Situasi Perang di Ukraina Menjadi Berbahaya
Pengeboman terus menerus dilakukan militer Rusia di wilayah Ukraina membuat situasi menjadi semakin tak menentu. Kesalahan sedikit bisa membuka peluang terjadinya konflik besar, yang melibatkan nuklir.
KYIV, SENIN – Pengeboman terus menerus militer Rusia terhadap wilayah Ukraina, Senin (10/10/2022) pagi, membuat situasi menjadi semakin tak menentu. Satu kesalahan sedikit, situasi perang bisa mengarah menjadi sebuah kekacauan yang tidak terkendali.
Militer Rusia menembakkan puluhan roket ke sejumlah kota di seluruh Ukraina sebagai aksi balasan atas serangan terhadap jembatan Kerch, jembatan yang menghubungkan wilayah Krimea yang dianeksasi tahun 2014 dengan wilayah Ukraina selatan yang baru saja dianeksasi. Presiden Rusia Vladimir Putin menganggap serangan yang dilakukan atas jembatan yang diresmikannya sebagai aksi teror terhadap wilayah teritorialnya.
Baca juga : Teka-teki Ledakan di Jembatan Crimea dan Pergantian Komandan Perang Rusia
“Jika serangan teror terus dilakukan terhadap wilayah kami, tanggapan Rusia akan semakin keras dan cakupannya sesuai dengan tingkat ancaman yang diciptakan terhadap Federasi Rusia. Tidak perlu meragukan hal itu,” kata Putin, usai pertemuan dengan Dewan Keamanan Rusia, dikutip dari kantor berita TASS.
Serangan terhadap kota-kota di Ukraina, kata Putin, dilakukan setelah mendengarkan saran dari banyak pihak, mulai dari Kementerian Pertahanan dan Staf Umum Rusia. Serangan besar-besaran dilakukan dengan menggunakan persenjataan yang memiliki tingkat ketepatan tinggi dan kekuatan menghancurkan yang besar, dilakukan dari udara, laut dan darat. Sasarannya, berdasarkan perintah Putin, adalah infrastruktur energi, basis-basis militer dan fasilitas komunikasi.
Serangan roket yang diluncurkan dari kendaraan tempur dan pesawat nirawak, yang dicurigai dipasok oleh Iran, menandai serangan terbesar dan paling luas yang dilakukan militer Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Ledakan dilaporkan terjadi di Lviv, Ternopil, dan Zhytomyr yang terletak di Ukraina barat. Selain itu, ledakan juga terjadi di Dnipro, Kremenchuk di Ukraina bagian tengah hingga Kharkiv di timur.
Di Kyiv, serangan terjadi di distrik Shevchenko, sebuah area luas di pusat kota, yang mencakup kota tua yang berisi bangunan bersejarah dan kantor-kantor pemerintah. Beberapa serangan terjadi di dekat kawasan pemerintah di jantung simbolis ibu kota, tempat parlemen dan tempat-tempat penting lainnya berada. Sebuah kantor perumahan menara kaca rusak parah, sebagian besar jendela berwarna biru pecah.
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Jenderal Valerii Zaluzhnyi mengungkap, puluhan rudal Rusia menghantam sejumlah lokasi di Ukraina pada Senin (10/10/2022). “Penjajah meluncurkan 75 rudal, 41 di antaranya ditangkal artileri pertahanan udara kami,” kata dia dalam siaran pers yang diterima Harian Kompas.
Sebagian rudal itu diketahui menghancurkan jembatan dekat Busur Persahabatan di Kyiv. Busur itu terletak 600 meter di timur laut Maidan Plaza dan 860 meter di utara Istana Mariinsky. Istana itu merupakan Kantor Kepresidenan Ukraina.
Baca juga : Setelah Beruang Merah Terpukul
Ada pun kantor Kementerian Luar Negeri Ukraina terletak sekitar 620 meter dari busur itu. Di sebelah kantor Kemenlu Ukraina terdapat hotel tempat singgah Presiden Joko Widodo dan rombongan kala bertandang ke Kyiv akhir Juni lalu.
Belum pernah rudal Rusia menghantam sasaran begitu dekat pusat pemerintahan Ukraina seperti sekarang. Lokasi terakhir di Kyiv yang menjadi sasaran rudal Rusia berjarak hampir 3 kilometer dari Istana Mariinsky.
Busur Persahabatan merupakan salah satu atraksi wisata di Kyiv. Sebelum dihancurkan Rusia pada Senin pagi, jembatan di bawah busur itu ramai dilalui warga dan pelancong.
Selain jembatan itu, rudal Rusia juga menghantam bangunan dan sejumlah mobil dekat Jalan TaraS Shevchenko yang merupakan jalan utama di Kyiv. Jalan itu merupakan jalan utama di tengah kota Kyiv. Di sisi jalan itu ada rumah sakit besar, universitas, taman kota, dan pusat perbelanjaan. Jalan itu menjadi bagian jalan raya utama Ukraina yang menghubungkan Lviv di barat hingga Kharkiv di timur.
Pada Febuari-April 2022, sebagian jalan itu rusak karena ledakan rudal dan roket. Jalan itu juga dipenuhi perintang dan pos pemeriksaan. Perintang dan pos pemeriksaan semakin banyak di perbatasan kota.
Di bagian jalan yang terletak dalam Kyiv, sebagian kerusakan mulai diperbaiki pada Juni 2022. Kini, perbaikan harus diulang karena sebagian ruasnya kembali hancur akibat rudal Rusia.
Sirene untuk memperingatkan adanya serangan udara meraung tak berhenti sepanjang beberapa jam di berbagai kota di Ukraina. Banyak warga, baik di Kyiv dan daerah lain, sudah relatif tenang, membuat mereka mengabaikan peringatan mereka dan kembali menjalankan usaha dengan normal. Kini mereka harus bergegas menuju ke shelter atau bunker terdekat
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memperingatkan warganya untuk menghindari lokasi-lokasi terbuka dan mencari perlindungan ke bunker-bunker terdekat.
“Hari ke-229 perang skala penuh, mereka (Rusia) mencoba menghancurkan dan menghapus kita dari muka bumi. Alarm udara tidak berhenti di seluruh Ukraina. Tolong jangan tinggalkan tempat penampungan. Jaga diri Anda dan orang yang Anda cintai. Mari bertahan dan menjadi kuat,” begitu pesan Zelenskyy yang disebarkan melalui platform media sosial Telegram, dikutip dari laman Ukrinform.net.
Semakin Berbahaya
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezasyah menilai situasi menjadi semakin rentan dan semakin kompleks. “Hanya perlu satu pemicu (untuk membawa situasi perang menjadi lebih dahsyat). Mungkin ada jendera Rusia yang datang ke situ terbunuh, mungkin tokoh pemimpin dunia datang ke sana terkena tembakan. Semua pihak harus menahan diri,” kata Rezasyah.
Rezasyah mengatakan, dalam situasi seperti sekarang ini, yang diperlukan adalah kemampuan untuk menahan diri para pendukung perang, seperti NATO dan sekutu-sekutunya. Apalagi, kata Rezasyah, Putin pernah mengeluarkan ancaman soal penggunaan senjata nuklir.
“Kita tidak tahu apakah yang dimaksud dengan Putin itu testing (uji coba) rudal seperti yang dilakukan Korea Utara atau seperti apa,” katanya. Dia menambahkan, dalam situasi tekanan yang sangat tinggi, kesalahan kecil bisa membawa dunia ke situasi perang yang tidak bisa diduga.
Baca juga : Putin Resmikan "Penggabungan" Empat Provinsi Ukraina
Dia menambahkan, meski NATO menyangkal bahwa mereka mendukung Ukraina, tapi organisasi pertahanan itu tidak bisa mengelak bahwa anggotanya telah mengirimkan berbagai peralatan militer canggih yang membantu Ukraina bertahan dan bahkan kini balik menyerang.
Dalam pandangannya, simpati masyarakat dunia terhadap Rusia juga semakin menipis setelah Putin meresmikan pencaplokan empat wilayah Ukraina, yaitu Zaporizhzhia, Kherson, Donets dan Luhanks. Masyarakat dunia menilai, Rusia, tanpa menganeksasi itu sebenarnya telah “memenangi perang”, tidak hanya menghadapi Ukraina tapi juga menghadapi negara-negara barat, terutama AS dan NATO.
“Rusia berhasil mencegah ukraina masuk NATO, mencegah NATO terlibat dalam konflik darat. Selain itu, negara-negara anggota NATO juga terancam karena musim dingin akan segera tiba. Target sudah melebihi apa yang sudah diharapkan,” kata Rezasyah.
Baca juga : Kabar Buruk untuk KTT G20
Dalam situasi seperti ini, menurutnya, Indonesia bisa mengambil peran mendorong upaya diplomatik baru. Menurutnya, Indonsia bisa mengupayakan resolusi di Dewan Keamanan atau Majelis Umum PBB. “Intinya mencegah perluasan konflik dan mencegah penggunaan senjata massal,” kata Rezasyah.
Dua sekutu dekat Rusia, India dan China, menyatakan keprihatinannya atas perkembangan situasi di Ukraina.
"Kami menegaskan kembali bahwa eskalasi permusuhan bukanlah kepentingan siapa pun. Kami mendesak penghentian segera permusuhan dan segera kembali ke jalur diplomasi dan dialog," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arindam Bagchi dalam sebuah pernyataan.
Sementara, Kementerian Luar Negeri China menyerukan deeskalasi situasi di Ukraina. "Kami berharap situasinya akan segera mereda," kata Jubir Kemenlu China Mao Ning. (AP/AFP/Reuters)