Di zaman sekarang, meminum kencing sapi masih jamak ditemukan di sejumlah kebudayaan karena orang memercayai ada khasiat medisnya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
Penelitian terbaru di India mengungkapkan bahwa mengonsumsi air kencing sapi berbahaya bagi kesehatan manusia. Akan tetapi, fakta media ini tetap sulit mengubah pola pikir masyarakat untuk berhenti mengonsumsi kencing sapi ataupun obat-obatan tidak terstandar lain dengan dalih pengobatan alternatif.
Penelitian itu dilakukan oleh Bhoj Raj Singh dan kawan-kawan dari Institut Kajian Kedokteran Hewan India (IVRI) dan pertama kali diliput oleh media Times Now India edisi 12 April 2023. Makalah itu terbit di laman Research Gate. Singh melakukan penelitian pada periode Juni-November 2022. Ia mengambil sampel dari 73 jenis sapi dan kerbau. Juga ada sampel dari air seni manusia yang mengonsumsi kencing sapi.
”Kami menemukan ada 14 jenis bakteri berbahaya di kencing sapi dan kerbau. Ada bakteri Escherichia coli, E rhapontici, dan Staphylococcus. Bakteri ini turut ditemukan di urine orang-orang yang mengonsumsi kencing sapi,” ujarnya.
Singh mengatakan, kencing sapi tidak boleh dikonsumsi oleh manusia. Dampak kesehatannya, antara lain, adalah gangguan pencernaan hingga persoalan kesehatan yang lebih serius. Permasalahannya, konsumsi kencing sapi merupakan hal yang kerap ditemukan di negara tersebut. Sapi dianggap sebagai binatang suci oleh mayoritas pemeluk agama Hindu, seluruh produk turunannya yang mencakup kotoran dan kencing dianggap bermanfaat.
Kantor berita Reuters pada 15 Maret 2020 melaporkan, ketika pandemi Covid-19 memasuki India dan belum ada vaksinasi, sejumlah organisasi masyarakat mengadakan acara minum kencing sapi bersama. Salah satunya adalah acara yang diadakan oleh Persatuan Hindu Seluruh India (Akhil Bharat Hindu Mahasabha) yang dihadiri 200 perserta. Mereka memercayai bahwa kencing sapi berkhasiat memberi kekebalan terhadap virus SARS-Cov-2.
”Saya rutin meminum kencing sapi. Kadang-kadang juga luluran dengan kotoran sapi. Berkat itu, saya tidak pernah mengonsumsi obat-obatan modern,” kata Om Prakash, salah seorang peserta.
Saya rutin meminum kencing sapi. Kadang-kadang juga luluran dengan kotoran sapi. Berkat itu, saya tidak pernah mengonsumsi obat-obatan modern.
Kencing sapi dipercaya memberi khasiat pengobatan oleh berbagai kebudayaan di dunia. Pada 2006, Fakultas Kedokteran dan Farmasi Universitas Toyama, Jepang, menerbitkan makalah mengenai terapi kencing sapi yang mereka temukan di Myanmar. Dalam kasus ini, kencing sapi difermentasikan dengan ekstrak dari tiga jenis tumbuhan herbal. Ramuan ini dipercaya bisa menyembuhkan segala penyakit, mulai dari kanker hingga kebutaan.
”Masyarakat Myanmar mengacu kepada teks kuno agama Buddha, Tripitaka, yang beberapa kali membahas mengenai khasiat kencing sapi untuk pengobatan apabila diolah sedemikian rupa,” sebut makalah oleh Suresh Awale dan kawan-kawan tersebut.
Surat kabar Nigeria, Premium Times, pada edisi 2 April 2015 melaporkan, di Negara Bagian Kwara terjadi kasus kematian bayi dan anak balita akibat diberi minum kencing sapi. Para orangtua meyakini bahwa cairan itu bisa menyembuhkan anak yang memiliki ayan.
”Anak balita ayan ketika kejang-kejang diberi obat herbal dengan campuran kencing sapi. Setelah itu, kondisi mereka memburuk karena lemas, sesak napas, dan banyak pula yang diare. Ketika akhirnya dibawa ke rumah sakit, sudah terlambat untuk ditolong,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kwara Issa Kayode. Menurut dia, minimnya literasi masyarakat membuat kepercayaan terhadap pengobatan perdukunan masih kuat.
Namun, ternyata tidak hanya masyarakat yang berpendidikan rendah dan minim literasi yang mengonsumsi kencing sapi. Matt Hodges, seorang pelatih kebugaran dari Inggris yang menangani klien orang-orang kaya dan terkenal dari Eropa dan Amerika Serikat, mengungkapkan, ia jamak menemukan praktik yang membuatnya geleng-geleng kepala.
”Ini orang-orang yang sangat kaya dan berkuasa, tetapi mereka memercayai bahwa kencing sapi adalah jalan pintas untuk awet muda dan langsing,” tuturnya kepada surat kabar The Independent edisi 10 November 2022.
Pengobatan alternatif
Surat kabar The Telegraph, Selasa (25/4/2023), menuliskan, untuk kasus India, kencing sapi banyak dikemas ke dalam pengobatan alternatif Ayurveda. Kencing sapi dijual di dalam botol-botol dengan harga mulai dari 50 pence sterling atau Rp 9.300. Laporan Pemerintah India menyebutkan, industri pengobatan Ayurveda ini bernilai 7,8 miliar pound sterling pada 2022. Pandemi Covid-19 meningkatkan konsumsi masyarakat atas pengobatan alternatif.
Ayurveda sejatinya adalah ilmu kesehatan kuno di India yang telah berumur ribuan tahun, tercatat sejak 300 tahun sebelum Masehi. Permasalahan yang dikemukakan oleh para dokter di negara tersebut ialah Ayurveda ini tidak diatur dan diawasi oleh pemerintah. Berbeda dengan pengobatan modern yang harus melalui pemeriksaan badan pengawas obat dan makanan setempat.
Oleh sebab itu, ada risiko besar penyalahgunaan zat-zat berbahaya dengan kedok Ayurveda. Tanpa standardisasi, masyarakat mudah terjerumus membeli produk yang ditempeli cap Ayurveda, padahal membahayakan kesehatan mereka sendiri. Pada tahun 2017, badan pengawas obat India menemukan bahwa 40 persen produk yang dijual dengan cap Ayurveda di pasaran mengandung, antara lain, logam berat, pestisida, dan senyawa kimia industri.
”Setiap bulan, 10 dari 12 pasien yang saya rawat mengalami gangguan hati dan ginjal akibat mengonsumsi produk Ayurveda liar ini,” kata Abby Philips, dokter spesialis penyakit hari dari kota Kochi, Negara Bagian Kerala. Menurut dia, pengaturan produk Ayurveda yang asli sangat mendesak. Terlalu banyak produk Ayurveda palsu yang memakan korban di masyarakat. (Reuters)