Perubahan Kultur Korporasi Turut Menenggelamkan Credit Suisse (Bagian 1)
”Rencana-rencana kami telah terempaskan. Bank ini tidak terselamatkan lagi dan pada akhirnya hanya ada dua pilihan, bangkrut atau merger,” kata Lehmann.
Benih kejatuhan Credit Suisse sudah tertanam bertahun-tahun. Hal itu dimulai dari perubahan kultur korporasi dan bisnis dengan dana-dana terkait hasil korupsi. Dua hal itu membuat Credit Suisse tersandung skandal demi skandal. Kisah kebangkrutan Credit disajikan dalam dua tulisan bersambung.
”Saya sungguh mohon maaf. Kami tidak mampu lagi memulihkan kehilangan kepercayaan yang terakumulasi tahun demi tahun.” Demikian pernyataan Kepala Credit Suisse Axel Lehmann, Selasa (3/4/2023), di Zurich, Swiss, kepada 1.748 pemegang saham. Ia menghadapi para pemegang saham yang marah, kecewa, diabaikan, dan mengalami kerugian.
Akuisisi Credit Suisse oleh UBS pada 19 Maret didukung pemerintah dengan klausul pengabaian hak pemegang saham. Hal itu sekaligus mengakhiri sejarah bank asal Swiss berusia 167 tahun itu. Kekhawatiran akan dampak sistemik mendorong Pemerintah Swiss mengatur merger UBS dengan Credit Suisse dengan cepat.
Baca juga: Cegah Efek Sistemik Global, Otoritas Swiss Selamatkan Credit Suisse
Para pemegang saham sulit menerima kenyataan. Lehmann menghadapi para nasabah, beberapa di antaranya menangis, karena dana investasi mereka hangus. Para pemegang saham datang dan ingin tahu apa yang terjadi. Markus Huber (56) ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana merger berlangsung.
USB mengambil alih Credit Suisse hanya seharga 3,25 miliar dollar AS. Pemegang saham kehilangan nilai investasi 17,3 miliar dollar AS akibat kejatuhan saham Credit Suisse dari 12,78 frank Swiss pada Februari 2021 menjadi 0,76 franc Swiss pada awal Maret 2023. Credit Suisse dengan aset yang pernah mencapai 1,2 triliun dollar AS pada 2008 dibeli sangat, sangat murah.
”Saya marah. Saya kehilangan 11.000 dollar AS. Jumlah uang itu banyak bagi keluarga saya,” kata Stephan Denzler sembari menangis. Pemegang saham lain, Albert Keel, berkata, ”Saya membeli saham akhir-akhir ini dan kehilangan segalanya.”
Seorang pemegang saham asal Bern berkata kepada Lehmann, ”Bank ini telah dirampok secara sistematis. Dapatkah Anda tidur lelap di malam hari dengan kesadaran bahwa Anda telah menghancurkan kehidupan? Kami akan datang lagi, kami akan memburu Anda.”
Banyak investor skala kecil yang melihat Credit Suisse sebagai jaminan keamanan. ”Dana pensiunan mereka telah lenyap dan mungkin mereka akan berpikir mengakhiri hidup karena tidak memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan,” kata seorang pemegang saham lain (Agence France Presse, 5 April).
Florian Guenzel datang dari Berlin naik kereta. ”Harga tiketnya hanya sekitar seperempat dari nilai saham saya,” katanya. Pemegang saham lain, Guido Röthlisberger, mengeluh dan berkata, ”Rasanya saya telah ditipu lembaga-lembaga ini.” Ucapannya merujuk Credit Credit dan UBS (Associated Press, 4 April).
Kerugian bukan hanya dialami pemegang saham perorangan. Sebagian dana milik lembaga kekayaan negara Norwegia (Norges Bank Investment Management) juga turut lenyap. Hal serupa dialami Saudi National Bank, Qatar Investment Authority, Olayan Group (Arab Saudi).
Tak berdaya mencegah
Lehmann dipilih sebagai Kepala Credit Suisse pada Januari 2022 untuk memperbaiki bank yang didera skandal demi skandal dan membuat kepercayaan investor anjlok. ”Saya memahami kepahitan, kemarahan, dan rasa terkejut dari mereka yang kecewa, diharu biru, dan terpengaruh perkembangan,” kata Lehmann.
Namun, ”Rencana-rencana kami telah terempaskan. Bank ini tidak terselamatkan lagi dan pada akhirnya hanya ada dua pilihan, bangkrut atau merger,” kata Lehmann. Ia menyatakan optimistis perbaikan atas bank ini bisa dilakukan. ”Credit Suisse dengan sejarah panjang dan kaya terpaksa berbalik arah. Kami menyesalkan situasi ini secara pribadi, momen ini juga membuat saya sedih.”
Sekelompok pemegang saham telah menyewa firma hukum global, Quinn Emanuel Urquhart & Sullivan, untuk berdiskusi dengan otoritas Swiss demi pemulihan kerugian. Namun, para eksekutif mengakui solusi akan berjalan pelik.
Baca juga: Dana Talangan Bank Sentral Tak Cukup, Credit Suisse Dibeli UBS
Masalahnya dana sebesar 287 miliar dollar AS dalam bentuk dukungan likuiditas dan jaminan pemerintah telah diberikan di balik akuisisi tersebut. Pemerintah Swiss terpaksa bertindak cepat untuk mencegah krisis perbankan global yang bisa menyeret perekonomian Swiss jika dibiarkan tak tertangani.
Meski demikian, tindakan cepat tidak serta-merta membuat masalah selesai, termasuk citra Swiss. Banyak faktor pernah menjadikan Swiss sebagai buah bibir atas reputasi keuangan kelas dunia, termasuk penekanan pada stabilitas dan kebijaksanaan yang dipadukan dengan ambisi global. Hal itu kini sedang diuji dan ternyata masih kurang. ”Kerusakan terhadap reputasi Swiss akan sangat buruk,” kata Arturo Bris, profesor keuangan dari Sekolah Bisnis IMD di Lausanne (Bloomberg, 30 Maret).
Kematian ”permata” Swiss
Vincent Kaufmann, Direktur Ethos Foundation, mewakili dana-dana pensiun Swiss dan memiliki saham di Credit Suisse dan UBS, mengomentari pernyataan Lehmann. ”Ini permohonan maaf pertama sekaligus kematian salah satu permata perekonomian Swiss.”
Pertemuan dengan pemegang saham itu menandai akhir dari sejarah 167 tahun Credit Suisse yang didirikan Alfred Escher (1819-1882), yang dijuluki King Alfred I. Escher adalah politisi dan pebisnis yang membangun jaringan kereta Swiss, pilar kebangkitan industri. Ia kemudian berekspansi ke bank pada 1856.
Baca juga: Tantangan Komunikasi Krisis di Dunia Perbankan
Kisah luhur Escher berakhir dengan kematian Credit Suisse lewat cara tragis. Kebangkrutan Credit Suisse sekaligus menorehkan satu hal penting. Bank sebagai lembaga kepercayaan publik akan sulit pulih dan bertahan begitu kepercayaan memudar dan hilang.
”Jika Anda melakukan sesuatu yang salah sebagai sebuah bank atau Anda memiliki karyawan yang melakukan hal buruk, itu akan membebani Anda lebih besar ketimbang sekadar risiko kredit dan posisi pasar,” kata Sergio Ermotti, bankir Swiss.
Ermotti, yang pernah berkarya di UBS periode 2011-2020, pada 5 April 2023 dipilih kembali menjadi CEO UBS menggantikan Ralph Hamers, bankir Belanda. Tugas Ermotti termasuk menangani integrasi Credit Suisse ke dalam UBS.
Kehilangan akar Swiss
Bagaimana Credit Suisse bisa jatuh? Euromoney, 16 Maret 2023, menuliskan, salah satu titik utama kejatuhan utama Credit Suisse adalah perubahan fokus. Credit Suisse dengan fokus bisnis pada pengelolaan kekayaan klien kaya dan layanan perbankan privat kemudian merambah ke bank investasi. Sebutan bank investasi ditujukan bagi perusahaan jasa keuangan yang berperan sebagai mediator dalam transaksi keuangan besar dan kompleks antara perusahaan yang butuh dana dan para pemilik dana.
Akar kejatuhan lain adalah Credit Suisse dinilai kehilangan akar Swsiss. Situs Swissinfo.ch, 9 Februari 2023, menuliskan artikel berjudul ”Where did it all go wrong for Credit Suisse?”. Analisis meluas menyebutkan, kejatuhan bank Swiss ini terletak pada tema konstan: ”Sebuah bank internasional yang kehilangan pijakan pada akar Swiss dipimpin orang yang mengutamakan laba ketimbang kehati-hatian”. Hal itu turut menyebabkan kerugian besar dan restrukturisasi yang melepas 9.000 karyawan.
Sebuah bank internasional yang kehilangan pijakan pada akar Swiss dipimpin orang yang mengutamakan laba ketimbang kehati-hatian.
Mantan Chief Executive Officer Credit Suisse Oswald Grubel (2003-2007) melihat masalah bermula ketika ia digantikan pada 2007 oleh Brady Dougan, bankir AS dan Kepala Divisi Bank Investasi Credit Suisse. ”Hanya bank investasi yang menarik baginya,” kata Grubel kepada harian Blick, Oktober 2022. ”Dia memperluas bank investasi karena insentif terbesar ada di bidang tersebut. Layanan perbankan privat dan fokus ke bisnis Swiss bukan prioritasnya,” kata Grubel.
Harian The New York Times, 16 Februari 2007, pernah menuliskan, ”Masuknya Dougan, yang memimpin divisi bank investasi Credit Suisse sejak 2004, merupakan tanda terbaru bahwa para bankir Wall Street semakin menjejakkan langkah ke dalam fabrikasi keuangan bernuansa Eropa, dan dengan demikian, mengubah kulturnya.”
”Ini sebuah tren besar,” kata Christopher Wheeler dari Bear Stearns saat Credit Suisse terkesan mulai berubah. ”Secara historis, AS baru saja memiliki pasar fixed income besar dan lebih canggih. Eropa telah terjebak secara mendasar walau baru sedikit pengalaman dan kecanggihan tentang aktivitas bank investasi di AS.” Dengan kata lain, Credit Suisse dinilai terlalu berani memasuki bisnis yang bukan andalannya.
Pangsa pasar menurun
Bank investasi yang dilakoni Dougan bukannya membuat Credit Suisse mengalami peningkatan pangsa pasar. Credit Suisse mengalami kerugian finansial, kejatuhan harga saham, eksodus klien kaya, dan kredibilitas tergerogoti.
Ini termasuk hasil dari aksi Credit Suisse lewat merger pada 1988 berbiaya 1,1 miliar dollar AS dengan First Boston Corp, sebuah bank investasi Wall Street yang mengandung risiko. Akuisisi ini kemudian menyebabkan kerugian dan membuat tempelan nama First Boston dalam Credit Suisse First Boston pada 2005 dilepas (The Financial Times, 10 Desember 2022). First Boston Corp mengalami kegagalan pada pemulihan pinjaman-pinjaman yang pernah dikucurkan. Benturan budaya juga melanda CS First Boston, yang sejak 1978 sebenarnya sudah bermitra lewat usaha patungan bernama Financière Crédit Suisse-First Boston dengan basis di London.
Credit Suisse mengakusisi bank investasi AS lainnya pada tahun 2000, yakni Donaldson, Lufkin & Jenrette (DLJ), seharga 13 miliar dollar AS. Aksi ini juga kemudian terbukti berbiaya besar. ”DLJ menjadi catatan kaki yang mahal di hari yang suram bagi induknya di Swiss,” demikian harian The Wall Street Journal, 4 Februari 2016.
Ini diikuti kejatuhan Greensill, perusahaan keuangan Inggris, pada 2021 yang mendapatkan pinjaman dari Credit Suisse. Kerugian 10 miliar dollar AS ada di pihak Credit Suisse. ”Jauh sebelum Greensill meledak, Credit Suisse telah melihat bahaya,” demikian The Wall Street Journal, 4 Maret 2019. Pada tahun yang sama, terjadi kebangkrutan nasabah lain Credit Suisse, Archegos Capital Management (AS), dengan kerugian 5,5 miliar dollar AS.
Klien kaya hilang kepercayaan
Kasus Greensill ini mencederai Credit Suisse. Steven Glass, Direktur Pelaksana dan analis dari Pella Funds Management, mengatakan ”Hilangnya kepercayaan klien sebenarnya dikristalkan oleh kucuran dana ke Greensill” (CNBC, 24 Maret 2023).
Kasus Greensill itu sejatinya masalah besar karena dana-dana Credit Suisse ke Greensill dipasarkan berdasarkan tawaran ke banyak klien individu superkaya. ”Dana ini dinyatakan sangat aman dan jalan mendapatkan hasil investasi dengan biaya rendah. Ketika Greensill meledak, banyak klien yang kehilangan uang dan pada dasarnya kehilangan kepercayaan pada Credit Suisse,” kata Glass. Penelusuran memperlihatkan banyak cacat di balik kucuran pinjaman Credit Suisse ke Greensill, seperti dituliskan Reuters, 1 April 2021.
Baca juga: Credit Suisse Selamat Setelah Berada di Ujung Tanduk
Gaya Anglo-Saxon
Kemelut membuat banyak pihak di Swiss menyalahkan kekacauan Credit Suisse akibat terlalu dicekoki gaya perbankan Anglo-Saxon dan mengalami penurunan akar Swiss. Telah lama muncul seruan bahwa kegiatan bank investrasi berbiaya mahal. Namun, Dougan malah mengatakan posisi perusahaan menguat di bidang bank investasi (Bloomberg, 1 September 2022).
Pengganti Dougan, Tidjane Thiam, kemudian menemukan seperlima aset tidak bisa memulihkan modal. Thiam kemudian mencoba merampingkan bisnis tersebut. Namun, perampingan ternyata berbiaya besar karena harus memikirkan kompensasi bagi 18.000 karyawan pada divisi bank investasi.
Kini UBS dikabarkan ingin mengamputasi divisi bank investasi Credit Suisse dan hanya mau mengembangkan divisi serupa yang telah dimiliki UBS (Bloomberg, 21 Maret 2023). (REUTERS/AP/AFP)