Ratusan pesawat tempur negara-negara NATO ikut serta dalam latihan perang terbesar, Air Defender 23. Latihan digelar saat terjadi perubahan lanskap strategis dunia, terutama Eropa.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
BERLIN, SENIN — Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO menggelar latihan udara terbesar di Jerman pada 12-23 Juni 2023. Latihan bertajuk Air Defender 23 ini dilaksanakan di tengah militer Ukraina melancarkan serangan balik terhadap pasukan Rusia. Latihan udara tersebut melibatkan 10.000 tentara dan 250 pesawat militer dari 25 negara anggota NATO ditambah Swedia dan Jepang.
Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, perwira tinggi Angkatan Udara Jerman selaku koordinator latihan, mengatakan, latihan itu untuk memberi pesan bahwa NATO siap jika sewaktu-waktu harus membela diri, melindungi wilayah dan negara anggotanya dari ancaman. ”Kami menegaskan, wilayah NATO adalah batas yang tidak boleh disentuh. Garis merah. Kami siap mempertahankan setiap sentimeter wilayah NATO,” katanya, Senin (12/6/2023).
Letjen Michael A Loh, Direktur Garda Nasional Udara Amerika Serikat, mengatakan, latihan bersama itu tidak semata-mata soal pencegahan. ”Ini tentang kesiapan pasukan kami. Ini tentang koordinasi, tidak hanya di dalam NATO, tetapi dengan sekutu dan mitra kami di luar NATO,” katanya.
Air Defender digelar mulai tahun 2018 sebagai tanggapan aneksasi Semenanjung Crimea oleh Rusia empat tahun sebelumnya. Meski sejarah mencatat latihan itu sebagai reaksi dari tindakan Rusia terhadap wilayah Ukraina di masa lampau, Gerhartz bersikeras latihan kali ini tidak ditargetkan atau tidak diarahkan ke siapa pun, khususnya Rusia.
”Kami tidak akan, misalnya, melakukan penerbangan menuju Kaliningrad. Ini semata-mata untuk pertahanan (defensif),” ujarnya. Kaliningrad adalah teritori terpisah Rusia yang terletak di Laut Baltik, antara Polandia dan Lituania.
Pernyataan sebaliknya disampaikan Duta Besar AS untuk Jerman Amy Gutmann. Dia menyatakan, latihan itu menunjukkan pasukan NATO sangat lincah dan mampu bergerak dengan cepat. Ini pesan yang dimaksudkan terhadap para pemimpin negara pesaing NATO, termasuk Rusia.
”Saya akan sangat terkejut jika ada pemimpin dunia yang tidak memperhatikan apa yang ditunjukkan kekuatan aliansi ini. Dan, itu termasuk Tuan Putin (Presiden Rusia Vladimir Putin),” katanya kepada wartawan.
Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, NATO menyatakan tidak akan ikut campur dalam upaya Ukraina mengusir militer Rusia dari wilayahnya. Meski tidak ikut campur, negara-negara utama NATO, seperti AS, Jerman, dan Inggris, mengucurkan bantuan yang tidak kecil bagi militer Ukraina, termasuk sistem pertahanan udara, tank, rudal, serta amunisi lainnya. Tak hanya itu, negara-negara NATO juga melatih tentara Ukraina, khususnya untuk menggunakan sistem persenjataan yang diberikan oleh mereka.
Loh mengatakan, latihan itu diselenggarakan ketika terjadi perubahan besar pada lanskap strategis di seluruh dunia, khususnya di Eropa. Dia menekankan latihan itu akan terfokus untuk melengkapi kehadiran permanen militer AS di Eropa dan membangun hubungan dengan sesama penerbang NATO menghadapi kekuatan besar dalam persaingan negara-negara adidaya.
Latihan bersama selama 12 hari itu berlangsung di beberapa daerah di Jerman, yaitu Jagel/Hohn di Schleswig-Holstein, Wunstorf di Niedersachsen, Lechfeld di Bayern, serta dua wilayah lain di Eropa, yakni Volkel di Belanda dan Caslav di Ceko. Jet tempur dan pesawat logistik akan mempertunjukkan kemampuan berkoordinasi, termasuk pengisian bahan bakar di udara serta simulasi pertempuran di udara.
Area latihan didasarkan pada area yang telah digunakan oleh angkatan udara negara-negara NATO untuk latihan rutin selama beberapa dekade. Namun, area latihan telah diperluas untuk Air Defender 23 dan sebagian dihubungkan oleh koridor. Dikutip dari laman Angkatan Bersenjata Republik Federasi Jerman, beberapa jet tempur yang dikerahkan dalam latihan tersebut di antaranya F-16, F-35, Eurofighter, hingga Panavia Tornado.
Walau latihan ini diantisipasi banyak pihak, sejumlah pihak juga menentangnya. Dua hari sebelum latihan dimulai, Sabtu (10/6/2023), sejumlah pengunjuk rasa berkumpul di Wunstorf di Jerman utara untuk menentang latihan itu. Mereka membawa spanduk yang bertuliskan pesan agar para pemimpin NATO memilih jalur diplomatik dibandingkan perang untuk menyelesaikan perang di Ukraina.
Serangan balik
Militer Ukraina dilaporkan berhasil merebut kembali sejumlah wilayah yang sebelumya diduduki militer Rusia. Empat desa yang berhasil direbut kembali adalah Blahodatne, Neskuchne, Makarivka, dan yang terakhir adalah Storozheve. Pada Senin, dalam sebuah rekaman video terlihat seorang tentara Ukraina memegang bendera nasional di Desa Storozheve di sepanjang Sungai Mokri Yaly, yang mengalir di dekat lokasi.
Angkatan Bersenjata Ukraina menyatakan, pasukan mereka terlibat dalam beberapa pertempuran sengit selama 24 jam terakhir di wilayah timur, dekat kota Bakhmut yang sebelumnya diperebutkan dengan militer Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan serangan balasan terhadap berbagai posisi militer Rusia telah dimulai. Namun, sejumlah analis militer Barat menilai masih terlalu dini untuk mengatakan beberapa serangan Ukraina sebagai serangan balasan. Mereka menyebut bahwa militer Ukraina masih menguji pertahanan Rusia sebelum akhirnya melakukan serangan balasan yang sebenarnya.
Institute for the Study of War yang berbasis di AS menyebut, Ukraina tengah mencoba melaksanakan operasi taktis yang sulit. Bentuknya berupa serangan frontal terhadap posisi pertahanan dan semakin diperumit oleh kurangnya superioritas udara. Serangan ini tidak boleh ditafsirkan secara berlebihan.
Ben Hodges, mantan komandan pasukan AS di Eropa, mengatakan, serangan balasan yang sebenarnya, saat itu terjadi, akan memperlihatkan postur peralatan tempur Ukraina secara riil, seperti ratusan tank dan kendaraan tempur infanteri. ”Serangan jelas telah dimulai, tetapi menurut saya bukan serangan utama. Saat kita melihat formasi lapis baja yang besar bergabung dalam penyerangan, saya pikir kita akan tahu serangan utama telah benar-benar dimulai,” tulisnya dalam sebuah artikel untuk Pusat Analisis Kebijakan Eropa yang berbasis di Washington.
Sementara, di tengah serangan balasan yang masih sporadis, militer Rusia terlihat tidak memiliki kesatuan komando. Bahkan, sejumlah tanda memperlihatkan Moskwa tengah berusaha memaksakan kendali yang lebih kuat terhadap pasukan mereka di lapangan. Yevgeny Prigozhin, pemimpin milisi Wagner, menuding Menteri Pertahanan Sergei Shoigu tidak dapat mengelola formasi militer dengan baik.
Tudingan itu muncul setelah sejumlah laporan menyebut Kremlin telah menandatangani kontrak dengan pasukan paramiliter Akhmat. Ini merupakan unit pasukan bersenjata yang membantu Ramzan Kadyrov tetap berkuasa di wilayah Chechnya. Prigozhin menolak bekerja sama dengan milisi Akhmat. (AP/AFP/REUTERS)