Hasil penghitungan suara sementara, kubu petahana Recep Tayyip Erdogan, membuat kejutan dengan mengungguli rivalnya, Kemal Killicdaroglu. Keduanya diyakini akan bertarung kembali pada pemungutan suara putaran ke dua.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Ankara, Senin — Hasil mengejutkan diperlihatkan petahana Recep Tayyip Erdogan dan para pendukungnya sepanjang perhitungan suara pemilihan presiden, Minggu (14/5/2023). Bila dalam beberapa kali jajak pendapat para pemilih cenderung mendukung calon presiden Kemal Killicdaroglu dari opisisi, perhitungan suara sementara memperlihatkan sebaliknya: Erdogan unggul atas Killigdaroglu.
Meski unggul dalam perhitungan sementara, dukungan terhadap Erdogan tidak lebih dari 50 persen. Dengan begitu, Erdogan dan rivalnya, Kemal Killicdaroglu, akan bertarung kembali pada pemungutan suara putaran kedua yang akan berlangsung dua pekan lagi.
Hasil penghitungan suara yang dikutip dari kantor berita Anadolu hingga Senin (15/5/2023) pukul 08.30 waktu Indonesia atau sekitar pukul 04.30 waktu setempat memperlihatkan bahwa surat suara yang masuk sudah sekitar 97,87 persen. Dari penghitungan surat suara yang masuk itu, Erdogan mendapatkan dukungan dari 49,35 persen pemilih. Sementara rivalnya, Killicdaroglu mendapat dukungan dari 44,95 persen pemilih.
Satu calon presiden terakhir, yaitu Sinan Ogan, berada di tempat ke tiga dengan dukungan dari 5,24 persen pemilih.
Erdogan mengatakan, meski hasilnya belum jelas, mereka memimpin jauh di depan dengan margin yang cukup tinggi. Dia berterima kasih atas dukungan dan kepercayaan yang diberikan pada dirinya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada setiap warga negara yang pergi ke tempat pemungutan suara dengan rekor jumlah pemilih dan mencerminkan preferensi mereka untuk masa depan negara dan diri mereka sendiri," katanya.
Petahana berusia 69 tahun ini memerkirakan keunggulannya bisa terus melebar ketika hasil akhir dirilis. Erdogan mengatakan dirinya memiliki 2,6 juta suara lebih banyak dibanding rivalnya, Killicdaroglu.
Hasil sementara ini adalah pukulan bagi Aliansi Keumatan, gabungan enam partai yang mendukung Killicdaroglu, untuk memenangi langsung pemilihan presiden dalam satu putaran. Sejumlah jajak pendapat sebelum pemilu memperlihatkan keunggulan calon mereka dari Erdogan. Bahkan dengan tambahan dukungan dari warga keturunan Kurdi, mereka yakin bisa memenangi pemilihan ini dalam satu putaran.
Ekrem Imamoglu, Wali Kota Istanbul, meminta warga untuk mengabaikan angka yang dikeluarkan oleh Anadolu. Berdasarkan perhitungan yang dimiliki aliansi, Killicdaroglu unggul atas Erdogan.
Hal itu diperkuat juru bicara CHP (Partai Rakyat Republik) pengusung Killicdaroglu, Faiz Oztrak. “Menurut data kami, kami melihat gambaran yang positif,” ujarnya.
Proses penghitungan suara tak lama setelah tempat pemungutan suara ditutup memperlihatkan penghitungan suara di sejumlah distrik yang cenderung mendukung Erdogan, terutama di wilayah utara dan timur Turki. Ketika proses penghitungan di wilayah itu selesai, pertumbuhan perolehan suara oposisi mulai merangkak naik dan mendekati perolehan suara kubu Erdogan. Daerah penghasil suara terbesar bagi oposisi antara lain Istanbul, Ankara dan Izmir.
Pemimpin distrik Cankaya di Ankara mengatakan, salah satu taktik AKP, aliansi kerakyatan yang mendukung Erdogan, untuk menahan laju penghitungan suara oposisi adalah dengan cara mempermasalahkan kotak-kotak suara di wilayah yang memiliki kemungkinan keunggulan kubu oposisi. Tindakan itu membuat penghitungan di wilayah itu tertunda.
Dalam pemilihan presiden terakhir tahun 2018, Cankaya adalah satu-satunya distrik di Ankara yang memilih penantang Erdogan, Muharrem Ince.
Kubu Erdogan membantah tudingan itu. Omer Celik, juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan menyayangkan tindakan oposisi yang meragukan hasil resmi penghitungan suara. Dia menilai oposisi tidak menghormati rakyat yang telah mendatangi TPS dan menggunakan hak pilihnya. ”Kami tidak akan mengizinkan upaya apa pun untuk meningkatkan ketegangan. Kami melihat jebakan seperti itu di masa lalu. Ini berarti tidak menghormati rakyat dan kotak suara,” kata Celik.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Dewan Pemilihan Tertinggi, lembaga penyelenggara pemilu Turki, mengenai penghitungan suara ini. Situs resmi YSK atau Dewan Pemilihan Tertingi, sulit diakses.
Akan tetapi YSK menyebut bahwa mayoritas surat suara dari 3,4 juta pemilih luar negeri yang memenuhi syarat masih perlu dihitung. Dalam pernyataannya, YSK juga menyebut bahwa mereka tidak menjamin apakah putaran ke dua perlu dilakukan atau tidak.
Howard Eissenstat, profesor sejarah dan politik Timur Tengah Universitas St Lawrence New York mengatakan, keunggulan Erdogan tidak terlepas dari penggunaan sumber daya negara untuk merayu calon pemilih. Beberapa hari jelang pemilihan, Erdogan memutuskan untuk menaikkan gaji pegawai negeri sipil dan pekerja publik dengan angka yang signifikan. Tak hanya itu, kenaikan juga berlaku bagi para pensiunan.
Walau demikian, dia menilai, kenaikan pendapatan tidak serta merta menjadikan seseorang mengidentifikasi dirinya dengan partai politik tertentu.
Putaran ke Dua
Bila pemungutan suara putaran ke dua benar terjadi, kubu Erdogan diperkirakan akan unggul dengan cukup mudah dari rivalnya. Eissentat mengatakan, keunggulan itu karena pemilih tidak menginginkan pemerintahan yang terpecah belah.
Hal ini terkait dengan hasil pemilihan parlemen. Hasil sementara penghitungan suara memperlihatkan aliansi yang mendukung Erdogan memimpin perolehan kursi di parlemen dengan 324 kursi dari total 600 kursi yang diperebutkan. Perolehan ini cukup membuat kubu Erdogan menjadi mayoritas di parlemen.
Sedangkan oposisi diperkirakan mendapatkan 211 kursi. Aliansi Buruh dan Kebebasan yang dipimpin partai pro-Kurdi diperkirakan mendapatkan 65 kursi.
Hakan Akbas, Direktur Pelaksana SAS, sebuah lembaga penasihat politik, sepakat dengan Eissentat. Dalam penilaiannya Erdogan dan aliansinya akan unggul dalam pemungutan suara putaran ke dua. (AP/AFP/Reuters)