Korban jiwa akibat Topan Mocha jatuh. Kondisi alam yang semakin panas membuat badai kian besar dan lama.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
SITTWE, SELASA - Topan Mocha mengamuk di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Dilaporkan ada enam orang yang menjadi korban jiwa dan 200.000 orang terdampak. Myanmar menjadi titik dengan kerusakan terberat akibat badai tropis tersebut.
Laporan mengenai korban jiwa itu disampaikan oleh Asosiasi Pemuda Filantropis Rakhine pada hari Selasa (16/5/2023). Mereka menyebutkan bahwa di Sittwe, ibukota Negara Bagian Rakhine ada 20.000 orang yang berusaha berlindung di berbagai bangunan permanen seperti kuil, sekolah, dan gedung perkantoran.
Dari jumlah itu, 700 orang terluka dan ada 1.000 orang yang harus diungsikan karena tempat tinggal mereka terendam air laut hingga ketinggian 3,6 meter. Topan Mocha oleh Badan Meteorologi Myanmar dimasukkan ke dalam badai Kategori 5. Kecepatan anginnya adalah 290 kilometer per jam.
Junta militer Myanmar mengatakan, ada 17 distrik dan kota di Rakhine yang dinyatakan darurat bencana, termasuk Sittwe. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak (Unicef) dalam keterangan resmi mereka mengatakan, di Rakhine diperkirakan ada 200.000 orang terdampak Topan Mocha. Selain itu, juga ada 500.000 penduduk lagi yang berisiko terdampak apabila Topan Mocha bergerak ke utara seperti perkiraan para ahli cuaca.
"Topan Mocha juga menyerang Cox's Bazaar di Bangladesh yang merupakan penampungan para pengungsi Rohingya sejak tahun 2017," kata Sheldon Yett, Perwakilan Unicef Bangladesh di keterangan tersebut.
Memang, dampak terhadap Bangladesh tidak separah yang diperkirakan karena ternyata Topan Mocha melipir dari jalur dan malah menuju Rakhine di Myanmar. Pemerintah Bangladesh telah mengungsikan 700.000 orang, yang mencakup para pengungsi Rohingya di Cox's Bazaar beberapa hari sebelum topan dijadwalkan tiba.
"Ada 334.620 anak dan perempuan terdampak di Cox's Bazaar. Sebanyak 15 unit posyandu rusak sehingga menyulitkan pengobatan serta pemenuhan gizi anak," kata Unicef.
Juru Bicara Pemerintah Daerah Coxs Bazaar, Enamur Rahman mengatakan, untung di wilayah itu tidak jatuh korban jiwa. Akan tetapi, kerugian materiil cukup besar karena ada 12.000 rumah yang rusak, terutama di daerah Pulau Saint Martin dan Teknaf. Begitu pula dengan beberapa fasilitas kesehatan.
Peneliti cuaca dari Institut Meteorologi Tropis India Roxy Koll menjelaskan, badai-badai tropis yang terjadi dalam satu dekade belakangan semakin besar, lama, dan kencang. "Ini karena perubahan iklim yang mengakibatkan pemanasan global. Suhu air laut menghangat dan kelembaban udara bertanbah, akibatnya di udara pembentukan badai semakin besar dan lama," tuturnya.
Myanmar dan Bangladesh terakhir diguncang badai besar pada tahun 2008, yaitu Topan Nargis. Total di daerah delta Sungai Irawaddy jatuh korban tewas sebanyak 138.000 jiwa. (AP)