Peluncur Nuklir Semakin Kecil, Akurat, dan Berbahaya
AS akan semakin intensif menempatkan bom nuklir di sekitar Indo-Pasifik. Dengan kata lain, wilayah yang di dalamnya, termasuk Indonesia, itu akan semakin disesaki bom-bom nuklir.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Hulu ledak nuklir tidak lagi hanya dikhususkan untuk rudal-rudal antarbenua. Rudal dan bom dengan jangkauan lebih pendek terus dikembangkan agar bisa mengangkut hulu ledak itu. Sebagian hulu ledak itu berkuatan puluhan kali lebih besar daripada bom yang menghancurkan Hiroshima-Nagasaki pada 1945.
Foto yang disiarkan kantor berita Korea Utara, KCNA, pada Senin (27/3/2023) menunjukkan hulu ledak kecil. Di foto itu, Pemimpin Korut Kim Jong Un terlihat berdiri di samping salah satu hulu ledak dan poster bergambar beberapa jenis hulu ledak nuklir. Korut punya banyak sekali versi peluncur hulu ledak nuklir. Sejauh ini, mayoritas bisa diluncurkan dari darat dan laut. Kim dilaporkan pernah memeriksa kapal selam yang bisa meluncurkan rudal pengangkut nuklir Korut.
Peneliti Korea Nuclear Strategy Forum, Lee Eunwoo, sampai menyebut, terlalu banyak lubang di sistem penangkal nuklir Korea Selatan karena beragamnya peluncur Korut. Rudal Hyunmoo, yang dikembangkan Korsel dari Iskander buatan Uni Soviet, belum bisa menunjukkan kinerja memuaskan. Berkali-kali, rudal itu malah terbang ke arah yang berlainan dari sasarannya. Padahal, aneka peluncur nuklir Korut perlu ditangkal jauh sebelum mendekati Korsel. Jika tidak, Korsel akan tetap menanggung dampak bencana nuklir.
Berbeda dengan Jepang, Korsel belum mendapat janji payung nuklir dari Amerika Serikat. Washington punya ribuan hulu ledak nuklir. Salah satunya W80 yang ukurannya hampir sama dengan hulu ledak yang diperiksa Kim Jong Un pada akhir Maret 2023.
Sejak dibuat pada 1979, W80 terus dimutakhirkan. Bobot W80 rata-rata 130 kilogram dan panjangnya maksimum 1 meter. Meski demikian, kekuatan W80 hingga 10 kali lipat bom yang menghancurkan Hiroshima-Nagasaki. Bom yang menghancurkan Hiroshima berkekuatan 15 kiloton atau 15.000 ton TNT. Federation of American Scientis (FAS) menaksir, paling tidak ada 500 unit W80 dengan berbagai varian disimpan AS.
Berbagai versi W80 dirancang untuk dipasang terutama pada rudal jelajah yang diluncurkan dari udara. Panjang rudal pengangkut W80 rata-rata 6,3 meter. Dengan kata lain, rudal itu sedikit lebih panjang dari mobil Isuzu Elf atau Toyota Hiace yang kerap melaju di jalan-jalan Indonesia.
Bom
Lebih pendek rudal pengangkut W80 adalah bom B61-12. Versi terbaru bom B61 itu dilengkapi hulu ledak yang dikenal sebagai senjata nuklir taktis (TNW). Daya ledak B61-12 bisa diatur pada skala 0,3 kiloton hingga 300 kiloton TNT. Dengan panjang rata-rata 3 meter, bom B61-12 dirancang untuk diluncurkan dari jet tempur. Sementara rudal pengangkut W80 dirancang untuk diangkut pesawat pengebom seperti B-52 Stratofortress.
Di varian awalnya, B61 dilengkapi parasut dan tanpa alat pengarah ke sasaran. Sementara B61-12 dilengkapi pemandu yang bisa mengarahkan bom itu ke koordinat serangan. Dengan demikian, B61-12 lebih tetap sasaran dibandingkan pendahulunya. Setiap unit B61-12 berharga rata-rata 28 juta dollar AS atau Rp 420 miliar.
Bom yang kini berpemandu itu bagian dari trisula senjata nuklir AS. Trisula lain adalah rudal balistik antarbenua (ICBM) Minute-man III yang diluncurkan dari darat, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM), dan bom atau rudal yang diluncurkan dari darat.
Baca Juga: Senjata Nuklir Sumber Ketidakstabilan Kawasan Sebagian varian B61 bisa diluncurkan dari jet tempur F-15 dan F-35. Departemen Pertahanan AS juga merancang C-17 khusus untuk mengangkut B61 dari satu pangkalan ke pangkalan lain. Pengangkutan itu, antara lain, untuk mengiringi keputusan Pentagon pada Oktober 2022.
Kala itu, Dephan AS mengumumkan rencana penempatan B61-12 di sejumlah negara Eropa. ”Rencana penempatan sesuai jadwal. Tidak ada percepatan karena situasi di Ukraina,” kata Deputi Asisten Menhan AS untuk Pertahanan Nuklir Richard Johnson.
Ia menyebutkan, F-35 dan seluruh pesawat generasi kelima AS disiapkan untuk mengangkut hulu ledak nuklir. ”Kami perlu terus menjaga kemampuan penggentar dengan nuklir di daerah yang menjadi perhatian, seperti sekitar Rusia dan Indo-Pasifik,” katanya.
Indo-Pasifik
Pernyataan itu mengindikasikan tiga hal. Pertama, AS akan memperbanyak peluncur-peluncur yang lebih kecil daripada rudal jelajah apalagi rudal balistik antarbenua (ICBM). Sebab, F-35 nyaris tidak mungkin mengangkut rudal jelajah apalagi ICBM. Bobot rudal jelajah rata-rata di atas 2 ton. Sementara daya angkut maksimum F-35 hanya 8 ton. Dalam setiap misi, F-35 perlu dilengkapi pengecoh rudal, rudal pertahanan diri, dan tentu saja peluru untuk duel udara.
Makna kedua dari pernyataan Johnson adalah, AS akan semakin intensif menempatkan bom nuklir di sekitar Indo-Pasifik. Dengan kata lain, wilayah yang di dalamnya, termasuk Indonesia, itu akan semakin disesaki bom-bom nuklir. Selain dengan F-35, AS telah mengumumkan rencana penempatan B-52 secara reguler di Australia. Pesawat pengebom itu bisa mengangkut rudal jelajah dan aneka bom nuklir.
Makna ketiga tentu saja, AS akan meneruskan kebijakan menempatkan nuklir di sekitar Rusia. Padahal, AS terus mendesak Rusia untuk tidak menggunakan senjata nuklir dalam perang Ukraina. Keberadaan berbagai varian B61 dan hulu ledak AS di Eropa menjadi alasan Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penempatan rudal Iskander di Belarus.
Silo untuk rudal-rudal itu ditargetkan selesai dibangun pada Juli 2023. Dengan panjang 7 meter dan daya jelajah hingga 500 kilometer, Iskander bisa dipasang hulu ledak nuklir. Para pakar menyebut bom yang akan ditempatkan Rusia di Belarus sebagai senjata nuklir taktis (TNW).
Traktat Pengendalian Penyebaran Senjata Nuklir (NPT) tidak secara spesifik melarang negara pemilik senjata nuklir menempatkan senjata itu di negara lain. NPT hanya mewajibkan negara pemilik tetap menjadi pengendali peluncur persenjataan tersebut.
AS menempatkan setidaknya 150 senjata nuklir taktis di sejumlah negara anggota NATO. Bom-bom nuklir B61 dengan panjang sekitar 3,6 meter dan daya ledak yang bervariasi mulai dari 0,3 hingga 170 kiloton ditempatkan AS di enam pangkalan udara di Eropa. Sampai 2021, Putin berulang kali meminta AS menarik TNW. Washington tak menggubrisnya.
Iskander bukan satu-satunya peluncur nuklir Rusia. Mokswa terus menyempurnakan Poseidon, torpedo yang bisa mengangkut beberapa hulu ledak nuklir sekaligus. Dalam sejumlah uji coba, torpedo itu bisa dioperasikan hingga 1 kilometer di bawah permukaan laut. Dengan kecepatannya dan kedalamannya, Poseidon masih sulit dilacak AS dan sekutunya.
Sejauh ini, teknik pembuatan Poseidon masih disimpan Rusia. Berbeda dengan sejumlah persenjataan lain yang bisa disebut sudah lama dibagikan Mokswa ke negara lain. Selain Hyunmoo Korsel, ada sejumlah rudal buatan negara lain yang dibangun berdasarkan Iskander. China membuat M20 berdasarkan rancangan Iskander. KN-23 Korut dan Grom Ukraina juga dibuat berdasarkan Iskander. (AFP/REUTERS)