Apindo: Indonesia Berpeluang Menjadikan ASEAN Lebih Kompetitif
Asosiasi Pengusaha Indonesia melihat ada peluang bagi Indonesia untuk berperan lebih besar dalam menjadikan ASEAN lebih efisien dan kompetitif. Efisiensi dan daya saing perlu untuk menjadikannya episentrum pertumbuhan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, FRANSISKUS PATI HERIN
·5 menit baca
MANGGARAI BARAT, KOMPAS — Kalangan dunia usaha melihat Indonesia, sebagai negara dengan kemampuan produksi dan jumlah penduduk besar serta potensi lainnya, belum maksimal memanfaatkan ASEAN. Indonesia dalam posisinya sebagai keketuaan ASEAN 2023 harus dapat mengegolkan agenda kepentingan bersama negara-negara di Asia Tenggara yang sejalan dengan kepentingan Indonesia.
”Penetrasi kita terhadap ASEAN itu kurang maksimal. Jadi, terkait relevansi, seharusnya Indonesia sebagai negara yang terbesar dibanding negara lainnya di ASEAN dan juga ikut di G20 bisa memainkan peran yang lebih besar,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani saat dihubungi, Sabtu (6/5/2023).
Dengan potensi besar yang dimiliki, menurut Hariyadi, sangat memungkinkan bagi Indonesia berkontribusi dan memainkan peran di ASEAN. Apalagi, keketuaan ASEAN 2023 ada di Indonesia. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-42 ASEAN pun digelar di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan puncak acaranya akan berlangsung pada 10-11 Mei.
Hariyadi menyebut ada sejumlah aspek yang belum berjalan di ASEAN. Dia mencontohkan penggunaan mata uang lokal atau setiap negara dalam penyelesaian transaksi bilateral.
”Kita sama China sudah, sama Malaysia sudah, sama Jepang sudah, sama Thailand sudah. Nah, ini (dengan) Singapura belum. Paling enggak, ada kesepakatan di internal ASEAN dulu bahwa (bagi negara) yang sudah siap, kita menggunakan local currency settlement,” kata Hariyadi.
Kedua, mutual recognition agreement (MRA) pun sampai sekarang belum berjalan di ASEAN. Melalui perjanjian tersebut semestinya tenaga terampil seperti perawat, arsitek, akuntan, dan pekerja hospitality di hotel serta restoran boleh bebas berlalu lalang. Hal ini mesti dicari penyebabnya.
”Dulu (per)janjiannya lalu lintas antarnegara untuk tenaga yang skilled itu dibebaskan. Kalau MRA ini jalan, yang diuntungkan Indonesia karena kita paling kuat sumber daya manusianya. Nah ini, kan, harus didorong. Kalau itu (jalan) kita diuntungkan, (sedangkan) negara lain takut pasarnya direbut negara kita. Tapi enggak bisa begitu juga dong. Sama-sama untuk kita dorong,” katanya.
Menyangkut pariwisata di ASEAN, Hariyadi berpandangan bidang ini dapat dikerjasamakan lebih baik.
Ketiga, menyangkut pariwisata di ASEAN, Hariyadi berpandangan bidang ini dapat dikerjasamakan lebih baik. Pembicaraan pariwisata jangan hanya untuk kepentingan Indonesia, Thailand, Singapura, atau tiap-tiap negara. ”Tetapi bagaimana kita dalam kerangka pariwisata ini satu ASEAN bisa kita maksimalkan. Pariwisata juga punya potensi sangat besar yang belum efektif,” ujarnya.
Hariyadi mencontohkan, turis tidak hanya ke Paris, Perancis yang merupakan penggerak pariwisata di Eropa. Turis juga berkeliling ke negara-negara Eropa yang disatukan dengan Schengen Visa. ”Itu juga akan menarik. Jadi ada visa yang bisa kita satukan, lalu juga penerbangan regional bisa dibuat lebih kompetitif,” ujarnya.
Dalam konteks kompetisi dunia, Hariyadi mengatakan, semua dituntut lebih efisien. ”Harusnya (melihat) benchmark, kalau kita mau maju terutama untuk kepentingan Indonesia, Indonesia harus melihat mengapa Thailand turisnya bisa mencapai 40 juta orang. Kita mesti belajar apa yang membuat mereka begitu. (Hal ini) karena (ketika) orang bepergian tiketnya lebih murah ke sana,” katanya.
Hariyadi menuturkan, kalau mau fair semua harus kompetitif. ”Kepentingan nasional ada, iya, tetapi kita juga enggak mungkin memproteksi perusahaan-perusahaan tertentu untuk menikmati monopoli atau oligopoli,” katanya.
Walaupun sekarang ada penerbangan regional, pada praktiknya sekat-sekat kepentingan setiap negara masih kental. Dalam kerangka ASEAN seharusnya semua meletakkan kepentingan yang lebih besar.
”Artinya, ayo bikin ekonomi ASEAN menjadi lebih efisien, lebih kompetitif. Standar daya saing kalau bisa saling memperkuat. Misalnya Indonesia mengeluh logistik paling mahal, ya, ayo merujuk Singapura yang murah biaya logistik. Seharusnya semangat kebersamaan adalah semangat untuk mendorong meningkatkan daya saing. Jangan akhirnya ASEAN hanya retorika, hanya omong, tetapi implementasi tidak seperti (yang dibicarakan),” ujarnya.
Zona kerja sama ekonomi yang dilakukan secara benar diyakini akan meningkatkan daya saing tiap negara di dalamnya. Penyatuan standar-standar kompetensi dan efisiensi akan otomatis akan menjadikan zona tersebut lebih efisien.
”ASEAN akan dapat menjadi episentrum kalau efisien. Saya bilang, kalau dikelola dengan benar dan tujuannya untuk kemajuan zona itu, pasti akan efisien. Saling belajar. Dan (hal semacam) itu mengurangi dalam tanda petik interest-interest yang enggak baik. Misalnya, interest korupsi, politik yang membuat regulasi overprotective untuk kepentingan sendiri atau monopoli, itu akan terkikis,” kata Hariyadi.
Zona kerja sama ekonomi yang dilakukan secara benar diyakini akan meningkatkan daya saing tiap negara di dalamnya.
Dalam konteks perekonomian warga di daerah, Heldi Gunda Sulasti, warga Labuan Bajo mengaku, momentum KTT ASEAN membawa berkah bagi banyak pelaku usaha di destinasi wisata superprioritas itu. Heldi menyewakan rumahnya bagi delapan orang tamu selama lima hari dengan tarif Rp 25 juta. Sementara itu, biaya yang dikeluarkan untuk pesiapan seperti pengadaan pendingin ruangan dan tempat tidur sekitar Rp 15 juta. ”Kami lepas kunci untuk mereka. Selama sewa, kami nginap di rumah keluarga,” ujarnya.
Selain sewa rumah, ia juga menyewakan mobil yang saat ini digunakan oleh rombongan pasukan pengamanan presiden. Sewa mobil selama lebih kurang 10 hari dengan harga Rp 10 juta. ”Kesempatan kami bisa menikmati berkah dari momentum KTT ASEAN ini. Kapan lagi ada momentum seperti ini,” ucapnya.
Berkah serupa juga dialami oleh Margaretha, penyedia makanan. Selama KTT ASEAN berlangsung, ia mendapatkan pesanan hingga 500 boks makanan setiap hari selama 10 hari. Biasanya ia hanya mendapat pesanan paling banyak 100 boks per hari. Itu pun paling banyak dua kali dalam satu bulan. Kini, ia merekrut 3 orang untuk membantu menyiapkan makanan.