Banjir Pesanan, Produsen Senjata Buka Ribuan Lowongan Kerja
Menyusul perang Ukraina, produsen senjata militer di Amerika Serikat dan Eropa banjir pesanan. Guna memenuhi pesanan, mereka merekrut ribuan karyawan.
PARIS, SENIN - Perusahaan pertahanan dan teknologi Perancis, Thales, berencana merekrut lebih dari 12.000 karyawan baru pada tahun ini. Peningkatan kapasitas produksi ini merespons ledakan permintaan dari sejumlah negara pascaperang Ukraina.
”Aktivitas perusahaan menjadi cerminan dari pasar yang tumbuh dinamis,” kata CEO Thales Patrice Caine kepada media mingguan Perancis, Le Journal du Dimanche, Minggu (26/2/2023).
Caine yang baru-baru ini bertemu dengan Menteri Pertahanan Ukraina itu menyatakan, ada permintaan tinggi pada seluruh rangkaian produknya. Semua aktivitas perusahaan, yakni pertahanan dan keamanan, aeronautika dan ruang angkasa, identitas dan keamanan digital, tumbuh kuat.
Baca juga : Barat Ingin Pacu Produksi Senjata untuk Ukraina Melawan Rusia
Dari lebih dari 12.000 karyawan yang akan direkrut di seluruh dunia pada tahun ini, 5.500 orang akan dipekerjakan di Perancis. Sisanya untuk kebutuhan di jaringan produksi Thales di sejumlah negara. Sebanyak 1.050 orang di Inggris Raya, 600 orang di Australia, 550 orang di India, dan 540 orang di Amerika Serikat.
Melalui siaran pers yang diunggah dalam situs resminya per 27 Februari 2023, Thales menyebutkan membuka lowongan di setiap disiplin ilmu di semua segmen bisnisnya. Untuk penelitian dan pengembangan, kebutuhannya mencakup 40 persen dari rekrutmen karyawan baru.
Ada pula untuk kebutuhan rekayasa perangkat lunak dan sistem, keamanan siber, kecerdasan buatan, dan lain-lain. Sementara unit operasi industri akan menyerap 20 persen dari rekrutmen karyawan baru. Mereka akan mengisi posisi di rantai pasokan, produksi elektronik, produksi mekanik, dan lain-lain.
Caine mengingatkan Perancis perlu meningkatkan saluran bagi lulusan sarjana tekniknya untuk terus memenuhi permintaan dari perusahaan-perusahaan seperti Thales. Biasanya Thales melatih banyak insinyur di Eropa karena itu disebut sebagai salah satu kekuatan mereka.
Situasinya kini sudah berubah. Sebab, ada penurunan jumlah lulusan bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika. “Ini mengkhawatirkan. Jika kita tidak melakukan apapun untuk memperbaiki situasi ini maka akan jadi jebakan bagi kita sendiri. Mungkin pengajaran mata pelajaran ini belum cukup dimodernisasi,” ujarnya.
Selama delapan tahun terakhir, Thales sudah merekrut 5.000-8.000 orang per tahun. Tahun lalu, Thales merekrut 11.500 karyawan baru. Saat ini, Thales memiliki total karyawan sebanyak 80.000 orang di seluruh dunia. Sebanyak 40.000 orang di antaranya berada di Perancis.
Baca juga: Produsen Persenjataan Untung Besar dalam Jangka Panjang
Sejak dimulainya perang Ukraina per 24 Februari 2022, penjualan Thales meroket. Saham Thales yang merupakan penyedia elektronik senjata terbesar di Eropa itu bahkan sudah naik hampir 60 persen ke level tertinggi sepanjang masa. Catatan ini melampaui indeks Refinitiv Europe Aerospace & Defense.
Permintaan senjata meroket seiring kebijakan negara-negara Eropa memasok perangkat keras militer kepada pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Di saat yang sama, negara-negara itu mengisi stok dalam negeri sekaligus memperkuat pertahanan mereka sendiri di dalam negeri.
“Thales membuktikan ada masa depan menjanijkan bagi industri kami. Bukan dalam biaya dan teknologi yang rendah tetapi dalam inovasi mutakhir,” kata Caine.
Presiden Perancis Emmanuel Macron, Januari lalu, mengatakan, pengeluaran militer Perancis akan meningkat lebih dari sepertiga pada tahun-tahun mendatang. Anggaran militer naik dari 295 miliar euro pada 2019-2025 menjadi 413 miliar euro pada 2024-2030.
Perancis berencana mengirimkan sistem pertahanan udara radar Ground Master 200 ke Ukraina, Mei. Thales adalah produsennya. GM200 ini digunakan untuk mendeteksi serangan pesawat tanpa awak dan pesawat.
Baca juga: Senjata Asia di Perang Ukraina
Selain Thales, perusahaan dan kontraktor militer di AS juga mengeruk keuntungan. Harian the New York Times, 18 Desember 2022, menyebutkan Lockheed Martin, kontraktor militer terbesar di AS, memproduksi rudal senilai 950 juta dollar AS pesanan dari Pentagon yang sebagian untuk mengisi ulang stok rudal yang dipakai di Ukraina.
Angkatan Darat AS juga sudah memberikan kontrak kepada Raytheon Technologies sekitar 2 miliar dollar AS untuk mengirimkan sistem rudal untuk Ukraina. Perusahaan itu sudah mengirimkan 1.600 rudal antipesawat ke Ukraina. “Kami butuh waktu beberapa tahun untuk mengisi kembali pasokan,” kata Kepala Eksekutif Raytheon Technologies, Gregory J Hayes.
Kompetisi dengan China dan Rusia mendorong dukungan bipartisan untuk menambah pengeluaran Pentagon untuk persenjataan. Kongres AS akan memberikan persetujuan akhir anggaran militer nasional yang diperkirakan akan mencapai sekitar 858 miliar dollar AS.
Menurut analisis Pusat Penelitian Strategis dan Anggaran, jika ini disetujui, anggaran Pentagon akan naik 4,3 persen per tahun selama dua tahun ke depan dibandingkan dengan rata-rata kurang dari 1 persen per tahun selama periode 2015-2021.
Kongres AS akan memberikan persetujuan akhir anggaran militer nasional yang diperkirakan akan mencapai sekitar 858 miliar dollar AS.
Belanja untuk pengadaan akan meningkat tajam mulai tahun ini, termasuk lonjakan 55 persen anggaran AD AS untuk membeli rudal baru dan lonjakan 47 persen untuk pembelian senjata Angkatan Laut AS.
“Perang di Ukraina mengungkapkan kekurangan di industri militer dan ini harus ditangani untuk memastikan AS bisa membantu Ukraina dan negara lain,” kata penasihat keamanan nasional Presiden AS Joe Biden, Jake Sullivan.
Kontraktor militer AS juga banyak menerima pesanan dari sekutu AS di Eropa dan Asia karena mereka juga merasa harus mulai lebih kuat mempersenjatai diri menghadapi potensi ancaman. Jepang saja yang selama ini mempertahankan kebijakan pasifisnya sejak 1945 sudah menggandakan pengeluarannya untuk pertahanan selama lima tahun ke depan.
Perang di Ukraina memaksa kontraktor militer untuk mempercepat produksi persenjataannya hanya dalam hitungan bulan. Padahal bisanya produksi rudal, misalnya, dilakukan dalam hitungan tahun.
Baca juga: Ukraina Sudah Dapat Tank Sebanyak Kemauannya
Ganjalan terbesar bagi kontraktor militer besar seperti Lockheed, Raytheon, Boeing, General Dynamics, BAE, Northrop Grumman, dan Huntington Ingalls Industries adalaha susahnya menemukan pasokan komponen atau suku cadang utama yang memadai. Misalnya adalah mikroelektronika dan hulu ledak rudal.
Rekruteman karyawan baru juga bukan persoalan mudah. Raytheon, yang memiliki 180.000 pekerja, telah mempekerjakan 27.000 karyawan baru sepanjang 2022.
Menurut perhitungan Pentagon, skala besar amunisi dan rudal yang dikirim ke Ukraina bisa menggambarkan seberapa banyak material yang dihabiskan untuk perang. Itu termasuk 104 juta butir amunisi senjata kecil, satu juta butir peluru artileri 155 milimeter, 46.000 senjata anti-tank, 1.600 rudal antipesawat Stinger, dan 8.500 rudal anti-armor Javelin.
TIngginya kebutuhan menuntut kontraktor militer menggenjot produksi. Kapasitas maksimal Lockheed sebelumnya adalah memproduksi 60 truk militer per tahun. Namun sekarang produksinya menjadi 24 jam sehari dalam tujuh hari seminggu untuk membuat 96 unit per tahun. Itu baru truk.
Kapasitas maksimal Lockheed sebelumnya adalah memproduksi 60 truk militer per tahun. Namun sekarang produksinya menjadi 24 jam sehari dalam tujuh hari seminggu untuk membuat 96 unit per tahun.
Lockheed kini juga memegang kontrak baru dari Pentagon senilai 430 juta dollar AS untuk membuat lebih banyak peluncur roket ringat atau Sistem Artileri Roket Mobilitas Tinggi M142 dan kontrak senilai 521 juta dollar AS untuk roket GMLRS. Itu baru kebutuhan yang terkait dengan perang Ukraina saja.
Sementara terkait persaiangan dengan China, AS juga berlomba. Anggaran militer negara itu pada tahun depan juga mencakup investasi besar dalam senjata hipersonik baru guna menyaingi apa yang sedang dikembangkan China. Raytheon dan Northrop Grumman, September lalu, memenangkan kontrak 1 miliar dollar AS hanya untuk membangun prototipe senjata baru itu untuk AU AS. (REUTERS)