Perang Ukraina Menjalar ke Moskwa, Jantung Rusia Tak Kebal dari Serangan
Seorang anggota parlemen Rusia menyebut serangan pesawat-pesawat nirawak itu sebagai serangan paling berbahaya ke Moskwa sejak invasi Nazi Jerman pada Perang Dunia II.
MOSKWA, RABU — Setelah 15 bulan lebih meluluhlantakkan sebagian wilayah Ukraina, perang mulai meluas hingga Moskwa, ibu kota Rusia. Eskalasi perang ke jantung Rusia ini terjadi bukan dengan pasukan, seperti pada awal perang saat tentara Rusia menginvasi menuju ibu kota Kyiv, Ukraina, melainkan dengan pesawat-pesawat nirawak.
Namun, eskalasi dan dampak serangan ke Moskwa itu belum seberapa jika dibandingkan dengan serangan pesawat nirawak dan rudal-rudal Rusia ke Ukraina dalam 24 jam, termasuk ke ibu kota Kyiv, Selasa (30/5/2023). Ukraina melaporkan, 4 orang tewas dan 34 orang luka-luka, termasuk 2 anak-anak, akibat serangan tersebut.
Dalam serangan itu, Rusia menghujani Kyiv dengan sedikitnya 31 pesawat nirawak buatan Iran, Shahed. Menurut militer Ukraina, 29 dari 31 pesawat nirawak tersebut bisa ditembak jatuh. Sepanjang Mei ini, Rusia menggempur Kyiv sebanyak 17 kali dengan pesawat nirawak atau rudal, kebanyakan berlangsung pada malam hari.
Baca juga: Rusia Menyerang untuk Lemahkan Psikologis Rakyat Ukraina
Pada hari Selasa itu, pesawat-pesawat nirawak Ukraina juga menghantam kawasan permukiman mewah di Moskwa. Dua warga luka-luka akibat serangan ini. Para penghuni sebagian blok apartemen juga sempat dievakuasi.
Anggota parlemen Rusia, Maxim Ivanov, menyebut serangan tersebut sebagai serangan paling berbahaya ke Moskwa sejak invasi Nazi Jerman pada Perang Dunia II. Kawasan permukiman mewah target serangan pesawat-pesawat nirawak Ukraina itu merupakan lokasi kediaman Presiden Rusia Vladimir Putin dan para warga elite Rusia.
Seorang jubir Kremlin menyebutkan, Putin mendapat penjelasan mengenai serangan tersebut. Putin mengatakan, serangan-serangan pesawat nirawak Ukraina ke Moskwa itu hanya untuk menakut-nakuti dan memprovokasi Rusia. Ia menginstruksikan agar pertahanan udara di sekitar ibu kota lebih diperkuat.
”Ini bukti yang jelas dari aktivitas teroris,” kata Putin, Selasa, seperti dikutip kantor berita TASS. ”Rusia terpaksa membalas perang yang dilancarkan rezim Ukraina di Donbas. (Kami) terpaksa membalas dengan operasi militer khusus. (Militer Rusia) menyerang teritorial Ukraina, tetapi dengan senjata-senjata presisi jarak jauh dan menarget khusus infrastruktur militer atau gudang-gudang amunisi.”
”(Namun), dalam membalas, rezim Kyiv memilih cara lain, yakni berupaya mengintimidasi Rusia, mengintimidasi warga Rusia dan menyerang gedung-gedung permukiman,” kata Putin.
Baca juga: Rusia Kuras Artileri Ukraina-NATO dengan ”Drone” dan Rudal Lawas yang Lebih Murah
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, hari Selasa itu ada delapan pesawat nirawak yang ditembakkan oleh Ukraina dan menyasar permukiman warga sipil. Keseluruhan pesawat nirawak itu ditembak jatuh atau dibelokkan dengan pengalih elektronik.
Sebelumnya, pada 3 Mei lalu, serangan dua pesawat nirawak bahkan menghantam Kremlin, kantor dan kediaman Putin.
Baza, saluran Telegram yang punya keterkaitan dengan aparat keamanan Rusia, menyebutkan, pesawat nirawak yang ditembakkan ke Moskwa lebih dari 25 unit. Menurut Kemenhan Rusia, lima dari delapan pesawat nirawak Ukraina ditembak jatuh oleh sistem rudal Pantsir-S, sedangkan tiga lainnya dibelokkan dengan perangkat elektronik.
Serangan kedua
Serangan pesawat nirawak, Selasa kemarin, merupakan yang kedua kali Moskwa mendapat serangan langsung. Sebelumnya, pada 3 Mei lalu, serangan dua pesawat nirawak bahkan menghantam Kremlin, kantor dan kediaman Putin. Jubir Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, kala itu saat serangan pertama terjadi, Putin tidak berada di Kremlin.
Baca juga : Dua Pesawat Nirawak Masuk ke Kremlin
Moskwa menuding Ukraina sebagai otak serangan tersebut. Kyiv membantah tudingan itu. Begitu juga Washington mengaku tidak tahu-menahu atas serangan ke Kremlin. Pejabat intelijen AS, yang dikutip The New York Times, menyebut salah satu unit intelijen atau unit pasukan khusus Ukraina diperkirakan mengorkestrasi serangan ke Kremlin itu.
Sama seperti serangan pesawat nirawak pertama, Mykhailo Podolyak, pembantu dekat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, membantah keterlibatan Kyiv dalam serangan pada Selasa (30/5/2023) tersebut. Meski demikian, kata dia, ”Kami tentu gembira melihat kejadian-kejadian itu”. Podolyak memperkirakan serangan-serangan serupa akan terus berlanjut.
Serangan pesawat nirawak juga menghantam kota Krasnodar, wilayah pendudukan Crimea, Rusia selatan, Jumat (26/5/2023). Menurut pejabat setempat, serangan itu menyebabkan kerusakan beberapa gedung hunian warga.
Baca juga: Teka-teki Ledakan di Jembatan Crimea dan Pergantian Komandan Perang Rusia
Gubernur Krasnodar Veniamin Kondratyev melalui Telegram mengatakan, kebakaran kilangan pengolahan minyak Afipsky, tidak jauh dari Pelabuhan Novorossiisk di Laut Hitam, diperkirakan juga akibat serangan pesawat nirawak itu.
Kota Shebekino di wilayah Rusia, sekitar 7 kilometer sebelah utara perbatasan wilayah Kharkiv, juga tak luput dari serangan artileri Ukraina. Gubernur Belgorod, Vyacheslav Gladkov, juga melalui Telegram, mengungkapkan, dua orang dilarikan ke rumah sakit akibat serangan itu. Artileri Ukraina tersebut menghantam jendela gedung permukiman, merusak atap apartamen berlantai delapan, empat rumah, dan satu sekolah.
Sejak meletus pada Februari 2022, diawali invasi pasukan Rusia menuju ibu kota Kyiv, perang Ukraina secara umum hanya berlangsung di wilayah Ukraina. Namun, bersamaan dengan tekanan pasukan Rusia di wilayah timur dan selatan Ukraina, serangan-serangan udara menarget wilayah-wilayah Rusia meningkat.
Pekan lalu, wilayah perbatasan di Rusia, Belgorod, juga menjadi salah satu serangan lintas perbatasan paling serius sejak perang Ukraina meletus. Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov mengatakan, seorang pria tewas dan dua pria lainnya terluka parah dalam serangan itu. Ia menambahkan, dalam serangan-serangan tersebut artileri Ukraina menghantam gedung tempat penampungan sementara warga setempat yang terlantar.
Dua kelompok paramiliter sayap kanan pro-Ukraina mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Belgorod. Majalah The Economist dalam laporannya menyebut dua milisi itu penentang Putin, yakni Korps Relawan Rusia dan Legiun Pembebasan Rusia. Dua kelompok tersebut diperkirakan bermarkas di Ukraina. Moskwa menyebut mereka adalah garda terdepan pasukan Ukraina. Kyiv menyebut mereka adalah para pembelot Rusia.
Bagaimana sampai Moskwa?
Meski belum ada konfirmasi resmi, apakah Ukraina berada di balik serangan pesawat nirawak ke Moskwa pekan ini, muncul pertanyaan besar: bagaimana dan seberapa besar kapabilitas Ukraina untuk dapat melancarkan serangan seperti itu? Jarak antara Moskwa dan wilayah perbatasan Ukraina sekitar hampir 500 kilometer.
Baca juga : Serangan ”Drone” Ukraina Buka Celah dalam Pertahanan Rusia
Beberapa analis militer Ukraina mengungkapkan, serangan-serangan pesawat nirawak seperti itu kemungkinan menggunakan pesawat nirawak UJ-22. Pesawat nirawak ini diproduksi di Ukraina. Jangkauannya bisa mencapai sekitar 1.000 kilometer.
Analis Oleh Zhdanov menyebutkan, beberapa tipe UJ-22 bisa mencapai Moskwa dan wilayah-wilayah yang lebih jauh lagi. Namun, daya jangkauan dan kemampuan angkut pesawat nirawak itu baru separoh dari jangkauan dan kemampuan pesawat nirawak buatan Iran, Shahed, yang digunakan Rusia. Terlepas dari hal tersebut, menurut Zhdanov, serangan ke Moskwa ini menyingkap salah satu kerentanan pertahanan udara ibu kota Rusia itu.
Selain itu, kerentanan tersebut antara lain juga terkait panjangnya garis perbatasan Rusia-Ukraina yang mencapai lebih dari 2.250 kilometer dan sistem radar pertahanan Rusia. Sam Bendett, penasihat pada studi-studi Rusia CNA, lembaga riset nirlaba di Virginia, AS, kepada The New York Times memaparkan, radar pertahanan Rusia dirancang untuk mendeteksi pesawat dan rudal yang lebih besar daripada pesawat nirawak.
Lihat juga video : Rusia-Ukraina Berbalas Serangan, Kedua Ibu Kota Negara Jadi Sasaran
Setelah insiden tersebut, Rusia diperkirakan akan mengadaptasi sistem pertahanan udara lebih kompleks yang bisa memproteksi Moskwa dari ancaman era baru. ”Sebelumnya, sistem pertahanan udara di kota-kota terdekat (Moskwa) akan memberi sinyal berbeda saat menangkap objek lebih kecil daripada helikopter,” ujar Ian Williams, peneliti Proyek Pertahanan Rudal pada Center for Strategic and International Studies (CSIS), Washington.
”Pesawat-pesawat nirawak kecil mungkin akan tertangkap layar radar seperti angsa. Jadi, jika Anda mengaktifkan radar untuk mencari pesawat-pesawat nirawak musuh, Anda seperti akan melihat banyak burung,” tambah Williams, seperti dikutip Times.
”Realitas baru”
Menurut keterangan warga Moskwa, saat serangan terjadi, ia mendengar suara ledakan keras, disusul dengan aroma bahan bakar. Sebagian warga merekam pesawat nirawak yang ditembak dan mengeluarkan asap.
Warga Rusia, kata anggota parlemen Maxim Ivanov, kini tak bisa lagi menghindari “realitas baru ini”. Televisi pemerintah Rusia melaporkan serangan pesawat nirawak ke Moskwa itu dengan peliputan yang tenang. Banyak warga Moskwa juga tidak ambil pusing.
Olga, yang mengaku tinggal di Jalan Profsoyuznaya, dekat lokasi serangan itu, menyebut serangan-serangan tersebut, “sebagai hal yang logis, sudah diperkirakan.. apa lagi yang kita tunggu?"
Terkait serangan itu, kantor berita Rusia, RIA, menempatkan beberapa jenderal Ukraina dalam daftar buron. Di Washington, Gedung Putih mengatakan, sedang mengumpulkan informasi tentang laporan serangan-serangan pesawat nirawak ke Moskwa. ”Kami tidak mendukung serangan-serangan ke Rusia. Itu saja,” ujar Karine Jean-Pierre, jubir Gedung Putih.
Washington adalah penyuplai utama senjata-senjata ke Ukraina. Mereka mensyaratkan pada Kyiv agar senjata-senjata itu hanya untuk pertahanan atau merebut wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia. (AP/AFP/REUTERS)