Portugal, Negaranya Jagoan Sepak Bola, Warganya Paling Malas Berolahraga
Secara geografis, warga negara-negara di Eropa selatan dan timur paling malas berolahraga. Sementara warga negara Eropa barat dan Skandinavia paling rajin bergerak.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Punya salah satu tim sepak bola terbaik di dunia, warga Portugal ternyata warga paling malas berolahraga di Eropa. Kemalasan warganya dalam berolahraga membuat negara-negara Uni Eropa menanggung beban hingga 8 miliar euro atau hampir Rp 130 triliun per tahun.
Temuan itu tercantum dalam laporan bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Kerja Sama Pembangunan dan Ekonomi (OECD). Disiarkan pada Jumat (17/2/2023) sore waktu Brussels atau Sabtu dini hari WIB, laporan itu memeriksa kebiasaan olahraga penduduk Eropa.
”Aktivitas fisik rutin merupakan salah satu hal penting untuk hidup sehat,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular WHO Eropa, Kremlin, Wickramasinghe.
Dalam riset WHO-OECD ditemukan, sebanyak 45 persen warga Uni Eropa (UE) hampir tidak pernah berolahraga. Bahkan, sekitar 73 persen warga Portugal mengaku tidak pernah berolahraga atau sekadar melakukan aktivitas fisik untuk berkeringat. Dengan kata lain, warga negara di Semenanjung Iberia itu paling malas berolahraga dibandingkan negara lain di UE.
Secara geografis, warga negara-negara di Eropa selatan dan timur paling malas berolahraga. Sementara warga negara Eropa barat dan Skandinavia paling rajin bergerak.
Hal itu terlihat dari daftar dalam laporan WHO-OECD. Di bawah Portugal, ada Yunani, Polandia, Romania, Bulgaria, Hongaria, dan Italia. Lebih dari 50 persen penduduk negara-negara Eropa selatan dan timur itu malas berolahraga. Sementara Denmark, Finlandia, dan Swedia paling rajin bergerak.
Survei tersebut juga menunjukkan tingkat pendidikan, usia, kondisi keuangan, dan jenis kelamin berpengaruh pada tingkat kerajinan warga bergerak. Hingga 60 persen orang yang kesulitan memenuhi aneka bayaran dan kewajiban keuangan jarang berolahraga. Sebaliknya, dari keseluruhan kelompok orang, tidak pernah kesulitan membayar aneka kewajiban keuangan, hanya 40 persen yang tidak pernah berolahraga.
Di antara orang yang masih bersekolah atau kuliah, hanya 15 persen yang malas berolahraga. Sementara 74 persen orang yang hanya bersekolah setaraf SMP ditemukan malas berolahraga. Semakin tua usia seseorang, juga semakin jarang ia bergerak.
Sementara 49 persen responden perempuan mengaku tidak pernah berolahraga. Adapun di kalangan responden pria, 40 persen mengaku tidak pernah berolahraga.
WHO-OECD juga menemukan, orang-orang semakin jarang berolahraga sejak pandemi Covid-19 melanda. Akibatnya, jumlah orang yang tidak berolahraga di UE terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Dampak biaya kesehatan
Penanggung Jawab Program Kesehatan Masyarakat OECD Michele Cecchini mengatakan, rajin bergerak tidak hanya baik bagi kesehatan individu. Permodelan OECD menyimpulkan, negara yang penduduknya rajin bergerak lebih diuntungkan. Untuk setiap 1 dollar AS yang diinvestasikan, tingkat pengembalian di negara yang penduduknya rajin berolahraga mencapai 1,7 dollar AS. Kajian WHO-OECD juga menyimpulkan, beban biaya kesehatan UE bisa ditekan 0,6 persen jika penduduknya lebih rajin berolahraga. Atau dengan kata lain, UE bisa menghemat hingga 8 miliar euro per tahun.
Kajian WHO-OECD menyimpulkan, beban biaya kesehatan UE bisa ditekan 0,6 persen atau UE bisa menghemat hingga 8 miliar euro per tahun jika penduduknya lebih rajin berolahraga.
Penduduk yang malas bergerak membuat Italia, Jerman, dan Perancis menanggung beban total 4,4 miliar euro. Jerman, yang 32 persen penduduknya tidak pernah berolahraga, menanggung tambahan 2,1 miliar euro untuk penyediaan layanan kesehatan. Tambahan itu harus dikeluarkan Berlin pada periode 2022-2050.
Selain anggaran, kerugian lain berupa peningkatan jumlah pasien penyakit tidak menular dan kematian. Tanpa perubahan pola hidup, akan ada 11,5 juta pasien penyakit tidak menular di EU dalam 28 tahun mendatang. Di antara mereka, ada 3,8 juta penderita penyakit jantung, 3,5 juta penderita masalah kesehatan mental, 400.000 pasien kanker, dan 1 juta pengidap diabetes tipe 2.
Rekomendasi
Wickramasinghe mengatakan, semua potensi itu bisa dicegah jika semakin banyak orang berolahraga sekurangnya 150 menit per pekan. ”Jika semua orang di UE memenuhi rekomendasi gerak minimal sesuai WHO, ada 10.000 kematian dini bisa dicegah setiap tahun,” katanya.
Kondisi akan lebih baik jika seseorang bergerak minimal 300 menit per pekan. Dengan waktu olahraga sebanyak itu, UE bisa mencegah tambahan hingga 16 juta pasien penyakit tidak menular.
WHO mendorong pemerintah negara-negara anggota EU lebih serius mendorong warganya berolahraga. Dari 27 anggota UE, hanya 14 negara yang benar-benar sukses mendorong pelajarnya berolahraga. ”Banyak yang sudah mendorong. Walakin, masih banyak peluang untuk lebih ditingkatkan,” ujar Wickramasinghe.
WHO antara lain merekomendasikan program khusus di sekolah dan tempat kerja untuk mendorong warga lebih rajin berolahraga. Pemerintah juga perlu menambah tempat berolahraga. Kebijakan transportasi dan tata kota dibuat agar lebih mendorong warga bergerak.
Wickramasinghe mengatakan, aktivitas fisik merupakan gaya hidup yang lengkap. Karena itu, diperlukan aneka pendorong agar warga mau berolahraga atau setidaknya lebih aktif secara fisik. (AFP/REUTERS)