Arab Saudi akan memakai yuan untuk membayar kapal perusak, pesawat nirawak, dan arhanud China. Beijing membantu Riyadh mengembangkan rudal balistik dan industri nuklir.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab tengah merundingkan pembelian senjata dari China. Beijing akan memasok persenjataan hipersonik, rudal, artileri pertahanan udara, kapal perusak berpeluncur rudal, hingga jet tempur dan pesawat nirawak. China juga dilaporkan membantu Arab Saudi mengembangkan rudal balistik dan industri nuklir nasionalnya.
Dalam rangkaian laporan sepanjang Mei 2023 oleh Tactical Report diungkap, Riyadh antara lain akan membeli 12 kapal perusak berpeluncur rudal tipe 052D dari Beijing. Laman yang fokus pada isu pertahanan di Timur Tengah dan Afrika Utara itu mengungkap, Saudi Arabia Military Industries (SAMI) dan North Industries Group Corporation (Norinco) China tengah merundingkan kesepakatan lain.
Kejutan dari perundingan itu bukan hanya nilai dan jenis persenjataannya. Riyadh dilaporkan akan membayar seluruh persenjataan itu dengan yuan, bukan dollar AS. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi dan China dilaporkan terus menjajaki penggunaan yuan dalam transaksi bilateral mereka. Kontrak SAMI-Norinco bisa menjadi salah satunya.
Aramco, perusahaan minyak Arab Saudi, juga dilaporkan merundingkan penggunaan yuan sebagai alat pembayaran untuk minyak yang dibeli China dari Arab Saudi. China merupakan importir energi terbesar di dunia.
Jenis senjata
Pemilihan mata uang yang dipakai sebagai alat transaksi hanya sebagian materi perundingan SAMI-Norinco. Di luar itu, SAMI-Norinco merundingkan jenis persenjataan yang akan diimpor Arab Saudi. Selain untuk patroli, Riyadh merundingkan pembelian pesawat nirawak satu arah. Pesawat satu arah biasanya berfungsi sebagai pengganti rudal seperti dilakukan Rusia di Ukraina.
Nilai seluruh persenjataan yang dirundingkan SAMI dan Norinco ditaksir setidaknya 4 miliar dollar AS. Sebagai pembanding, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) mencatat, Arab Saudi menjadi penerima 19 persen ekspor senjata Amerika Serikat. Sementara Departemen Pertahanan AS mengumumkan, nilai ekspor persenjataan pada 2022 mencapai 52 miliar dollar AS. Dengan kata lain, Riyadh membayar 9,8 miliar dollar AS untuk membeli senjata dari Washington. Dari Beijing, Riyadh antara lain menjajaki pembeli pesawat nirawak Sky Saker FX80, CR500, dan Cruise Dragon 5 dari Beijing.
Artileri pertahanan udara (arhanud) yang dipesan adalah HQ-17AE. Arhanud itu untuk pertahanan jarak pendek. HQ-17AE dikembangkan China berdasarkan Tor-M1 buatan Rusia. Jangkauan terjauh rudal di arhanud itu hanya 15 kilometer. HQ-17AE dipasang di truk, sedangkan HQ-17A dipasang di mobil dengan roda berantai.
Sementara General Authority of Military Industry (GAMI) Arab Saudi menjajaki kerja sama dengan China untuk pengembangan perangkat mata-mata dan pengawasan. GAMI merupakan lembaga negara yang bertugas membuat kebijakan soal pengembangan industri pertahanan. Adapun SAMI sejenis BUMN untuk pengembangan industri pertahanan Arab Saudi.
Nuklir
Sebelum kedua paket kontrak itu, Beijing-Riyadh dilaporkan bekerja sama di bidang lain. Pada Januari 2023, Kementerian Energi Arab Saudi mengumumkan, salah satu calon peserta pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berasal dari China. Sejak 2017, Beijing membantu Riyadh mengidentifikasi lokasi-lokasi cadangan uranium Arab Saudi.
Selain itu, Departemen Pertahanan AS pernah menyiarkan laporan bahwa China membantu Arab Saudi mengembangkan rudal balistik. Dalam citra satelit yang disiarkan CNN pada awal 2022 terlihat pabrik bahan bakar padat untuk rudal beroperasi di Al-Dawadmi yang terletak di 200 kilometer di barat Riyadh.
Beberapa tahun lalu, Arab Saudi membeli rudal dari China. Belakangan, terungkap Beijing tidak hanya menjual rudal jadi ke Riyadh. Intelijen AS menyimpulkan, China sekaligus membantu Arab Saudi mengembangkan persenjataan sendiri.
Tren belanja dari China terjadi kala AS terus membatasi ekspor senjata ke Arab Saudi. Bahkan, sejumlah politisi dan berbagai pihak lain di AS ingin ekspor senjata ke Arab Saudi dihentikan sama sekali. Karena itu, Arab Saudi berusaha mencari pemasok pengganti. Selain China, Arab Saudi dilaporkan berunding dengan Korea Selatan dan sejumlah anggota Uni Eropa. Status Arab Saudi sebagai importir terbesar kedua di dunia menarik minat banyak produsen senjata ke Riyadh.
Negara lain
Importir terbesar ke-6 di dunia, Mesir, juga dilaporkan menjajaki pembelian jet tempur J-10 dari China. Kairo dilaporkan akan membeli versi paling muktakhir J-10. Para perwira Mesir dilaporkan sudah melihat demonstrasi pengoperasian J-10. Pekan lalu, sejumlah perwira dan pejabat Mesir dilaporkan bertemu pejabat China di Malaysia untuk membahas pembelian J-10.
UEA dilaporkan tengah merundingkan pembelian kapal selam dari China. Pada Maret 2023, sejumlah pejabat UEA dilaporkan ke China untuk melihat galangan tempat produksi kapal selam. Sebelum itu, UEA telah membeli 12 pesawat latih L15 dari China. Kontrak pembelian pesawat itu dilengkapi opsi penambahan pembelian hingga 36 unit pesawat latih tersebut. JL-15 merupakan pengembangan dari JL-10, pesawat latih yang dipakai Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China sejak 2010. (AFP/REUTERS)