, meski tanpa target tertentu, kunjungan Blinken ke China akan memiliki dampak besar.
Komuniasi China-AS
"Ada pengakuan dari kedua belah pihak bahwa kita memang perlu memiliki saluran komunikasi di tingkat pejabat senior," kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri kepada wartawan di Tokyo, saat rombongan AS transit di Jepang untuk melakukan pengisian bahan bakar. "Bahwa kita berada pada titik penting dalam hubungan di mana saya pikir mengurangi risiko salah perhitungan, atau seperti yang sering dikatakan mitra kita di China, menghentikan spiral ke bawah dalam hubungan (AS-China), adalah sesuatu yang penting," kata pejabat itu.
Kantor berita Reuters mengatakan, melalui kunjungan itu, Blinken diharapkan akan membuka jalan untuk lebih banyak pertemuan bilateral sejumlah pejabat tinggi kedua negara. Disebut-sebut ada kemungkinan Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo akan mengunjungi China. Selain itu, diharapkan pula, kunjungan Blinken kali ini juga dapat membuka kemungkinan pertemuan antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden Xi Jinping pada akhir tahun.
Biden dan Xi kemungkinan akan menghadiri KTT G20 di New Delhi pada September mendatang. Selain itu, Xi juga diundangn untuk hadir dalam KTT APEC (Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik) di San Francisco, November nanti.
Sebelumnya, kedua pemimpin dunia itu sempat bertemu langsung di Bali, Indonesia November lalu, di sela-sela KTT G20. Pertemuan tersebut meredakan suhu panas relasi kedua negara, termasuk kekhawatiran munculnya perang dingin baru. Namun insiden balon udara beberapa waktu lalu membuat relasi keduanya kembali memanas. Terkait pertemuan tingkat tinggi AS-China, Biden sendiri mengatakan ingin bertemu dengan Xi.
Pada Jumat lalu, dalam jumpa pers sebelum berangkat ke Beijing, Blinken mengatakan perjalanannya memiliki tiga tujuan utama. Pertama menyiapkan mekanisme untuk manajemen krisis, kedua adalah memajukan kepentingan AS dan sekutu dan berbicara langsung tentang masalah terkait, serta ketiga adalah mengeksplorasi bidang kerja sama potensial.
"Jika kita ingin memastikan, seperti yang kita lakukan, bahwa persaingan yang kita miliki dengan China tidak mengarah ke konflik, upaya yang Anda mulai adalah dengan berkomunikasi," kata Blinken. Dia mengatakan dia juga akan mengangkat masalah warga AS yang ditahan di China.
Selama di Beijing, Blinken dijadwalkan bertemu dengan mitranya Menlu Qin Gang, diplomat senior China Wang Yi, serta Presiden Xi Jinping. Diharapkan, melalui pertemuan itu, komunikasi terbuka antara China-AS dipulihkan. Langkah itu penting agar ketegangan kedua pihak dapat dijembatani sehingga tidak berkembang menjadi konflik.