Sisi Lain AI, Lebih Banyak Peluang Kerja Baru untuk Pengembangannya
Ada kekurangan pekerja amat parah untuk pengembangan AI. Penggunaan AI akan meningkatkan PDB global hingga 14 persen pada 2030.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Kecerdasan buatan adalah mesin. Seperti semua mesin dalam sejarah manusia, dibutuhkan perawatan dan pengembangan berkala untuk kecerdasan buatan. Karena itu, perkembangan kecerdasan buatan akan menghasilkan lebih banyak peluang pekerjaan baru.
Dalam taksiran Forum Ekonomi Dunia (WEF), perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan membuat 85 juta orang kehilangan pekerjaan pada 2025. Di sisi lain, AI juga menghasilkan 97 juta lapangan pekerjaan baru pada 2025.
Fenomena ini bukan baru pertama kali terjadi. Kajian ekonom Massachusetts Institute of Technology (MIT), David Autor, menemukan, 60 persen karyawan saat ini bekerja di bidang yang tidak ada pada era 1940. Aneka pekerjaan masa kini dihadirkan oleh kemajuan teknologi.
Sampai 30 tahun lalu, nyaris tidak dikenal istilah pengembang aplikasi untuk telepon seluler. Kini, ada jutaan orang di sejumlah negara bekerja sebagai pengembang aplikasi. ”Kita telah menyaksikan dampak perkembangan teknologi sepanjang sejarah manusia. Dalam setiap tahapan perkembangannya, lebih banyak pekerjaan dihasilkan dibandingkan yang dihilangkan,” kata pakar otomatisasi, Thomas Helfrich.
CEO Catalytic Sean Chou berpendapat senada. Perusahaan asal Chicago, AS, yang fokus pada penyediaan layanan otomatisasi itu melihat peluang dari perkembangan AI. ”AI berarti lebih sedikit waktu dihabiskan untuk mencari dan mengolah data secara manual. Jadi, pekerja punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal produktif lain,” katanya.
Sejumlah lembaga penelitian dan konsultansi bisnis juga menawarkan gambaran optimistis atas perkembangan AI. Pricewaterhouse Coopers (PwC) menaksir, penggunaan AI akan meningkatkan produk domestik bruto (PDB) global hingga 14 persen pada 2030. Nilainya akan mencapai 15,7 triliun dollar AS atau setara PDB Indonesia selama 14 tahun.
Bank investasi AS, Goldman Sach, menaksir pasar perangkat lunak AI akan bernilai 190 miliar dollar AS pada 2026. Sementara Bank of America (BOfA) malah lebih optimistis dengan taksiran mencapai 900 miliar dollar AS. Sebab, B0fA menggabungkan nilai pasar segmen perangkat lunak, perangkat keras, dan layanan terkait AI.
Presiden Infosys Mohit Josh mengatakan, hal yang mencemaskan pelaku industri teknologi informatika (TI) sekarang bukan lapangan kerja yang kurang. Justru, saat ini ada kekurangan pekerja amat parah untuk pengembangan AI. ”Kekurangan ini menghambat pengembangan. Ini tantangan utama industri saat ini,” kata pemimpin perusahaan teknologi informasi milik keluarga Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak itu.
Kebutuhan pekerja
Chou dan berbagai pebisnis TI menekankan, salah satu fungsi utama AI adalah otomatisasi layanan. Fungsi itu terutama dihasilkan dari model awal yang dilatihkan pada mesin. Manusia menjadi pelatih untuk fungsi itu.
Di jagat AI, pelatih itu antara lain disebut sebagai teknisi pengembang pertanyaan (prompt engineer). Teknisi ini melatih mesin AI mengenali pertanyaan dan potensi jawabannya. Mesin-mesin AI saat ini menunjukkan kebutuhan besar atas pelatih itu. Banyak pertanyaan yang diajukan ke AI tidak dijawab dengan layak. Para perekayasa gambar berulang kali mendapatkan citra yang menampilkan ciri khas kebudayaan Indochina saat AI diminta membuat gambar orang desa di Indonesia.
Pekerjaan lain yang hadir karena perkembangan AI adalah analis kritik pengembangan atau annotation analyst. Tugas analis ini mirip dengan teknisi pelatih. Bedanya, analis memeriksa tanggapan mesin atas aneka permintaan manusia. Berdasarkan pemeriksaan itu, analis merekomendasikan peningkatan agar AI bisa menanggapi manusia secara lebih baik. Dalam lima tahun mendatang, peluang kerja analis ini akan bertambah hingga 27 persen.
Hampir mirip dengan profesi ini adalah pengembang penampilan antarmuka (user interface) dan pemeriksa pengalaman pengguna (UX engineer). Para teknisi segmen ini bertugas menjalankan rekomendasi atas temuan mengatasi hambatan penggunaan mesin oleh manusia.
Seperti komputer pertama, fungsi dasar mesin AI adalah olah data. Karena itu, aneka profesi terkait pengolahan dan pemilahan data amat dibutuhkan seiring perkembangan AI. Tanggapan AI memang didasarkan pada pemeriksaan atas mahadata. Karena tanggapan diberikan kepada manusia, maka dibutuhkan sudut pandang manusia untuk memandu mesin memahami mana data yang dibutuhkan manusia.
Jenis dan jumlah data terus berkembang sehingga dibutuhkan pengembangan mesin AI. Hal itu berarti butuh pengembang untuk membuat AI terus relevan. Seperti semua mesin dan komputer, mesin AI juga butuh dirawat secara berkala. Teknisi perawatan AI akan semakin banyak dibutuhkan seiring pertambahan komputer untuk mesin AI.
Profesi lain yang berkembang bersama AI adalah penyusun bahasa pemograman. Mesin dan manusia menggunakan bahasa yang berbeda. Dibutuhkan perantara untuk memastikan mesin bisa dimengerti manusia.
Selain itu, karena mahadata menggunakan internet, maka diperlukan para teknisi keamanan sibernatika untuk menjaga mesin AI. Kekurangan teknisi keamanan merupakan yang terparah di industri TI saat ini. Dalam tiga tahun mendatang saja, industri TI global akan kekurangan hingga 2 juta teknisi keamanan. Seiring peningkatan ancaman sibernatika, jumlah kekurangan teknisi dikhawatirkan terus meningkat. (AFP/REUTERS)