China Manfaatkan Krisis Perbankan AS
Perbankan Amerika Serikat dan Barat harus meniti jalan terjal berliku. Mantan Ketua Morgan Stanley Asia dan dosen di Yale University, Stephen S Roach menyinggung sistem keuangan Barat yang menderita self-inflicted.
Krisis perbankan AS dipicu kebangkrutan empat bank tetap bagai bom waktu dalam perekonomian. Isu ini tidak bergema kuat di banyak negara. Di China krisis itu semakin mengencangkan langkah pengamanan sektor keuangan dengan aset 60 triliun dollar AS.
Salah satu pemicunya adalah analisis pada 1991 oleh Wang Huning, seorang akademisi China, bahwa Amerika Serikat akan runtuh sendiri akibat kesalahannya. Di dalam bukunya berjudul “America Against America”, Wang menuliskan AS dengan fenomena over-financialization.
Terlalu banyak dan berlebihan kreativitas di sektor keuangan AS, disertai ketamakan. Di China sendiri buku ini sangat laris. Buku ini berisikan keseluruhan fenomena sosial politik di AS, dan juga sektor bisnis, yang intinya akan meruntuhkan AS dengan sendirinya. Wang mengakui banyak kehebatan AS tetapi unsur individualis akan merusaknya.
Baca juga: Perbankan AS Bergejolak, Sistem Keuangan Indonesia Tetap Kuat
Stephen S Roach, seorang mantan Ketua Morgan Stanley Asia dan dosen di Yale University, menyinggung buku ini di situs The Project Syndicate, 28 Maret 2023. Roach menyinggung sistem keuangan Barat yang menderita self-inflicted, cedera akibat ulah sendiri. Tersebutlah pasal peraturan keuangan yang longgar, kebohongan laporan keuangan perbankan, para bankir tamak, dan abainya pengawas.
Pandangan Wang dan Roach mencuat karena kebangkrutan empat bank di AS sejauh ini, yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate, Signature dan terbaru First Republic. Ekonomi AS terancam karena kesalahan sendiri, termasuk kesalahan di dalam industri keuangan.
Menyetir ideologi
Krisis perbankan AS membuka mata China lebih jauh terkait pengamanan sektor keuangan. Chongyi Feng, profesor Studi China di University of Technology Sydney, mengatakan momen ini pas dengan mandat periode ketiga kepemimpinan Presiden Xi Jinping (CNN, 6 April).
Xi harus bisa mengontrol sektor keuangan, unsur ketiga terpenting setelah kendali atas militer dan aparat keamanan. Industri keuangan adalah tas uang Partai Komunis China, kata Feng. Langkah ini sekaligus memperkuat China untuk perang keuangan dengan AS. Namun, di balik langkah Presiden Xi itu, ada Wang Huning sang pemikir ideologi China yang amat penting (The Week, 28 November 2021).
China menganalisis kausalitas krisis perbankan AS. Maka langkah-langkah China terlihat semakin gencar setelah krisis SVB. Pengamanan sektor keuangan itu memang telah menjadi warna utama di era kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
Baca juga: Persekongkolan Bankir Nakal-Politisi AS di Balik Kebangkrutan Bank Silicon Valley
“Krusial bagi China meningkatkan stabilitas sistem keuangan dan mengeliminasi risiko tersembunyi,” demikian dituliskan The Global Times, 2 April. Bagi China, kekuatan geopolitik yang sedang berpihak juga harus didukung kekuatan dalam sektor keuangan.
Akan tetapi semangat penguatan sektor keuangan China bukan semata-mata karena krisis perbankan AS. Sistem keuangan China sendiri juga rawan dari dalam. Hanya saja Wang Huning menyetir psikologi kehancuran AS dari dalam, yang juga bisa terjadi di China itu sendiri. Wang memoles isu itu sebagai bagian dari ideologi China dengan memasuki kontrol hingga sektor keuangan.
Para bankir oportunis
Akan tetapi lepas dari unsur ideologi komunis atau liberalis, dua negara ini bisa kacau dari dalam, termasuk karena moral hazard di dalam industri keuangan dan perbankan. Negara dengan ideologi komunis atau liberal, tidak luput dari para oportunisme, termasuk di dalam industri keuangan.
“Para eksekutif korup di bank-bank pemerintah China dan lembaga keuangan lainnya menggunakan dana-dana negara untuk keuntungan pribadi dan merusak kepentingan publik serta menyebabkan risiko keuangan,” kata peneliti dari Chongyang Institute for Financial Studies, Renmin University, Dong Shaopeng.
Maka untuk itu, sejumlah eksekutif telah diselidiki, ditangkap, dan ditahan. Situs Bloomberg, 3 April 2023, memberitakan Liu Liange dipecat sebagai Ketua Partai Komunis di Bank of China dengan alasan melanggar disiplin dan hukum. Ini adalah peristiwa yang langka terjadi. Luo Xi, mantan Ketua People's Insurance Company Group of China, juga dipecat karena alasan serupa.
Wang Bin, mantan Ketua China Life Insurance, diprosekusi pada Januari 2023 juga karena terlibat suap dan menyembunyikan simpanannya di seberang. Wang turut terlibat manipulasi di pasar. Demikian pula Fan Yifei, Wakil Gubernur Bank Sentral China pada November 2022, diselidiki karena pelanggaran disiplin dan hukum. Cai Esheng, mantan pengawas lembaga keuangan non-bank pada Juni 2022 ditindak secara hukum karena menerima suap besar.
Baca juga: Pelajaran dari Kerapuhan SVB
Hu Huaibang, mantan Ketua China Development Bank dipenjarakan seumur hidup pada awal 2021 karena menerima suap. Ia juga memfasilitasi pinjaman 4,8 miliar dollar AS ke perusahaan CEFC China Energy Co, sebuah konglomerat China yang sudah bangkrut.
Lai Xiaomin, mantan Ketua China Huarong dihukum mati pada awal 2021 karena membuat perusahaan bangkrut dan terpaksa ditalangi pemerintah. Bankir yang menjadi bintang perbankan China, Bao Fan, Ketua China Renaissance Holdings Ltd, sudah menghilang dari publik sejak Januari 2023.
Penyelidikan terhadap para bankir senior yang mengelola bank-bank negara masih akan berlanjut dan meluas. Para pejabat dari China Banking and Insurance Regulatory Commission (CBIRC) dan Central Commission for Discipline Inspection (CDDI) mengatakan tindakan demi tindakan terus dilakukan agar para staf perbankan, terutama para eksekutif senior, menaati hukum dan memperkuat disiplin diri.
Perbankan di China juga mengalami tekanan. Akan tetapi tekanan itu juga diperburuk dengan perangai para eksekutif yang sibuk melakukan manipulasi dengan keuntungan pribadi. "Jika ekonomi tidak booming, banyak bank lokal dalam tekanan," kata profesor keuangan University of Hong Kong Business School, Zhiwu Chen, Bloomberg, 27 Maret.
Perusahaan auditor
Kelemahan lembaga keuangan di China juga didukung atau turut dipengaruhi aksi manipulasi audit oleh perusahaan-perusahaan auditor. China tidak luput dari kenakalan para auditor. Kerawanan keuangan dimungkinkan karena perusahaan-perusahaan auditor di China turut berkongkalikong dengan lembaga keuangan terkait laporan keuangan.
Ini tidak beda dengan yang terjadi di AS. Sebelum kebangkrutan SVB di AS, auditor KPMG tidak mengindikasikan hal rentan dan akut dari laporan keuangan SVB (The Wall Street Journal, 13 Maret 2023). KPMG LLP malah menyebutkan keuangan SVB sehat, 14 hari menjelang 10 Maret 2023, tanggal kebangkrutan SVB.
KPMG hanya menyebutkan ada potensi kerugian atas pinjaman-pinjaman SVB. “Para auditor gagal menyebutkan bahwa ada api di ruang bawah atau kotak dinamit di lantai pertama Gedung. Mereka (auditor) hanya menyebutkan ada cat di vas bunga yang terkelupas,” demikian sindiran Erik Gordon, professor bisnis dari University of Michigan.
Hal serupa terjadi di China. Seperti diberitakan The Financial Times, 27 Maret 2023, Wakil Menkeu China Zhu Zhongming kepada Sharon Thorne, Ketua global Deloitte, menyatakan bahwa Beijing akan mengenakan disiplin keuangan ketat dan meningkatkan pemeriksaan terhadap perusahaan auditor di China, termasuk “empat besar”, Deloitte, PwC, KPMG dan EY.
Masalahnya, ada penundaan laporan-laporan keuangan. Di samping itu terjadi kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan yang diaudit. Untuk itu pada Maret, Departemen Keuangan China mendenda Deloitte sebesar 31 juta dollar AS dan menangguhkan operasi 3 bulan.
Hasil investigasi menunjukkan audit Deloitte terhadap Huarong Asset Management (HAM), perusahaan keuangan milik negara, mengandung kesalahan serius. Deloitte dinyatakan tidak menjalankan audit secara benar. HAM, yang juga dikenal dengan nama China Huarog, mengalami kebangkrutan dan terpaksa mendapatkan suntikan dana pemerintah 6,6 miliar dollar AS pada 2021.
PwC dan KPMG telah diselidiki atas kasus di Hong Kong terkait audit terhadap dua perusahaan China, Evergrande dan China Medical Technologies. Evergrande yang diaudit mengalami kebangkrutan menghebohkan. Akan tetapi hasil audit tidak memperlihatkan kerawanan pada perusahaan.
Zhu mengatakan pemerintah masih mendukung eksistensi bisnis perusahaan auditor internasional sepanjang siap mengikuti aturan. Namun Zhu mengingatkan agar auditor itu memetik pelajaran atas kasus Huarong. Auditor lokal dan karyawannya juga menghadapi penyelidikan saksama.
Pengetatan peraturan
Sehubungan dengan itu, China merencanakan pembentukan badan pengaturan keuangan baru, seperti diberitakan hariaan China Daily, 8 Maret 2023. Badan ini bertanggung jawab mengawasi sektor keuangan minus sekuritas. Ini langkah signifikan dalam modernisasi sistem pengaturan keuangan, meningkatkan efisiensi pengawasan dan meredam risiko keuangan.
Badan baru ini berada langsung berada di bawah Dewan Negara (Kabinet China). Inilah diduga polesan pemikiran Wang Huning, agar negara ketat mengawasi sektor keuangan, milik negara atau swasta. Aksi ini perlu untuk mendukung ideologi komunis.
Tugas badan baru ini, akan beriringan dengan peran China Banking and Insurance Regulatory Commission, yang mengawasi industri asuransi. Bagian dari tugas Bank Sentral China (PBOC) selama ini, yakni bagian pengawasan lembaga keuangan dan perlindungan konsumen, akan ditransfer ke badan baru tersebut. Tugas China Securities Regulatory Commission, pengawas pasar modal China, terkait perlindungan investor juga akan ditransfer ke badan baru.
"Rencana pendirian badan baru ini akan kondusif untuk perbaikan regulasi keuangan, menjamin semua aktivitas keuangan dicakup dalam misi regulasi, supaya sektor keuangan taat aturan," kata peneliti dari Postal Savings Bank of China, Lou Feipeng.
Badan baru ini akan mengisi kevakuman peraturan dan menghindari tumpang tindih peraturan dan duplikasi regulasi keuangan. “Usaha seperti itu akan menjamin stabilitas keuangan dan menghindari risiko keuangan sistemik," kata Lou.
Yi Gang, Gubernur PBOC mengatakan rencana menyeluruh adalah membuat sistem keuangan lebih perfek, lebih efisien, aman dan lebih terbuka untuk dunia (China Daily, 10 Maret). (Reuters/AP/AFP)