Xi Jinping Bersumpah Akan Loyal dan Jujur, Bisakah Ia Memenuhinya?
”Kita harus melakukan hal-hal yang perlu dilakukan. Jika kita membiarkan beberapa ratus pejabat korup lolos, kita akan mengecewakan 1,3 miliar orang China,” kata Presiden Xi Jinping.
”Saya menyatakan akan loyal pada negara dan rakyat, akan jujur dan berkomitmen penuh dalam tugas, siap menerima pengawasan rakyat. Saya akan bekerja demi sebuah negara sosialis modern besar, makmur, kuat, demokratis, berbudaya maju, harmoni, dan indah.” Demikian janji Presiden China Xi Jinping setelah terpilih secara aklamasi dalam Kongres Rakyat Nasional Ke-14, Jumat (10/3/2023), di Beijing.
Dengan janji itu, Xi memulai jabatan lima tahunan untuk periode ketiga. Ini pertama kali terjadi setelah Jiang Zemin dan Hu Jintao yang hanya menjabat dua periode. Apakah Xi akan bisa memenuhi janji tersebut?
Melihat balik 10 tahun masa pemerintahannya, Xi telah melakukan banyak hal yang tergolong mencengangkan. Pada 2022, China dikatakan telah berhasil menghapuskan kemiskinan absolut bagi 100 juta warga, hasil dari pencanangan program 2013, dinamai ”penghapusan kemiskinan absolut”.
Baca juga: Xi Jinping Terpilih Menjadi Presiden China untuk Periode Ketiga
Untuk program ini, sekitar 255.000 tim kerja dan lebih dari 3 juta kader Partai Komunis China dikirim ke desa untuk membantu warga agar termiskin terlepas dari kemiskinan absolut. Untuk itu, Xi turut terjun ke lapangan, memastikan impian lamanya: ”Membuat warga memiliki daging dalam pilihan menu dan memilikinya lebih sering.” Ia pernah langsung memimpin pembangunan dam, sumur, dan terasering di perbukitan untuk mendorong pembangunan di perdesaan.
Xi juga dikenal sebagai presiden yang sangat peduli dengan polusi yang pernah mengharu-biru negara. Di bawah pemerintahannya, udara China yang pernah sarat polusi kini menjadi lebih bersih (Xinhua, 26 Oktober 2022). Xi tidak memercayai laporan tentang kebersihan lingkungan. Saat bangun pagi, hal pertama yang dia lakukan adalah memeriksa kualitas udara untuk mengecek kebenaran laporan.
Inovasi teknologi informasi
Selama 10 tahun kepemimpinan Xi, inovasi adalah salah satu ambisi terbesarnya. Ranking China dalam Global Innovation Index, yang diluncurkan World Intellectual Property Organization, naik dari urutan ke-34 pada 2012 menjadi ke-11 pada 2022. Dana riset dan pengembangan (R&D) di China naik dari 1 triliun yuan pada 2012 menjadi 2,8 triliun yuan pada 2021. Kini anggaran R&D China nomor dua di dunia.
Hasilnya adalah teknologi kecerdasan buatan yang mengagetkan Barat. China menjadi negara yang pertama kali memunculkan jaringan 5G. Perkembangan teknologi informasi China salah satu yang paling pesat di dunia, termasuk komputer kuantum. Teknologi informasi juga intensif diterapkan dalam program penguatan militer dengan misi ”menjadi kekuatan di angkatan laut biru”. Ini seiring dengan keinginan Xi agar China makin kuat.
Situs Defence News, 1 Juni 2020, menuliskan, ”AS sedang menghadapi pertumbuhan ancaman yang tidak simetris dari China.” Laporan tahunan Pentagon tentang militer China pada 2019 melukiskan strategi militer China bertujuan ”menghalangi, mencegah, atau jika diperlukan, mengalahkan intervensi pihak ketiga dengan kemampuan berskala besar”.
Baca juga: Rekonsiliasi Arab Saudi-Iran Jadi Gol Diplomasi Xi Jinping di Hari Pelantikan
Kunci program ini bukan hanya keberadaan rudal berjangkauan jauh, melainkan juga pertumbuhan jumlah sensor berbasis angkasa untuk memandu penembakan sasaran musuh. Laporan dari Union of Concerned Scientists, berbasis di AS, pada 2016 menyebutkan bahwa China telah memiliki 192 satelit di orbit, jumlah yang meningkat kemudian.
Sejumlah satelit itu termasuk mendorong kekuatan militer, seperti sensor-sensor optik elektro, radar synthetic aperture, dan teknologi intelijen elektronik. China juga memiliki konstelasi satelit Naval Ocean Surveillance System yang memberikan kemampuan pemantauan kuat atas segala aktivitas di perairan sekitar China. Dengan semua itu, China memiliki persenjataan berbasis teknologi dengan kecerdasan buatan, yakni semua persenjataan dijalankan simultan dan terintegrasi.
Peraturan dan korupsi
China di bawah Xi gencar memperkuat aturan, termasuk dalam bisnis, keuangan, dan lainnya. Ia meminta para pejabat taat aturan, bergaya hidup sederhana, dan mempertontonkan moto kemakmuran bersama. Ia memulai penegakan disiplin dari dalam jajaran Partai Komunis China.
Di era Hu Jintao, marak gaya hidup princeling, sebutan bagi para putra-putri pejabat partai yang memiriskan para kaum tertinggal. Mereka hidup mewah dengan dugaan hasil korupsi, nepotisme, serta kolusi dengan pebisnis. Semua mata kemudian tertuju pada Xi saat menggantikan Hu.
Xi mengatakan, dibutuhkan pandai besi yang baik untuk menempa baja yang baik, dan menyerukan reformasi partai serta pemerintahan mandiri yang ”penuh dan ketat”. Dia melancarkan kampanye antikorupsi terbesar dalam sejarah partai. ”Kita harus melakukan hal-hal yang perlu dilakukan. Jika kita membiarkan beberapa ratus pejabat korup lolos, kita akan mengecewakan 1,3 miliar orang China,” kata Xi.
Dalam dekade terakhir, pejabat tak jujur berjatuhan termasuk para ”macan”, seperti Zhou Yongkang, Bo Xilai, Guo Boxiong, Xu Caihou, Sun Zhengcai, Ling Jihua, serta banyak pejabat tinggi departemen pemerintah pusat, perusahaan milik negara, dan tingkat provinsi. Pada awal 2022, Xi menyatakan bahwa kemenangan luar biasa telah dicapai dalam perang melawan korupsi, dan kemenangan tersebut telah dikonsolidasikan secara menyeluruh. Namun, dia memperingatkan para kader partai agar tetap berpikiran jernih dan sadar bahwa kampanye antikorupsi tidak akan pernah berakhir.
Tentu tidak diragukan lagi kinerja China soal perekonomian dengan 800 juta warga yang memiliki daya beli relatif tinggi. Negara ini telah melampaui jauh AS sebagai negara pedagang terbesar. Porsi perdagangan China mencapai 14,7 persen terhadap perdagangan global pada Mei 2021. Porsi AS mencapai 8,1 persen (Unctad, 6 April 2021). China terus mencanangkan menjadi hub manufaktur lebih berkualitas dan memiliki sektor manufaktur terbesar di dunia.
Populer di dalam negeri
Rakyat China pada umumnya menyukai Xi. ”Ia memimpin negara dengan sangat baik,” kata sopir taksi, Cheng Wenli. Faktanya, rakyat menemukan kepemimpinan kuat dan efektif selama dua periode jabatan Xi.
Survei yang dilakukan York University di Ontario, Kanada, pada 2021 menunjukkan, 98 persen rakyat China menyukai Xi. Terbaru, Voice of America (VOA) edisi 27 Oktober 2022, dengan mengutip jajak pendapat The Global Times yang diluncurkan 21 Oktober, memperlihatkan warga usia muda China bangga karena merasa setara dengan Barat.
Rakyat China merasakan kestabilan, hidup dan bekerja dalam damai, serta bahagia. Sementara Barat dalam beberapa tahun terakhir hidup dalam kekacauan, perpecahan politik, dan terjebak rasisme. Sebesar 43,9 persen warga muda China tidak lagi memfavoritkan negara-negara Barat. Sebanyak 39,3 persen rakyat China telah merasa setara dengan Barat dan 54,6 persen memandang Barat lebih rendah. Jajak pendapat itu hanya memperlihatkan 3,9 persen yang kagum pada Barat, penurunan dibandingkan 2017 di mana 37,2 persen warga muda China kagum pada Barat.
Polemik global
Chen Dean, profesor di Ramapo College New Jersey, mengatakan, ada propaganda dan aksi cuci otak di China. Mungkin hal itu menjadi penyebab perubahan pandangan warga muda China, dan sejatinya bukan pandangan asli warga.
Namun, sebaliknya, China juga menuduh Barat telah melakukan hal serupa sehingga pandangan warga biasa AS sangat buruk tentang China. The Global Times, edisi 9 Maret 2023, menuliskan, jajak pendapat telah dimanipulasi oleh elite politik AS untuk mendiskreditkan China dalam panggung internasional lewat media AS.
Pemahaman warga AS tentang China tidak didasarkan pada perkembangan aktual di China, tetapi akibat persepsi negatif yang disebarluaskan media AS yang bias. ”Hal ini memengaruhi persepsi publik AS terhadap China,” kata Shen Yi, profesor hubungan internasional di Fudan University.
The Global Times menuliskan hal itu setelah munculnya laporan Gallup, Selasa 7 Maret 2023, yang menujukkan hanya 15 persen warga AS yang melihat China sebagai negara favorit, juga rekor terendah. Disebutkan, misalnya, sebanyak 83 persen warga AS tidak yakin Presiden Xi bisa melakukan hal benar dalam urusan dunia. Hal serupa berlaku untuk 77 persen warga Kanada, berdasarkan jajak pendapat Pew Research Center (Newsweek, 29 September 2022).
Baca juga : Susahnya Mau Ketemu Xi Jinping
Xi kadang disetarakan dengan Mao Zedong dan Deng Xiaoping, pemimpin dengan kekuasaan yang berlangsung sangat lama. Cap diktator berkekuatan absolut menjadi frasa yang lebih sering dipakai pers Barat tentang Xi. Bisa dikatakan kepemimpinannya tidak diterima dalam standar Barat karena tidak dipilih berdasarkan pemilu standar Barat.
Ia juga memperpanjang sendiri jabatannya hingga bisa berlangsung seumur hidup.”Kaisar hebat, itulah yang dicari Xi, pria dengan ambisi besar,” kata professor Steve Tsang, pemimpin China Institute, School of Oriental and African Studies di London (BBC, 24 Oktober 2022).
Maka, tidak heran jika pada 16 Oktober 2022, harian The South China Morning Post menuliskan artikel berjudul ”The West doesn’t like the idea, but most Chinese do”. Perpanjangan jabatan Xi Jinping tidak disukai Barat, tetapi rakyat China sangat menyukai sang Presiden. (AP/AFP/REUTERS)