Situasi Tidak Berubah, AS Menuju Resesi Keras atau Inflasi Tinggi
”Jika Fed menghentikan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi akan bertahan dan pilihan penghentian kenaikan suku bunga ini tidak mungkin terjadi,” kata ekonom AS, Nouriel Roubini.
Oleh
SIMON P SARAGIH S
·4 menit baca
Hanya ada dua pilihan bagi perekonomian Amerika Serikat sekarang ini. Pilihan pertama, ekonomi menuju resesi keras akibat kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi. Pilihan satu lagi, AS enggan memasuki resesi dan Bank Sentral AS terus mengguyur uang beredar serta menghentikan kenaikan suku bunga. Akan tetapi, risiko pilihan kedua ini adalah tekanan inflasi tinggi yang bertahan lama.
Ekonom AS, Nouriel Roubini, yang dijuluki ”Dr Doom” karena akurat memprediksi resesi besar AS pada 2008, kepada televisi Bloomberg, Jumat (28/4/2023), kembali menyuarakan peliknya pilihan bagi perekonomian AS.
Bank Sentral AS (Fed) bertugas mengatasi kondisi buruk sistem keuangan yang dilanda kebangkrutan teknis, termasuk akibat kenaikan suku bunga. Akan tetapi, pendekatan Fed sekarang ini hanya akan berujung pada dua pilihan: resesi keras atau inflasi yang akan bertahan tinggi.
Tidak mungkin AS mencapai pertumbuhan ekonomi disertai kestabilan sistem keuangan dan inflasi rendah, kata Roubini. ”Dalam pandangan saya, ini seperti Mission Impossible,” lanjutnya.
Roubini menyatakan hal itu sehubungan dengan langkah Fed yang diperkirakan akan mengendur terkait dengan turunnya inflasi.
Bertahan tinggi
Berdasarkan data terbaru Departemen Perdagangan AS, inflasi AS berdasarkan indeks The Personal Consumption Expenditures (PCE), pilihan utama Fed dalam mengukur inflasi, mencapai 4,2 persen pada Maret 2023 dibandingkan dengan Maret 2022. Ini menurun dari inflasi Februari 2023 sebesar 5,1 persen dibandingkan dengan Februari 2022.
Hanya, inflasi Maret sebesar 4,2 persen itu masih jauh dari target inflasi 2 persen. Oleh karena itu, Fed masih perlu menaikkan suku bunga dari level sekarang ini yang sebesar 4,75 persen hingga 5 persen. Dilemanya, jika Fed melanjutkan kenaikan suku bunga untuk menurunkan inflasi, perekonomian akan terpukul lebih keras dan krisis keuangan akan mencuat kembali.
Suku bunga tinggi telah memukul perbankan, pebisnis, dan korporasi pengutangan besar. Oleh sebab itu, khawatir akan resesi keras, ada keinginan Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga. Diperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga inti lagi sebesar 0,25 persen menjadi 5-5,25 persen. ”Fed secara prinsip ingin menaikkan suku bunga untuk kesepuluh kalinya pada Mei 2023, lalu berhenti melanjutkan kenaikan suku bunga,” kata Roubini.
”Jika Fed menghentikan kenaikan suku bunga, inflasi tinggi akan bertahan dan pilihan penghentian kenaikan suku bunga ini tidak mungkin terjadi,” lanjutnya.
Sejak 2021, Roubini terus menyuarakan bahwa suku bunga inti di AS akan bertengger di atas angka 5 persen. Alasannya, inflasi tetap bertahan tinggi, tidak cukup cepat menuju 2 persen, sebagaimana ditargetkan walau kenaikan suku bunga sudah dilakukan. Oleh sebab itu, suku bunga harus dinaikkan di atas 5 persen.
Jika suku bunga dinaikkan, akan ada kebangkrutan korporasi dan tekanan pada sistem keuangan. Demikian peringatan konstan Roubini sejak 2021. Masalahnya adalah, perekonomian yang tumbuh dan keuangan yang aman hanya terjadi karena suku bunga rendah dan guyuran uang beredar dari Fed. Namun, tindakan inilah yang membuat inflasi naik dan merugikan masyarakat.
Komponen inti
Jika diselisik lebih jauh, indeks PCE dengan tidak memasukkan komponen harga pangan dan energi—disebut inflasi inti PCE—inflasi pada Maret 2023 mencapai 4,6 persen dibandingkan dengan Maret 2022. Ini hanya turun sedikit dari 4,7 persen pada Februari 2023 dibandingkan dengan Februari 2022.
Jika indeks inti PCE diselisik berdasarkan data bulanan, inflasi pada Maret 2023 tetap naik 0,1 persen dari Februari 2023. Kenaikan 0,1 persen ini memang lebih rendah dari kenaikan inflasi 0,3 persen pada Februari 2023 dibandingkan dengan Januari 2023. Akan tetapi, inflasi relatif tetap bertahan tinggi dan masih jauh dari 2 persen.
Pernyataan Roubini dan data inflasi tidak sinkron dengan apa yang diyakini Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Yellen selalu yakin inflasi akan turun dan perekonomian AS, walaupun menurun, tidak akan sampai mengalami resesi keras.
Peringatan penting
Roubini mengingatkan para pelaku pasar untuk tidak mengidap ilusi bahwa inflasi akan turun dan pertumbuhan akan tinggi atau terhindar dari resesi keras. Data terbaru Departemen Perdagangan AS memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS sepanjang kuartal pertama 2023 sebesar 1,1 persen. Ini menurun dari pertumbuhan kuartal terakhir 2022 sebesar 2,6 persen.
Penurunan pertumbuhan ini terjadi karena pebisnis mengurangi investasi akibat kenaikan suku bunga di AS.
Bank of America memperkirakan, resesi akan dimulai pada kuartal kedua 2023. Hal itu terlihat dari pola investasi di pasar, di mana investor portofolio enggan berinvestasi dalam jangka panjang. Ini suatu indikasi ketidakyakinan investor akan perekonomian. (REUTERS/AP/AFP)